Meski Penyerahan Obat Antibiotik Tanpa Resep Dokter Turun, BPOM Tetap Awasi Penjualan via Apotek
ILUSTRASI: AI (AGUNG KURNIAWAN/JAWA POS)
20:49
1 Desember 2024

Meski Penyerahan Obat Antibiotik Tanpa Resep Dokter Turun, BPOM Tetap Awasi Penjualan via Apotek

FITRATUN Komariah pernah rutin mengonsumsi FG Troches tiap kali radang tenggorokan. Obat ini tidak dituliskan mengandung antibiotik atau tidak.

”Saya rekomendasikan FG Troches ke kakak ipar juga," kata pekerja swasta di Jakarta itu kepada Jawa Pos.

Informasi dari seorang dokter ketika dia mengantar sang kakak ipar berobat akhirnya mendorongnya berhenti mengonsumsi obat tersebut. ”Saya baru tahu kalau FG Troches antibiotik. Saya baru tahu pula kalau harus pakai resep dokter (untuk membelinya),’’ ujarnya.

Bayu Putra juga dulu rutin mengonsumsi obat yang sama. ”Namun, saat saya cari tahu cara konsumsinya ternyata tidak boleh sembarangan, saya berhenti,’’ beber pekerja media di Jakarta itu.

Banyak yang seperti Fitra dan Bayu yang tak paham bahwa obat yang mereka konsumsi mengandung antibiotik. Padahal, Kepala BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) Taruna Ikrar menekankan pentingnya penggunaan antimikroba (AMR) secara tepat untuk mencegah terjadinya resistansi antimikroba.

Dia menyebut AMR sebagai ancaman utama bagi kesehatan masyarakat global dan pembangunan nasional. Beberapa penyebab munculnya AMR adalah penggunaan yang salah, penggunaan antimikroba yang berlebih, kontaminasi lingkungan, dan transmisi di fasilitas kesehatan. Pemicu lainnya, diagnostik cepat yang tidak optimal, vaksinasi yang tidak optimal, obat substandar dan palsu, serta perjalanan dan administrasi obat massal untuk kesehatan manusia.

"Data hasil pengawasan BPOM menunjukkan bahwa sarana pelayanan kefarmasian (apotek, Red) yang melakukan penyerahan antimikroba, khususnya antibiotik, tanpa resep dokter dari tahun 2021 sampai 2023 berturut-turut berjumlah 79,57 persen, 75,49 persen, dan 70,75 persen. Walaupun trennya menurun, tetap perlu kita waspadai," katanya.

Terpisah, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Rizka Andalucia mengakui, menjadi tantangan bagi pihaknya menertibkan pendistribusian antimikroba, khususnya di apotek. ”Tapi, masyarakat juga punya peran. Sebab, mereka kadang mendapatkan antibiotik dari warung atau distribusi online,” katanya.

Pembuangan Sembarangan

Isu lain yang perlu menjadi perhatian adalah pola pengobatan sendiri yang tidak tepat sehingga menyebabkan adanya sisa obat yang disimpan dan akhirnya dibuang sembarangan. Pada 2019, BPOM telah mencanangkan program Ayo Buang Sampah Obat dengan Benar (ABSO dengan Benar) di 15 provinsi dengan melibatkan 1.000 apotek untuk mengelola sampah obat dari masyarakat.

Dari program tersebut, diperoleh data bahwa antibiotik termasuk sampah obat yang diterima. Fakta tersebut, kata Taruna, perlu menjadi perhatian, khususnya dikaitkan dengan ancaman AMR.

”Dampaknya juga terhadap sektor ekonomi. Infeksi yang lebih lama dan lebih sulit diobati meningkatkan biaya perawatan kesehatan, termasuk biaya rumah sakit, perawatan intensif, dan obat-obatan,” papar Taruna. (lyn/c6/ttg)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #meski #penyerahan #obat #antibiotik #tanpa #resep #dokter #turun #bpom #tetap #awasi #penjualan #apotek

KOMENTAR