Studi: Tidur Siang Terlalu Lama Bisa Tingkatkan Risiko Kematian
Ilustrasi tidur. Tidur siang terlalu lama bisa jadi tanda masalah kesehatan serius. Studi baru ungkap kaitannya dengan peningkatan risiko kematian.(Pexels/Niels from Slaapwijsheid.nl)
00:02
27 Juni 2025

Studi: Tidur Siang Terlalu Lama Bisa Tingkatkan Risiko Kematian

Tidur siang kerap dianggap sebagai cara efektif untuk memulihkan energi di tengah hari.

Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa tidur siang yang terlalu lama atau tidak teratur bisa menjadi tanda peringatan awal dari kondisi kesehatan yang menurun.

Bahkan, itu berpotensi membuat risiko kematian yang lebih tinggi pada orang paruh baya dan lansia.

Hubungan tidur siang dengan risiko kematian

Melansir Medical News Today pada Rabu (25/6/2025), kualitas dan durasi tidur berkaitan erat dengan kesehatan fisik dan mental.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan agar orang dewasa tidur antara 7 hingga 9 jam setiap malam demi menjaga kesehatan.

Namun, seiring bertambahnya usia, banyak orang mengalami kesulitan tidur malam, sehingga tidur siang menjadi solusi alternatif.

Sayangnya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan tidur siang, terutama pada siang hingga sore hari, mungkin menjadi indikator adanya gangguan kesehatan mendasar.

Hasil studi tentang efek tidur siang

Studi tersebut dipresentasikan dalam pertemuan tahunan ke-39 Associated Professional Sleep Societies (APSS) pada Juni 2025 di Seattle, Amerika Serikat.

Penelitian ini menggunakan data dari 86.565 partisipan UK Biobank dengan usia rata-rata 63 tahun.

Sekitar 57 persen dari mereka adalah perempuan dan tidak memiliki riwayat kerja malam atau shift.

Selama tujuh hari, partisipan mengenakan alat seperti jam tangan (aktigrafi) yang merekam aktivitas, termasuk waktu tidur dan bangun.

Peneliti menganalisis frekuensi, durasi, dan waktu tidur siang dari pukul 09.00 hingga 19.00, dengan dibagi lima plot.

Hasilnya menunjukkan bahwa tidur siang paling banyak terjadi pada pukul 09.00–11.00 (34 persen), disusul 17.00–19.00 (22 persen), 15.00–17.00 (19 persen), 13.00–15.00 (14 persen), dan 11.00–13.00 (10 persen).

Hubungan tidur siang dan risiko kematian

Selama masa tindak lanjut delapan tahun, sebanyak 2.950 partisipan (3,4 persen) meninggal dunia, dengan waktu rata-rata kelangsungan hidup 4,19 tahun dari awal studi.

Peneliti menemukan bahwa mereka yang meninggal cenderung memiliki durasi tidur siang yang lebih lama, lebih bervariasi, dan lebih sering tidur siang antara pukul 11.00 hingga 15.00.

“Temuan ini penting karena menunjukkan bahwa pola tidur siang bisa menjadi penanda awal penurunan kesehatan atau gangguan pola tidur pada orang dewasa yang lebih tua,” ujar Dr. Emer MacSweeney, CEO dan ahli neuroradiologi di Re:Cognition Health yang tidak terlibat dalam studi ini.

Meski demikian, para peneliti menekankan bahwa studi ini bersifat observasional dan tidak membuktikan hubungan sebab-akibat antara tidur siang dan risiko kematian.

Mereka menyebutkan bahwa tidur siang yang berlebihan kemungkinan besar merupakan gejala dari penyakit yang belum terdiagnosis, seperti demensia tahap awal, gangguan metabolik, atau inflamasi kronis.

Menurut Dr. Kanwar Kelley, dokter spesialis THT dan gaya hidup, orang yang memiliki penyakit penyerta cenderung mengalami kelelahan di siang hari, sehingga lebih sering tidur siang.

“Atau, tidur siang mungkin lebih sering terjadi pada mereka yang kurang tidur di malam hari, yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit kronis,” jelasnya.

  • Rekomendasi praktis: perbaiki pola tidur malam;
  • Alih-alih terlalu bergantung pada tidur siang, para ahli menyarankan agar masyarakat memperbaiki kualitas tidur malam dengan langkah-langkah berikut;
  • Menjaga jadwal tidur yang konsisten, termasuk di akhir pekan;
  • Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol di malam hari;
  • Membentuk rutinitas sebelum tidur yang menenangkan tanpa paparan layar;
  • Terpapar cahaya alami di siang hari untuk mengatur ritme sirkadian;
  • Mengelola kondisi medis seperti nyeri kronis atau gangguan pernapasan;
  • Mengobati gangguan tidur seperti sleep apnea atau restless leg syndrome;
  • Rutin berolahraga, namun hindari olahraga berat menjelang tidur.

“Jika rasa kantuk berlebihan tetap terjadi meskipun kebiasaan tidur sudah baik, sebaiknya lakukan evaluasi medis terkait ganguan tidur,” kata MacSweeney.

Tidur siang bukanlah kebiasaan yang sepenuhnya buruk.

Namun, bila terjadi terlalu sering, durasinya terlalu panjang, atau waktunya tidak teratur, bisa menjadi indikator penting dari masalah kesehatan yang mendasar.

Studi ini menegaskan pentingnya menilai kebiasaan tidur siang dalam pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi lansia.

 

Tag:  #studi #tidur #siang #terlalu #lama #bisa #tingkatkan #risiko #kematian

KOMENTAR