Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Mengenal Hari Raya Gereja Katolik Sedunia dan Salah Satu Tokoh Paling Bertanggung Jawab Atasnya
Ilustrasi tubuh dan darah kristus (Dok. Freepik)
14:24
22 Juni 2025

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Mengenal Hari Raya Gereja Katolik Sedunia dan Salah Satu Tokoh Paling Bertanggung Jawab Atasnya

- Dalam Kalender Liturgi yang diikuti oleh Gereja Katolik, akan terlihat banyak hari raya yang tentunya tidak tercantum pada kalender biasa. Salah satunya adalah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, atau Pesta Corpus Christi. 

Perayaan ini dilaksanakan untuk menghormati Ekaristi, ritual yang biasa dilakukan pada setiap ibadah Gereja Katolik. 

Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, perayaan ini dapat dirayakan pada hari yang berbeda, tergantung dengan gerejanya. Ibadah ini dapat dilaksanakan pada hari Kamis setelah Hari Minggu Tritunggal Mahakudus, atau pada hari Minggu setelahnya. 

Sejarah 

Perayaan ini dimulai pada tahun 1246 oleh Uskup Robert de Torote dari Liege. Ia memulainya setelah dibujuk oleh Santa Juliana, yang pada saat itu masih menjadi kepala biara di Mont Cornillon, setelah mendapatkan penglihatan.

Kisah penglihatan tersebut baru tersebar pada tahun 1261, ketika Jacques Pantaleon, yang sebelumnya adalah diakon agung di Liege, menjadi Paus Urbanus IV. 

Dilansir dari Hallow, Paus Urbanus IV kemudian melembagakan Pesta Corpus Christi pada tahun 1264 melalui bulla kepausan, Transiturus de hoc mundo

Santa Juliana merahasiakan wahyu yang ia dapatkan ini selama dua puluh tahun, hingga akhirnya ia menceritakannya kepada dua biarawati lainnya dan serang imam setelah menjadi kepala biara. 

Setelah hari raya tersebut ditetapkan pada tahun 1264, Paus Urbanus IV menugaskan dokter gereja St. Thomas Aquinas untuk menyusun teks-teks yang kemudian digunakan untuk Ibadat Liturgi Tubuh dan Darah Kristus. 

Teks-teks ini termasuk Sacris Solemnis, Panis Angelicus, Adoro Te Devote, Pange Lingua dan O Salutaris. 

Santa Juliana

Dilansir dari Catholic Insight, salah satu tokoh paling penting dalam asal muasal liturgi ini adalah seorang perempuan bernama Juliana. 

Juliana de Cornillon, yang juga dikenal sebagai Juliana dari Liege, lahir di Belgia sekitar tahun 1191-1192. 

Di Liege dulunya terdapat sekelompok perempuan yang berdedikasi untuk melakukan pemujaan ekaristi. Mereka dibimbing oleh beberapa imam dan tinggal bersama. 

Pada umur lima tahun, Juliana dan saudarinya, Agnes, kehilangan kedua orang tuanya. Mereka kemudian tinggal bersama para biarawati Agustinian di Mont Cornillon. 

Selama tinggal di biara, ia dibimbing oleh Suster Sapienza, yang membangun perkembangan spiritual Juliana. Hingga Juliana sendiri menjadi biarawati disana pula. 

Juliana menjadi sangat pintar hingga dapat membaca teks-teks dari Santo Agustinus dan Santo Bernard dalam bahasa Latin. Selain kecerdasannya, Juliana juga memiliki kecenderungan untuk merenung dalam-dalam. 

Ketika Juliana berumur 16 tahun, ia mendapatkan wahyu pertamanya yang terjadi beberapa kali selama adorasi ekaristinya. 

Dalam penglihatannya, ia menyaksikan bulan yang dilintasi garis diametris gelap. Tuhan membuatnya mengerti arti dari penampakan tersebut. 

Bulan melambangkan kehidupan gereja di bumi. Sedangkan garis gelap tersebut melambangkan tidak adanya hari raya liturgi yang menurut Juliana seharusnya ada, yaitu: hari raya dimana umat beriman dapat memuja ekaristi agar iman mereka bertambah. 

Juliana merahasiakan hal-hal yang ia lihat selama 20 tahun, hingga akhirnya ia menjadi kepala biara. Ia kemudian akhirnya menceritakan apa yang ia lihat kepada dua biarawati lain, Eva dan Isabella. 

Tata Cara Perayaan

Sekarang beberapa gereja memiliki prosedur perayaan mereka masing-masing. 

Di Gereja Katolik Roma, Pesta Corpus Christi merupakan satu dari lima hari dalam setahun yang sangat penting. Sampai-sampai seorang uskup diosesan tidak boleh meninggalkan keuskupannya. Kecuali untuk alasan serius atau mendesak. 

Ada beberapa gereja yang memiliki tradisi untuk mengadakan prosesi di jalanan kota, atau di paroki tertentu dengan dia serta nyanyian untuk menghormati Sakramen Mahakudus. 

Selama ibadah berlangsung, hosti yang konsekrasi akan dipajang dalam monstrans dan akan diangkat tinggi oleh anggota klerus. 

Gereja Lutheran tidak melakukan perarakan karena prosesi tersebut terlihat seperti penyembahan yang berlebihan. 

Di Gereja Anglikan perayaan ini tidak lagi dilakukan sejak tahun 1548. Namun, di Gereja Inggris ikut memperingati Minggu Tritunggal Mahakudus yang juga dapat diperingati sebagai Hari Pengucapan Syukur atas Ditetapkannya Komuni Kudus (Corpus Christi). 

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #hari #raya #tubuh #darah #kristus #mengenal #hari #raya #gereja #katolik #sedunia #salah #satu #tokoh #paling #bertanggung #jawab #atasnya

KOMENTAR