Apa Penyebab Bullying? Ini Kata Ahli Psikologi Unair Surabaya, Simak Penjelasan Lengkapnya!
- Bullying, sebuah isu sosial yang merusak, kembali menjadi sorotan publik setelah beberapa insiden belakangan ini.
Menanggapi hal ini, Margaretha, pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menyoroti kasus bullying yang terus mencuat dipermukaan.
Dikutip dari unair.ac.id pada Minggu (7/4), bahwa menurut Margaretha, terdapat beberapa penyebab terjadinya bullying, mulai dari pelaku maupun korban.
Latar belakang pelaku
Ia menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang berpotensi menjadi pelaku perundungan.
Untuk yang pertama adalah seseorang berpotensi menjadi pelaku ketika ia memiliki pengalaman kekerasan di rumah.
Sosialisasi secara tidak langsung dalam bentuk kekerasan yang dialami seseorang di rumah menciptakan individu yang beresiko menjadi pelaku perundungan.
“Jadi misalnya anak mengalami kekerasan di rumah. Apabila mereka tidak suka terhadap sesuatu, maka mereka akan memukul atau menggunakan kekerasan. Hal ini masuk dalam alam berpikirnya,” jelasnya.
Aspek interaksi sosial juga ikut andil menjadikan seseorang pelaku siksaan verbal. Misalnya, kedongkolan dengan teman sebaya.
Sedangkan secara internal individu, mereka yang menjadi pelaku perundungan cenderung merupakan orang yang gagap melerai permasalahan pribadinya.
“Selain itu, pelaku perundungan biasanya adalah orang yang kurang cakap menyelesaikan persoalan pribadi dan sosialnya, sehingga mereka menggunakan tindakan kekerasan sebagai cara yang sebenarnya tidak efektif, atau kekerasan sebagai pengalihan akibat tidak bisa menyelesaikan persoalan,” tambah Margaretha.
Korban yang resiko mengalami bullying
Adapun dari aspek korban perundungan, bahwa mereka yang cenderung menjadi sasaran merupakan individu yang sekurang-kurangnya dilihat dalam tiga hal.
Mulai dari mereka yang lemah dalam intergasi sosial, gagap dalam penyelesaian konflik, dan yang tak luput juga yakni mereka yang berkebutuhan khusus, seperti disabilitas.
Meskipun setiap orang berpotensi mengalami penganiayaan, namun resiko lebih tinggi terjadi pada mereka yang lemah.
“Semua orang bisa mengalami agresi, tapi yang biasanya jadi korban lebih lama adalah mereka yang lebih lemah secara sosial, atau mereka yang punya disabilitas.” tutur dosen Unair Surabaya tersebut.
Ia memberikan contoh salah satunya yakni siswa disabilitas di sekolah inklusi memeliki kerentanan mengalami perundungan.
Perundungan menjadi hal yang benar-benar perlu diperhatikan. Sebagai informasi, menurut laporan dari Unicef pada 2020 lalu sebagaimana yang dikutip dari unicef.org pada Minggu (7/4), sekurang-kurangnya 2 dari 3 anak baik perempuan maupun laki-laki dengan rentan usia 13-17 tahun pernah mengalami setidaknya satu jenis kekerasan selama hidupnya.
Sedangkan 3 dari 4 anak-anak dan juga remaja yang pernah mengalami salah satu jenis kekerasan atau lebih melaporkan bahwa pelaku kekerasan adalah teman atau sebayanya sendiri.
Beberapa perundungan yang dialami anak mulai dari pemukulan, diperintah sewenang-wenang, perusakan barang orang lain, pengancaman, ejekan, pengucilan dan penyebaran rumor yang tidak baik tentang seseorang.
Tag: #penyebab #bullying #kata #ahli #psikologi #unair #surabaya #simak #penjelasan #lengkapnya