



Sajak Sebuah Pengandaian
Sebuah Pengandaian
Suatu ketika, ditemukan juga mesin waktu
Gentar sekaligus memesona
kita mengulurkan tangan
hendak menguji kekekalan
Getir dan gamang
kita bimbang pada persoalan
mana yang lebih penting,
lebih dulu mesti dilakukan:
mencari tahu apa yang mengintai
dari masa depan,
menemui jiwa terbelenggu
dan membebaskannya,
atau menelisik yang bersemayam
di sebalik makna?
Jutaan tahun dunia
jutaan tahun manusia
tersapu bagai debu
saat seorang purba
bangkit sekian masa
bukan sebagai juru selamat
tetapi si terasing pada zamannya
2023
---
Bong Suwung
telah berlalu sekian jam
sejak kardus dikemas
tumpukan buku, helai pakaian
diturunkan urung ditata
dari mana semua kekuatan ini
keberanian pergi dan tak lagi kembali?
kutatap diriku yang kanak –ah, pantulan
waktu di cermin tak mengubahku abadi!
tersedu meninggalkan rumah demi rumah
bukan punya kita, bujuk ibu dalam pelukan
kenapa bertahun menuakan usia
menetap jika dia tak bakal dimiliki?
berdebar kunanti:
esok akan kucium wangi pagi
di pondok yang kubangun sendiri
tangga kayu, lantai kayu
semut lelap di lembap tanah
menunggu suatu saat bersarang
di liang yang mana –seperti aku
pembaringan ranjang ini
kelak bertabur debu dari
atap ingatan yang merapuh.
2024
---
Jangkang, Sleman
Kebiasaan jalan pagi
membawamu ke sebuah pasar
kecil dan terpencil, di sisi lain kota ini
Suasana bakal tiba hari raya
aneh sekali, mendamparkanmu
ke lengangnya hutan lereng merapi
Los kumuh buah dan sayur
kau susuri, bersisian sekian tanya:
Dengan cara apa setangkai pakis
mengirimkan tanda cinta
dan capung yang melayang itu
memahaminya
Dengan cara apa akar-akar
kabarkan tumbuhnya tunas baru
dan putik bunga bahagia
menyambutnya
Di sudut pintu keluar
pengemis jalanan meringkuk
serupa patung batu, dan kau
lagi-lagi mengandaikan:
pernahkah alam mengkhianati
seekor anak belalang
mengasingkannya dalam liang
mempermainkan musim
antara datang dan tak datang
menyamar maut penuh kasih
memberinya napas hidup
lalu mencurinya ketika malam
Gemuruh guntur di utara
menegaskan batas kesabaran
orang-orang bergegas
kumpulan ngengat terbang
mencari perlindungan
hanya waktu dan pucuk perdu itu
diam saling menunggu
Sesaat kau mengerti
bahasa-bahasa itu
Sesaat kemudian, luput
2023
---
NI MADE PURNAMA SARI, Lahir di Bali, 1989. Buku-bukunya, antara lain, Kawitan (GPU, 2016), Kalamata (KPG, 2016), dan Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati (KPG, 2022).
Tag: #sajak #sebuah #pengandaian