Kisah Tan Malaka, Seorang Komunis Asal Sumbar yang Akhirnya Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional
Bernama asli Sutan Ibrahim, Tan Malaka lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar).
Meski disebut - sebut sebagai pahlawan penuh kontroversi, pengaruhnya dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.
Untuk menyelami kisah seorang Tan Malaka, simak penjelasan dibawah ini yang kami rangkum dari umsu.ac.id, Sabtu (24/2).
Latar Belakang Tan Malaka
Tan Malaka merupakan buah cinta dari pasangan bangsawan. Ayah diketahui bernama Rasad Caniago dan ibunya bernama Sinah Simabur.
Kedua orang tuanya yang berasal dari kalangan bangsawan, merupakan pegawai di pertanian Hindia Belanda. Hal itu membuat kehidupan mereka tidak jauh berbeda dari penduduk lainnya.
Namun, privilege inilah yang akhirnya membuat seorang Tan Malaka kecil bisa mengenyam rasanya mendapat pendidikan, berbeda dengan anak - anak pribumi biasa lainnya.
Diketahui, ia pun sempat menempuh pendidikan di sekolah guru pribumi di Bukit Tinggi, Sumbar, tepatnya pada tahun 1908-1913. Di sana, ia mendapatkan rekomendasi dari guru-gurunya untuk melanjutkan studi ke Belanda.
Perjalanan Hidup dan Perjuangan Politik Tan Malaka
Siapa sangka, dorongan dari guru - gurunya itu akhirnya meluluhkan hati seorang Tan Malaka. Ia pun berangkat ke Belanda untuk belajar di Sekolah Pendidikan Guru Pemerintah di Harlem. Saat itu, usianya masih 17 tahun.
Di sana, pengetahuannya tentang revolusi mulai muncul, terutama setelah Revolusi Rusia pada Oktober 1917. Dari sinilah ia mulai menunjukkan ketertarikannya pada pemikiran Komunisme dan Sosialisme.
Ia pun memperdalam pengetahuannya tentang ideologi tersebut dengan membaca karya-karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin.
Setelah menyelesaikan studinya, Tan Malaka pun kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Tepatnya, setelah Perang Dunia I berakhir.
Ia kemudian mulai terlibat dalam gerakan - gerakan komunitas di Indonesia. Salah satunya gerakan buruh di Sumatera Utara (Sumut).
Setelah beberapa lama berkecimpung dalam dunia komunisme, ada satu waktu dimana ia pun diangkat menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1921.
Namun, karena aktivitas politiknya yang dianggap dapat mengancam pemerintahan, ia akhirnya diusir dari Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1922.
Bukannya jera, selama kembali ke luar negeri, Tan Malaka terus berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Salah satunya dengan menjadi perwakilan Indonesia dalam Kongres Keempat Komintern (Komunis Internasional) pada tahun 1922.
Ia kemudian mendirikan Partai Republik Indonesia di Bangkok pada tahun 1927. Namun, upayanya untuk melemahkan pemerintah kolonial di Indonesia masih belum berhasil sepenuhnya.
Tan Malaka memiliki pemikiran yang kuat tentang makna dari kemerdekaan Indonesia. Ia percaya bahwa kemerdekaan harus direbut dengan perlawanan fisik bukan dengan perundingan.
Akhir Hidup Tan Malaka
Tan Malaka meninggal dunia setelah ditangkap dan dieksekusi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Sebagian orang percaya, kematiannya juga penuh konspirasi.
Meskipun kontroversial, Tan Malaka telah banyak memberikan kontribusi yang tak terelakkan bagi perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, khususnya bagi masyarakat miskin yang haus akan keadilan.
Tan Malaka akhirnya diabadikan sebagai Pahlawan Nasional melalui dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963.
Tag: #kisah #malaka #seorang #komunis #asal #sumbar #yang #akhirnya #dinobatkan #sebagai #pahlawan #nasional