Gangster di Haiti Semakin Berulah, Kontainer Bantuan PBB di Pelabuhan Ibu Kota Dijarah
Orang-orang mengendarai sepeda motor mereka di jalan di Port-au-Prince, Haiti, pada 12 Maret 2024. - Kesepakatan transisi politik di Haiti menandai langkah maju yang penting bagi negara yang dilanda kekerasan tersebut, namun masih banyak yang harus dilakukan, dengan beberapa hal yang perlu dilakukan para ahli memperingatkan bahwa situasinya bisa semakin memburuk. (Photo by Clarens SIFFROY / AFP) 
13:40
18 Maret 2024

Gangster di Haiti Semakin Berulah, Kontainer Bantuan PBB di Pelabuhan Ibu Kota Dijarah

Organisasi Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan kontainer bantuan yang telah tiba di Pelabuhan utama Port-au-Prince Haiti dijarah oleh kelompok geng bersenjata pada Sabtu (16/3/2024).

Dari 17 kontainer UNICEF, geng kriminal tersebut telah menjarah 1 kontainer yang berisi barang-barang penting untuk kelangsungan hidup ibu, bayi baru lahir, dan anak-anak.

Insiden ini terjadi di tengah Haiti yang sedang berjuang untuk menyelesaikan krisis kelaparan dan kekurangan gizi yang mengancam beberapa jiwa.

“Merampas pasokan kesehatan penting bagi anak-anak di tengah runtuhnya sistem layanan kesehatan merupakan pelanggaran terhadap hak-hak mereka. Insiden ini terjadi pada saat kritis ketika anak-anak paling membutuhkannya,” kata Perwakilan UNICEF di Haiti, Bruno Maes, dikutip dari laman resmi UNICEF.

Saat ini, lebih dari 260 kontiner bantuan telah dikuasi oleh geng bersenjata di Haiti.

Oleh karena itu, Bruno Maes meminta ini semua segera diakhiri agar bantuan dapat sampai ke warga.

“Penjarahan perbekalan yang penting untuk dukungan penyelamatan nyawa anak-anak harus segera diakhiri dan akses kemanusiaan harus tetap aman," tambahnya.

Sementara itu, rumah sakit di Port-au-Prince juga telah dirusak oleh gengster.

Hal tersebut menyebabkan rumah sakit harus ditutup paksa karena takut membahayakan nyawa para pekerja medis.

“Penutupan fasilitas kesehatan karena masalah keamanan di Haiti merupakan situasi yang mengerikan bagi anak-anak di mana setiap pusat kesehatan yang ditutup berarti nyawa dalam bahaya dan perawatan medis penting tidak diberikan," jelas Maes.

Selain itu, 60 rumah sakit yang tersebar di Haiti juga tidak lagi berfungsi.

Ini berdampak buruk pada anak-anak yang memerlukan tindakan medis darurat.

Memburuknya situasi keamanan di Haiti akan terus memperburuk krisis kemanusiaan.

“Kegagalan menghentikan kekerasan dan membuka kembali jalur logistik penting akan memperburuk krisis layanan kesehatan secara signifikan. Kita sedang menyaksikan bencana kemanusiaan, dan hanya ada sedikit waktu tersisa untuk membalikkannya," tegasnya.

Oleh karena itu, rencana UNICEF berencana untuk terus meningkatkan respons kemanusiaan dengan meningkatkan akses terhadap layanan dasar dan membantu menjaga layanan tersebut tetap berjalan.

Tidak hanya itu, UNICEF juga berencana akan menjangkau setidaknya 650.000 anak dan perempuan yang mengakses layanan kesehatan dasar.

“Pendanaan yang fleksibel akan membantu kami melindungi lebih banyak anak-anak dan masyarakat yang membutuhkan saat ini dan berupaya membangun sistem yang lebih tangguh untuk melindungi anak-anak di masa depan," jelasnya.

Meskipun fakta di lapangan terus berubah, UNICEF berjanji akan terus memberikan bantuan hingga ke wilayah yang sulit terjangkau.

"Kami tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan meskipun kenyataan di lapangan terus berubah, bahkan di negara-negara yang sulit untuk dijangkau, jangkauan dan wilayah yang paling menantang,” pungkasnya.

Kekacauan di Haiti

Baru-baru ini, penjara nasional di ibu kota Haiti, Port-au Prince terbakar.

Juru bicara kepolisian nasional Haiti mengatakan insiden kebakaran ini terjadi pada Kamis (14/3/2024).

Dalam video yang beredar, asap hitam tebal terlihat mengepul dari dalam penjara yang hampir kosong tersebut.

Tidak jelas apakah kebakaran tersebut ada hubungannya dengan kerusuhan sipil yang sedang berlangsung, dikutip dari Independent.co.uk.

Namun sebelumnya, geng bersenjata telah menyerbu penjara ini pada awal bulan.

Mereka juga membebaskan ribuan narapidana yang berada di penjara tersebut.

Perdana Menteri Ariel Henry Mengundurkan Diri

Geng-geng bersenjata di Haiti mendesak PM Ariel Henry untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Menurut mereka, sejak Henry menjabat, pemiliha umum di Haiti tidak lagi diadakan selama 8 tahun.

Desakan geng-geng kriminal tersebut membuat Henry akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.

Setelah mengundurkan diri, keberadaan Henry selama sebulan ini berada di Puerto Rico.

Ia berada di Puerto Rico setelah ditolak masuk ke Republik Dominika.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Kerusuhan di Haiti

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #gangster #haiti #semakin #berulah #kontainer #bantuan #pelabuhan #kota #dijarah

KOMENTAR