Amerika Ultimatum Israel: Perbaiki Situasi Kemanusiaan di Gaza atau Kehilangan Sokongan Militer
Warga Palestina yang mengungsi mengambil jalan pesisir Rashid untuk kembali ke Kota Gaza saat mereka melewati Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada 14 April 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Photo by AFP) 
08:50
16 Oktober 2024

Amerika Ultimatum Israel: Perbaiki Situasi Kemanusiaan di Gaza atau Kehilangan Sokongan Militer

Amerika Serikat meminta Israel untuk mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza dalam waktu satu bulan ke depan.

Jika tidak, Israel akan menghadapi potensi pembatasan bantuan militer AS, kata pejabat AS.

Mengutip Reuters, ini adalah ultimatum terkuat yang dikeluarkan AS sejak perang Israel dengan Hamas dimulai setahun yang lalu.

Pada hari Minggu (13/10/2024), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin menulis surat kepada pejabat Israel.

Blinken dan Austin menuntut tindakan yang nyata dari Israel untuk mengatasi situasi yang memburuk di daerah kantong Palestina di tengah serangan Israel yang baru di Gaza utara, kata pejabat AS pada hari Selasa (15/10/2024).

Kegagalan untuk melakukannya dapat berdampak pada kebijakan AS, kata surat tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Israeli News 12.

"Kami khususnya prihatin bahwa tindakan baru-baru ini oleh pemerintah Israel berkontribusi pada percepatan kemerosotan kondisi di Gaza," kata salinan surat yang diunggah oleh reporter Axios di X.

Surat tersebut mengutip pembatasan yang diberlakukan Israel, termasuk pembatasan impor komersial, penolakan sebagian besar pergerakan kemanusiaan antara Gaza utara dan selatan, dan pembatasan yang membebani dan berlebihan terhadap barang apa saja yang dapat masuk ke Gaza.

Pengungsi Palestina mengambil jalan pesisir Rashid untuk kembali ke Kota Gaza saat mereka melewati Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada 14 April 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Photo by AFP) Pengungsi Palestina mengambil jalan pesisir Rashid untuk kembali ke Kota Gaza saat mereka melewati Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada 14 April 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Photo by AFP) (AFP/-)

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan surat itu tidak dimaksudkan sebagai ancaman, tetapi menegaskan kembali urgensi peningkatan bantuan kemanusiaan di Gaza.

Seorang pejabat Israel di Washington mengatakan surat itu telah diterima dan sedang ditinjau. 

"Israel menanggapi masalah ini dengan serius dan bermaksud untuk membahas masalah yang diangkat dalam surat ini dengan rekan-rekan Amerika kami," kata pejabat itu.

Surat tersebut menguraikan langkah-langkah spesifik yang harus diambil Israel dalam waktu 30 hari.

Langkah-langkah tersebut di antaranya mengizinkan minimal 350 truk memasuki Gaza per hari, memberlakukan jeda dalam pertempuran untuk memungkinkan pengiriman bantuan, dan mencabut perintah evakuasi bagi warga sipil Palestina jika tidak ada kebutuhan operasional.

"Kegagalan untuk menunjukkan komitmen berkelanjutan dalam menerapkan dan mempertahankan langkah-langkah ini dapat berimplikasi pada kebijakan AS dan hukum AS yang relevan," kata surat tersebut.

Surat tersebut mengutip Pasal 620i Undang-Undang Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat, yang melarang bantuan militer ke negara-negara yang menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan AS.

Surat tersebut juga mengutip Memorandum Keamanan Nasional yang dikeluarkan Presiden AS Joe Biden pada bulan Februari yang mengharuskan Departemen Luar Negeri untuk melaporkan kepada Kongres apakah mereka menganggap jaminan Israel yang kredibel bahwa penggunaan senjata AS tidak melanggar hukum AS atau hukum internasional.

Netanyahu Berencana Buat Warga Gaza Mati Kelaparan, Mengurung Semua Orang dan Blokir Akses Makanan

Dilaporkan sebelumnya. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sedang memeriksa proposal untuk menutup bantuan kemanusiaan ke Gaza utara, dengan tujuan membuat ratusan ribu orang yang tidak bisa meninggalkan rumah mereka mati kelaparan.

Dalam proposal tersebut, yang dilihat oleh Associated Press, warga yang masih berada di Gaza utara akan diklasifikasikan sebagai kombatan.

Artinya, tentara Israel diperbolehkan menembak mereka.

Warga pun akan dilarang mengakses makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar.

Proposal itu dibuat oleh sekelompok pensiunan jenderal Israel.

Mereka menyerukan agar Israel tetap mengendalikan Gaza utara dalam waktu yang tidak terbatas untuk membentuk administrasi baru, sehingga membagi Jalur Gaza menjadi dua bagian.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Instagram @b.netanyahu)

Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu mengatakan dalam sesi tertutup komite parlemen bahwa ia sedang mempertimbangkan rencana tersebut.

Otoritas Israel yang mengetahui masalah tersebut mengatakan sebagian dari rencana itu bahkan sudah dilaksanakan.

Rencana tersebut memberi warga Palestina waktu seminggu untuk meninggalkan sepertiga utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza, sebelum mendeklarasikan wilayah tersebut sebagai zona militer tertutup.

Israel telah mengeluarkan banyak perintah evakuasi untuk wilayah Gaza utara selama satu tahun ini, dan yang terbaru adalah pada hari Minggu (6/10/2024).

Pasukan Israel memperluas serangan militer brutal mereka di Gaza utara pada hari Minggu pagi, setelah menewaskan 300 orang selama sembilan hari dalam serangan darat yang semakin intensif yang menargetkan kamp pengungsi Jabalia.

Tank-tank Israel bergerak menuju tepi utara Kota Gaza, sementara serangan udara dari atas terus berlanjut.

Penduduk mengatakan mereka terisolasi dari wilayah Gaza lainnya.

Mereka mengatakan bahwa pasukan Israel tidak mengizinkan siapa pun masuk atau keluar dari wilayah utara.

Tidak ada truk makanan, air, atau obat-obatan yang memasuki wilayah utara sejak 30 September, menurut PBB.

Sejauh ini, sangat sedikit warga Palestina yang mematuhi perintah evakuasi terbaru.

Sebab, banyak yang takut bahwa tidak ada lagi tempat yang aman untuk dituju dan mereka tidak akan pernah diizinkan kembali.

"Semua warga Gaza takut dengan rencana itu," kata Jomana Elkhalili, seorang pekerja bantuan Palestina berusia 26 tahun untuk Oxfam yang tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya.

"Namun, mereka tidak akan melarikan diri. Mereka tidak akan membuat kesalahan lagi. Kami tahu tempat lain di sana tidak aman," katanya.

"Itulah sebabnya orang-orang di utara mengatakan lebih baik mati daripada pergi."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #amerika #ultimatum #israel #perbaiki #situasi #kemanusiaan #gaza #atau #kehilangan #sokongan #militer

KOMENTAR