



Bakal Bertemu Netanyahu, Trump Janjikan Gencatan Senjata di Gaza Pekan Depan
- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia setelah memberikan pernyataan kontroversial menjelang pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pekan depan. Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan wartawan, Trump mengatakan akan bersikap 'sangat keras' terhadap Netanyahu mengenai perlunya mengakhiri perang berdarah di Gaza.
"Saya akan sangat tegas dengan Bibi (Netanyahu). Perang ini harus segera dihentikan," kata Trump, dikutip dari Times of Israel, Rabu (2/7).
"Saya tahu dia juga ingin mengakhirinya".
Namun pernyataan ini sontak menuai reaksi skeptis, mengingat Trump sendiri telah beberapa kali menyampaikan janji serupa tanpa hasil konkret. Pekan lalu, ia mengatakan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera akan dicapai dalam hitungan hari, namun kini janji tersebut digeser ke 'minggu depan'.
Lebih mencengangkan lagi, Trump menyebut kedatangan Netanyahu bukan hanya soal perdamaian, melainkan juga sebagai 'perayaan kemenangan' atas serangan gabungan AS-Israel ke Iran yang terjadi selama konflik 12 hari terakhir. Serangan tersebut, menurut Trump, menyasar tiga fasilitas nuklir utama Iran, dan disebutnya sebagai 'operasi heroik'.
"Kita harus merayakan para pahlawan ini. Pilot-pilot kita telah menjalankan misi dengan luar biasa," ujarnya.
Ia juga menyebut pertanyaan mengenai efektivitas serangan tersebut dalam menghentikan program nuklir Iran sebagai 'penghinaan terhadap para prajurit Amerika'.
AS Dituding jadi Beking Senjata Israel
Di sisi lain, pernyataan Trump justru memperkuat kritik internasional bahwa Amerika Serikat tidak hanya berperan sebagai mediator konflik, tetapi juga sebagai penyokong utama agresi militer Israel di Timur Tengah.
Berbagai organisasi HAM dan pengamat geopolitik menilai, di bawah bayang-bayang Trump, AS justru memperpanjang penderitaan warga sipil di Gaza dengan terus mengalirkan bantuan militer ke Tel Aviv.
Sebagai informasi, dalam beberapa bulan terakhir, Washington tercatat mengirimkan ratusan juta dolar bantuan militer ke Israel, termasuk bom pintar dan amunisi presisi tinggi yang digunakan dalam serangan udara di Gaza dan Suriah.
Dukungan ini semakin memicu kemarahan dunia Islam dan memperkeruh situasi di kawasan yang sudah lama bergolak.
“Trump mungkin ingin terlihat sebagai pembawa damai, tapi kenyataannya ia terus mem-backup mesin perang Israel. Gaya diplomasinya tidak lebih dari transaksi politik demi citra dan elektabilitas di dalam negeri," ujar seorang analis Timur Tengah dari London School of Economics.
Rekam Jejak Kontroversial Trump di Timur Tengah
Ini bukan kali pertama Trump memainkan peran ganda dalam konflik Timur Tengah. Saat masih menjabat sebagai presiden, ia mengambil langkah yang sangat kontroversial dengan memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem pada 2018, tindakan yang dianggap membakar api konflik dan merusak peluang perdamaian antara Israel dan Palestina.
Trump juga dikenal dekat dengan aliansi Israel-Saudi, serta menghapus bantuan dana kemanusiaan untuk pengungsi Palestina melalui UNRWA, keputusan yang sempat memicu kecaman PBB. Dalam kebijakannya, ia lebih sering memihak blok pro-Israel daripada mengedepankan solusi dua negara yang menjadi konsensus internasional.
Sementara itu, dalam beberapa pidato kampanye menjelang Pilpres AS 2024, Trump kerap membanggakan keberhasilannya dalam membentuk Abraham Accords, serangkaian perjanjian normalisasi antara Israel dan sejumlah negara Arab. Namun di balik itu, banyak pihak menilai kesepakatan tersebut lebih mementingkan aliansi ekonomi dan militer ketimbang solusi damai yang berkelanjutan.
Yang jelas, kini, pertemuan antara Trump dan Netanyahu di Gedung Putih diprediksi akan menjadi lebih banyak simbol politik ketimbang diplomasi damai. Banyak pengamat menilai langkah Trump hanyalah strategi untuk kembali menggaet dukungan dari kelompok konservatif pro-Israel di Amerika menjelang pemilu mendatang.
Dengan Gaza masih membara, ribuan warga sipil menjadi korban, dan Iran menyatakan siap membalas, publik dunia bertanya-tanya: apakah pertemuan dua tokoh kontroversial ini benar-benar akan membawa damai, atau justru membuka babak baru konflik yang lebih besar?
Yang pasti, jika sejarah menjadi acuan, maka janji-janji Trump harus disikapi dengan kewaspadaan, karena di balik kata-katanya, seringkali tersembunyi agenda yang jauh lebih rumit.
Tag: #bakal #bertemu #netanyahu #trump #janjikan #gencatan #senjata #gaza #pekan #depan