Gula Darah Puasa dan Sewaktu, Ini Penentu Diabetes Menurut Dokter
Penetapan seseorang mengalami diabetes tidak dilakukan berdasarkan keluhan semata, melainkan melalui hasil pemeriksaan gula darah dengan batas angka yang jelas.
Dokter Endokrinologi Siloam Hospitals TB Simatupang, dr. I Gusti Ngurah Adhiartha, Sp.PD-KEMD, FINASIM, mengatakan bahwa diagnosis diabetes harus mengacu pada nilai pemeriksaan laboratorium tertentu.
“Diagnosis diabetes itu ada angkanya,” ujarnya saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (9/12/2025).
Batas gula darah puasa sebagai penentu awal
Menurut Adhiartha, salah satu pemeriksaan utama untuk menilai diabetes adalah gula darah puasa.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah pasien berpuasa selama delapan jam. Berikut adalah kisaran kadar gula darah puasa normal dalam satuan miligram per desiliter (mg/dL):
- Normal: antara 70–90 mg/dL.
- Gangguan glukosa puasa atau prediabetes: 100–125 mg/dL
- Diabetes: sama dengan atau lebih dari 126 mg/dL
“Kalau gula darah puasa sama dengan atau lebih dari 126 mg/dL, baru kita katakan itu diabetes,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pemeriksaan untuk penegakan diagnosis harus menggunakan darah vena, bukan darah kapiler dari glukometer.
Gula darah dua jam setelah makan dan gula darah sewaktu
Selain gula darah puasa, pemeriksaan gula darah dua jam setelah makan juga digunakan sebagai dasar diagnosis, seperti:
- Normal: di bawah 140 mg/dL
- Gangguan toleransi glukosa atau prediabetes: antara 140–199 mg/dL
- Diabetes: 200 mg/dL atau lebih
“Kalau gula darah sewaktu 200 mg/dL atau lebih disertai gejala, itu baru bisa kita katakan diabetes,” ujarnya.
Pemeriksaan gula darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja tanpa memperhatikan waktu makan, tetapi tetap harus disertai gejala khas.
Gula darah tinggi tidak selalu diabetes
Adhiartha menjelaskan bahwa tidak semua gula darah tinggi berarti diabetes. Ada kondisi hiperglikemia sesaat yang dapat terjadi pada orang tanpa diabetes.
Kondisi tersebut bisa dipicu oleh stres, demam, infeksi, atau penggunaan obat tertentu seperti steroid.
“Hiperglikemia sesaat itu bisa naik, tapi kemudian turun lagi setelah penyebabnya hilang,” jelasnya.
Diabetes berbeda karena bersifat kronis dan ditandai dengan kenaikan gula darah yang menetap.
Siapa yang perlu melakukan pemeriksaan gula darah?
Dr. I Gusti Ngurah Adhiartha, SpPD-KEMD, FINASIM. Dokter menjelaskan berapa kadar gula darah normal sekaligus tanda awal ketika gula darah mulai naik dan perlu diwaspadai.
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan pada kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi. Adhiartha menyebutkan faktor risiko tersebut meliputi:
- Memiliki riwayat keluarga diabetes
- Obesitas
- Hipertensi
- Gangguan kolesterol
- Perempuan yang pernah mengalami diabetes saat kehamilan
Ia juga menyoroti perubahan pola usia pasien diabetes saat ini. Jika sebelumnya diabetes lebih banyak ditemukan pada usia di atas 40 tahun, kini kasus diabetes tipe 2 semakin banyak terjadi pada usia yang lebih muda.
“Kalau ada satu orang diabetes di keluarga, biasanya ada banyak calon diabetes lain di keluarga itu,” ujarnya.
Pentingnya deteksi dini diabetes
Menurut Adhiartha, deteksi dini diabetes sangat penting karena penanganannya tidak hanya berfokus pada gula darah, tetapi juga organ lain.
Pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk melihat dampak diabetes terhadap ginjal, jantung, dan organ lainnya.
“Sekarang kita menangani diabetes itu bukan cuma gulanya, tapi juga ginjal, jantung, dan organ lain,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa pemeriksaan ke dokter tetap diperlukan agar diagnosis ditegakkan secara tepat dan penanganan dapat dilakukan sejak dini.
Tag: #gula #darah #puasa #sewaktu #penentu #diabetes #menurut #dokter