Anak Baca Buku Terlalu Dekat, Kebiasaan atau Kesehatan Mata Terganggu?
Ilustrasi(Shutterstock)
05:06
13 Oktober 2025

Anak Baca Buku Terlalu Dekat, Kebiasaan atau Kesehatan Mata Terganggu?

Membaca dan menggambar terlalu dekat berisiko membuat anak mengalami miopi atau rabun jauh. Jika sudah terlanjur mengalaminya, kebiasaan ini juga bisa membuat minus pada mata bertambah dengan cepat. Meski begitu terkadang sulit mengubah kebiasaan tersebut.

Dokter mata Kianti Raisa Darusman, SpM(K), mengatakan, ada dua kemungkinan anak gemar membaca dan menggambar terlalu dekat, yaitu kebiasaan dan kesehatan mata yang mulai terganggu.

“Terkadang, anak-anak itu masih bagus banget matanya, jadi mereka menempel (mendekat ke buku),” ujar dr. Kianti saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (9/10/2025).

Otot mata anak yang sangat bagus membuat apapun yang dilihat jernih. Namun, saking jernihnya, beberapa anak justru ingin melihat dengan lebih dekat.

Alhasil, mereka akan membaca atau menggambar dengan jarak yang terlalu dekat. Padahal, jarak aman membaca dan menggambar agar mata tidak minus adalah 30-40 sentimeter.

“Namun harus dibedakan antara memang kebiasaan, atau memang anaknya enggak bisa melihat. Makanya perlu skrining. Skrining berperan untuk memastikan apakah itu hanya kebiasaan atau anak enggak kelihatan kalau melihat obyek lebih jauh dari jarak normal,” jelas dr. Kianti.

Kapan anak harus skrining kesehatan mata?

Pemeriksaan atau skrining kesehatan mata pada anak bisa dilakukan sedini mungkin, yakni pada usia enam bulan. Namun, pada anak yang lahir prematur, mereka perlu skrining kesehatan mata dua minggu setelah lahir.

Saat anak berusia tiga sampai empat tahun, skrining kesehatan mata sudah bisa menggunakan alat-alat tertentu, misalnya alat dengan gambar atau angka yang dikenali oleh anak.

Skrining kesehatan mata bisa dilakukan di fasilitas terdekat, atau melalui situs web skrining kesehatan mata anak bernama Cermata yang dikembangkan oleh Health Collaborative Center (HCC), Laulima Eye Health Initiative, dan Indonesian Health Development Center (IHDC).

Menurut dr. Kianti, hadirnya Cermata memungkinkan orangtua dan guru melakukan skrining kesehatan di mana saja karena hanya memerlukan gawai.

Hasil deteksi dini Cermata bisa digunakan sebagai rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan terdekat. Jadi, gangguan kesehatan anak bisa lekas teratasi.

“Cermata sudah diuji secara ilmiah. Jadi, seluruh prosesnya didasarkan oleh instrumen baku yang sudah digunakan di penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil validitasnya juga sudah kami uji, sehingga terukur secara ilmiah,” jelas dr. Kianti.

Tag:  #anak #baca #buku #terlalu #dekat #kebiasaan #atau #kesehatan #mata #terganggu

KOMENTAR