Jibrail Abdullah dan Upayanya Mengenalkan Kopi Liberika nan Beraroma Nangka yang Terancam Punah
Jibrail Abdullah menunjukkan kemasan kopi nangka (Liberika) di Tangerang Selatan (21/11). (Hilmi Setiawan/Jawa Pos)
17:36
22 November 2024

Jibrail Abdullah dan Upayanya Mengenalkan Kopi Liberika nan Beraroma Nangka yang Terancam Punah

- Selama ini sebagian masyarakat Indonesia hanya mengenal dua jenis kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Padahal ada satu jenis kopi lain yang khas di Indonesia. Namun, kopi jenis itu sudah langka dan terancam punah. Namanya kopi liberika atau sering disebut kopi nangka.

Tidak banyak masyarakat yang menjual kopi nangka. Salah satunya Jibrail Abdullah. Sejak dua tahunan terakhir, mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Surakarta itu sudah memasarkan kopi nangka. "Sesuai dengan namanya, ciri khas kopi ini muncul aroma nangka," kata Jibrail di pameran Gelar Hasil Produk Pengabdian Kepada Masyarakat dan seminar Senmaster di kampus UT, Tangerang Selatan pada Kamis (21/11).

Benar saja, JawaPos.com saat mencium kemasan kopi yang masih berupa biji sangrai, aroma nangkanya begitu kuat. Mengalahkan aroma gosong bekas disangrai. Jibrail menjual produk kopi nangka dalam bentuk biji sangrai serta bubuk. Semua dalam kemasan 200 gram dan dibanderol Rp 85 ribu.

Dia bekerja sama dengan dua petani sebagai penyuplai kopi nangka. "Petaninya berasal dari Gunung Lawu, Kabupaten Ngawi," jelasnya. Kedua petani itu sejatinya memiliki kebun kopi yang luas. Namun, total tanaman kopi nangkanya hanya tinggal sekitar delapan pohon. Itupun sudah tua-tua.

Jibrail mengatakan, faktor regenerasi tanaman itulah yang membuat kopi nangka jadi langka serta terancam punah. Petani kurang tertarik menanam lagi pohon kopi nangka. Pasalnya kalah bersaing dengan kopi Arabika atau Robusta.

"Kalau soal harga, kopi nangka ini ada di tengah-tengah," tutur mahasiswa yang juga bekerja di coffee shop itu. Harganya di bawah kopi Arabika, tapi di atas robusta. Rasa kopi nangka juga tidak asam seperti kopi arabika.

Jibrail menegaskan upayanya memasarkan kopi nangka itu sekaligus jadi upaya promosi ke masyarakat. Supaya kopi nangka bisa populer dan terhindar dari kepunahan.

Sebelum ikut pendamping produk pengabdian masyarakat UT, dalam sebulan dia mampu menjual sekitar 2-5 kg setiap bulan. Tetapi, setelah mendapatkan pendampingan, dia mampu menjual sampai 15 kg kopi nangka setiap bulan. Dia harus booking pesanan sejak awal. Karena lewat dua orang mitra petaninya, hanya mampu menyediakan sekitar 17 kg kopi nangka tiap bulannya. "Pendampingan lebih banyak soal marketing," tuturnya.

Untuk diketahui, kopi nangka atau liberika berasal dari Liberia dan Afrika Selatan. Kopi ini dibawa Belanda masuk ke Indonesia pada 1878. Dengan tujuan menggantikan pohon kopi Arabika yang rusak akibat serangan karat daun (Hemalia vastatrixi). Tetapi sayang, pada 1907 kopi nangka juga mengalami serangan serupa.

Hampir semua perkebunan kopi liberika yang terletak di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun. Meskipun daya tahan kopi liberika terhadap penyakit karat daun lebih baik dibanding arabika, tetapi tidak setahan kopi robusta. Sehingga pemerintah Belanda mengganti Liberika dengan jenis Robusta. 

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #jibrail #abdullah #upayanya #mengenalkan #kopi #liberika #beraroma #nangka #yang #terancam #punah

KOMENTAR