Perang Itu Mahal! Pelajaran dari Israel dan Iran tentang Harga yang Harus Dibayar Saat Damai Gagal
Warga Iran mengikuti unjuk rasa anti-Israel di Teheran, mencerminkan meningkatnya ketegangan di tengah konflik yang berisiko meluas secara regional dan global (The Guardian)
11:33
27 Juni 2025

Perang Itu Mahal! Pelajaran dari Israel dan Iran tentang Harga yang Harus Dibayar Saat Damai Gagal

Di balik gemuruh sirene dan dentuman rudal yang membelah langit Timur Tengah beberapa waktu lalu, tersimpan kenyataan pahit, perang bukan hanya soal senjata dan strategi, tetapi juga soal angka, jumlah uang yang begitu besar hingga sulit dicerna logika sehari-hari. 

Sejak konflik bersenjata antara Israel dan Iran kembali memanas, biaya yang dikeluarkan Israel untuk mempertahankan wilayah dan menyerang balik dilaporkan telah mencapai miliaran dolar hanya dalam hitungan hari. 

Dan itu belum termasuk luka sosial, ekonomi, dan psikologis yang jauh lebih sulit dihitung. Belum lagi kalau sampai timbul korban jiwa, begitu juga dengan negara yang menjadi korban, Iran, dan Palestina.

Menurut laporan The Wall Street Journal, Israel menghabiskan setidaknya hingga USD 200 juta atau berkisar Rp 3,2 triliun per hari hanya untuk sistem pertahanan misil. 

Angka tersebut belum termasuk biaya operasional jet tempur, amunisi, logistik, dan kerusakan infrastruktur akibat serangan balasan Iran. Bahkan untuk mencegat satu rudal jarak jauh, Israel dikabarkan harus merogoh kocek hingga USD 4 juta hanya untuk satu kali peluncuran dari sistem pertahanan Arrow 3.

Bayangkan, lebih dari 400 misil telah ditembakkan Iran ke wilayah Israel dalam beberapa hari terakhir. Jika sebagian besar dari itu dicegat, total biaya yang keluar sungguh mencengangkan. 

Sistem David's Sling, yang digunakan untuk ancaman jarak pendek hingga menengah, memakan biaya sekitar USD 700 ribu per aktivasi, dan itu pun minimal menggunakan dua interceptor setiap kali.

Zvi Eckstein, kepala Aaron Institute for Economic Policy, menyebut bahwa perang kali ini "jauh lebih mahal dibanding konflik dengan Gaza atau Hezbollah", karena intensitas pemakaian amunisi dan sistem pertahanan yang luar biasa tinggi. 

Ia memperkirakan bahwa jika perang berlangsung selama satu bulan, biaya yang harus ditanggung Israel bisa mencapai USD 12 miliar atau berkisar Rp 194 triliun lebih.

Meski secara teknis ekonomi Israel belum masuk ke jurang resesi, kehidupan sipil telah terganggu besar-besaran. Bandara internasional sempat lumpuh, bisnis tutup, hanya pekerja esensial yang masih beraktivitas. 

Dalam dua hari pertama saja, menurut mantan penasihat keuangan militer Re'em Aminach, Israel sudah menghabiskan USD 1,45 miliar, dengan USD 593 juta di antaranya untuk serangan udara dan operasi ofensif.

Dari semua ini, satu hal menjadi jelas,  perang adalah hal paling mahal yang bisa dipilih oleh sebuah negara. Biayanya tidak hanya berupa uang, tetapi juga ketakutan, kehilangan, dan masa depan yang tergadaikan. 

Mengutip Times of India, Mantan Gubernur Bank Sentral Israel, Karnit Flug, memberi peringatan bahwa ekonomi bisa saja bertahan jika konflik berlangsung singkat. Tapi jika berlarut, konsekuensinya akan sangat berat. 

“Kalau seminggu, mungkin bisa. Tapi kalau dua minggu atau sebulan, itu cerita yang berbeda,” katanya.

Dan inilah ironi terbesarnya, semua biaya fantastis ini dikeluarkan demi mempertahankan hidup, dalam situasi yang seharusnya bisa dihindari lewat diplomasi dan perdamaian.

Perang, sesungguhnya, tidak diinginkan oleh siapa pun. Ia bukan jawaban, melainkan tanda kegagalan, kegagalan dalam membangun pengertian, kegagalan dalam menjaga dialog, kegagalan dalam menyadari bahwa kedamaian jauh lebih murah daripada bom dan peluru. 

Karena pada akhirnya, tidak ada kemenangan sejati dalam perang, yang tersisa hanyalah hitung-hitungan kerugian, dan generasi yang tumbuh dalam bayang-bayang trauma. (*)

Editor: Dinarsa Kurniawan

Tag:  #perang #mahal #pelajaran #dari #israel #iran #tentang #harga #yang #harus #dibayar #saat #damai #gagal

KOMENTAR