Iseng Racik Resep Leluhur ''Jamu Akar Jawi'', Ummi Salamah Kini Raup Cuan Rp 20 Juta Sebulan
Ummi Salamah, pengusaha produk Jamu Akar Jawi. (Doc. Ummi Salamah)
17:12
15 Januari 2024

Iseng Racik Resep Leluhur ''Jamu Akar Jawi'', Ummi Salamah Kini Raup Cuan Rp 20 Juta Sebulan

- Seorang wanita bernama Ummi Salamah mencoba peruntungan lewat berjualan jamu dan masker wajah dari resep turun temurun yang diwariskan dari leluhurnya. Berawal dari iseng, kini bisnis jamunya tersebut meraup cuan lumayan. 

Kepada Kompas.com, wanita asal Pamotan, Rembang, Jawa Tengah menceritakan bagaimana bisnisnya mulai dirintis. Sebagai alumni sekolah farmasi jamu di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, Ummi Salamah mengaku mahir dalam mengolah bahan-bahan alami tradisi Jawa untuk bahan minuman dan juga masker wajah.

Dia mulai membuat masker wajah berawal dari keluhan wajahnya yang sensitif. Dari Ummi Salamah mulai menjual produknya, bahkan sampai masuk supermarket di Yogyakarta. Produk Akar Jawi dibuat dari bahan yang diperoleh dari petani di Pamotan, Banyuurip, Sulang dan Pancur.

Pada 2013 produk masker terkendala izin, masker wajah produksi Akar Jawi tidak boleh dipasarkan di toko besar. Akhirnya, dia berinovasi membuat minuman berbahan rempah tradisional dengan modal Rp 200.000.

“Akar Jawi itu berarti akarnya Jawa. Kita kan uri-uri budaya Jawa, dulu kan putri keraton minumnya jamu, dan memakai lulur, untuk kesehatan. Jadi, kita ingin melestarikan budaya jawa,” kata Ummi Salamah saat berbincang dengan Kompas.com.

“Awalnya (racikan) ini dimulai pada 2011 untuk konsumesi sendiri, dari mbah saya, karena kulit saya sensitif sehingga saya memilih untuk memakai yang alami,” lanjut Ummi Salamah.

“Karena ini semakin berkembang, ada juga yang menyarakan untuk mengembangkan dalam bentuk minuman. Akhirnya saya mencoba untuk membuat minuman jamu, yang resepnya itu dari leluhur saya,” tambah dia.

Produk yang dikembangkan oleh Akar Jawi adalah bentuk kosmetik mencakup lulur, masker dan rempah mandi. Kalau untuk minuman ada ready to drink dan instant mencakup varian kunyit asem, beras kencur, temulawak.

“Kalau yang isntan itu untuk dikirim, dan yang ready to drink untuk harian,” jelas dia.

 

Ummi Salamah bercerita jika pengolahan minuman yang dilakukannya masih semi tradisional. Sementara untuk produk instan, dia mengolahnya dengan cara kristalisasi. Di sisi lain, penggunaan gula juga merupakan bahan pengawet yang alami.

“Kita tanpa pengawet, kalau ready to drink dalam ruang biasa 1 hari, dalam kulkas 1 minggu, kalau dibekukan bisa 1 bulan. Produk instan bisa sampai 1 tahun, karena gula itu juga jadi pengawet,” lanjutnya.

Ummi salamah mengatakan, pendidikan yang berkorelasi dengan usahanya saat ini diharapkan bisa menghasilkan produk berkualitas. Sebagai industri rumah tangga, dia berharap bisnis jamu yang ia jalani bisa mendorong pemasukan keluarganya.

“Jadi memang se-frekuensi, saya mengembangkan jamu sejalan dengan pendidikan saya di farmasi jamu. Saya saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, jadi bisnis ini buat iseng saja, mengisi kesibukan,” lanjut dia.

 

Hambatan dan tantangan

Salamah bersama karyawan sedang mengemas jamu herbal dengan jenama Akar JawiDok SIG Salamah bersama karyawan sedang mengemas jamu herbal dengan jenama Akar Jawi

Meski demikian, Ummi Salamah mengaku mendapatkan sejumlah hambatan dan tantangan dalam mengembangkan usahanya. Untuk produk kosmetik yang ia jalani, ia terbentur dengan izin BPOM sehingga sulit untuk memasuki pasar ekspor.

Di sisi lain, Ummi Salamah juga dihadapkan pada kondisi sulit, seperti biaya logistik yang mahal, sehingga harga produksinya bisa sangat mahal jika dijual di luar negeri. Dia bialng, dirinya butuh pendampingan agar produk yang ia hasilkan bisa tembus pasar ekspor.

Ummi Salamah bergerita, dirinya ikut serta bersama Rumah BUMN lewat program CSR PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) untuk mendapatkan pendampingan yang lebih menyeluruh. Dia bilang, ada manfaat yang ia dapatkan dari situ.

“Kita dapat pendampingan, wawasan, dan motivasi. Kan kita kalau bertemu dengan UMKM lainnya itu ilmu kita bertambah, dan dengan pendampingan yang disediakan, kita berharap produk kita bisa siap ekspor,” jelas Ummi Salamah.

Dia mengatakan, lewat Rumah BUMN (RB) Rembang, dirinya juga diajak memamerkan produknya ke Belanda dan bahkan ada reseller ke Malaysia. Namun, sayang akibat biaya logistik yang mahal, pemasaran produk Akar Jawi terhambat.

Saat ini, Akar Jawi diminati oleh beberapa daerah seperti Rembang, seperti Boyolali, Yogyakarta, Magelang, Purwakarta hingga Kalimantan.

“Kelanjutannya belum ada. Kalau penawaran kita juga terkendala di pengiriman yang memang harganya terlalu mahal,” jelas Ummi Salamah.

“Kita juga butuh dikenalkan dengan supplier dari luar negeri agar bisa mengetahui pasar di luar negeri seperti apa. Kalau produk di bawa ke luar negeri, tentu kita belum siap dari perizinan dan biaya logistiknya,” tegas dia.

Omzet Rp 20 juta sebulan

Meski demikian, usaha yang dirintis lebih dari 10 tahun ini berhasil mencatatkan omzet sebesar Rp 20 juta dalam sebulan. Penjualan produ Akar Jawi yang dilakukan melalui online dan offline juga berjalan sesuai dengan harapan.

“Omset 20 juta itu, kita itu memang jualnya online dan offline. Tapi kebanyakan online dan kita memanfaatkan reseller. Reseller kita itu kita berikan keuntungan yang lebih besar untuk penjualan produk Akar Jawi,” tegas dia.


Terpisah, Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, RB Rembang adalah wadah pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas yang menjadi rumah bagi para pelaku UMKM untuk berkumpul, berdiskusi dan berkreasi guna meningkatkan kompetensi dan daya saing usaha.

Sejak didirikan pada 2020, kini RB Rembang memiliki mitra binaan sebanyak 371 UMKM yang seluruhnya telah mendapat kualifikasi naik kelas dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.527 orang.

"RB Rembang diharapkan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia. Dengan pembinaan dan pendampingan secara komprehensif, UMKM didorong untuk mampu menjalankan usaha secara profesional dengan manajerial yang baik, melek teknologi dan mampu memanfaatkan infrastruktur digital untuk mendukung pemasaran dan penjualan secara online, sehingga produk-produknya dapat dijangkau oleh masyarakat lokal hingga mancanegara," kata Vita.

Editor: Kiki Safitri

Tag:  #iseng #racik #resep #leluhur #jamu #akar #jawi #ummi #salamah #kini #raup #cuan #juta #sebulan

KOMENTAR