Pemotongan FFR Bakal Berlanjut hingga Akhir Tahun
PULIHKAN STABILITAS: Gubernur The Fed Jerome Powell menyebutkan bahwa penurunan suku bunga acuan bank sentral AS yang diumumkan kemarin (19/9) guna mencegah perlambatan di pasar tenaga kerja. (AFP)
10:27
20 September 2024

Pemotongan FFR Bakal Berlanjut hingga Akhir Tahun

The Federal Reserve (The Fed) akhirnya memangkas suku bunga acuannya kemarin (19/9) dini hari. Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu menurunkan 50 basis poin (bps) untuk mencegah perlambatan di pasar tenaga kerja. Keputusan tersebut menurunkan federal funds rate (FFR) ke kisaran 4,75–5,00 persen.

”Kami berusaha mencapai situasi di mana kami memulihkan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran yang tinggi, seperti yang terkadang terjadi akibat inflasi ini. Itulah yang coba kami lakukan. Saya pikir Anda dapat menganggap tindakan hari ini sebagai tanda komitmen kuat kami untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Gubernur The Fed Jerome Powell setelah membaca keputusan tersebut.

The Fed memproyeksikan penurunan suku bunga 50 bps lagi sebelum pergantian tahun. Bank sentral AS memiliki dua pertemuan kebijakan yang bisa memotong FFR menuju kisaran 4,25–4,5 persen. Selain itu, pada 2025, suku bunga The Fed akan mencapai 3,4 persen. Bahkan pada 2026, FFR diproyeksikan menjadi 2,9 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, seiring dengan penurunan suku bunga acuan The Fed, hal itu diyakini bisa mengurangi ketidakpastian ekonomi global yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. ”Karena higher for longer memang salah satu faktor yang memberikan dampak sangat besar terhadap kinerja perekonomian di negara-negara berkembang. Jadi, penurunan ini adalah langkah yang memang kita harapkan,” ujarnya di gedung DPR, Jakarta, kemarin (19/9).

Dorong Aliran Modal Asing Masuk

Keputusan The Fed sejalan dengan perkiraan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Menurut dia, ketidakpastian kebijakan moneter negara maju semakin reda. Prospek penurunan FFR yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula sejalan dengan inflasi AS yang mereda. Ke depan, kejelasan arah penurunan suku bunga negara maju, khususnya AS, diperkirakan semakin mendorong aliran modal asing masuk dan memperkuat stabilitas eksternal negara berkembang.

”Perkembangan ini akan mendukung kebijakan ekonomi negara berkembang untuk tujuan ekonomi domestiknya dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Terpisah, Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri Sigit Prastowo menilai bahwa kebijakan BI sejalan dengan stabilisasi nilai tukar rupiah. Bagi perbankan, yang masih menjadi persoalan adalah kecukupan likuiditas. ”Yang sekarang kita rasakan, likuiditas kita kan sangat ketat,” ungkap Sigit kepada Jawa Pos.

Dia berharap penurunan suku bunga acuan bisa membuat tekanan likuiditas lebih longgar. Sebab, jika tidak dibarengi dengan pelonggaran likuiditas, biaya dana tidak akan terpengaruh. Padahal, harapannya transmisi penurunan suku bunga acuan membuat cost of fund bisa lebih murah. Dengan begitu, perbankan bisa menyalurkan kreditnya dengan harga yang lebih murah.

”Kalau kondisi suku bunga sudah turun, tapi likuiditasnya ketat, kita susah menurunkan cost of fund. Ya, karena demand funding memang masih cukup tinggi. Penurunan suku bunga itu nggak ada kaitannya dengan demand kredit. Ketika suku bunga tinggi pun demand-nya cukup tinggi,” papar Sigit. (han/dee/agf/c19/dio)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #pemotongan #bakal #berlanjut #hingga #akhir #tahun

KOMENTAR