Kembali Diperdebatkan Milik Indonesia atau Malaysia? Begini Sejarah dan Asal-usul Batik Indonesia
Proses membatik menggunakan canting dan lilin. (Wikimedia)
06:15
20 September 2024

Kembali Diperdebatkan Milik Indonesia atau Malaysia? Begini Sejarah dan Asal-usul Batik Indonesia

 

Gara-gara konten IShowSpeed, warga media sosial Indonesia dan Malaysia kembali memperdebatkan masalah asal batik.

Berdasarkan pantauan JawaPos, mulanya Speed diketahui menerima hadiah batik dari penggemarnya saat berkunjung ke Malaysia.

Saat memberikan batik, penggemar dan sopir taksi yang ditumpangi  tersebut berkata bahwa batik berasal dari Malaysia.

Namun, Speed sempat mencari tahu pada mesin pencarian Google tentang asal muasal batik.

Hal ini menuai respon yang sangat beragam dari warganet. Beberapa dari mereka berkomentar bahwa penggemar tersebut sengaja memprovokasi warga Indonesia.

Beberapa komentar warganet juga menyindir serta menerangkan asal muasal batik.

Lalu, bagaimana sejarah dan asal-usul batik muncul di Indonesia?

Keberadaan batik di Nusantara meninggalkan sejarah panjang, namun hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti kapan kemunculannya.

Batik berasal dari dua kata bahasa Jawa, yaitu “amba” berarti menulis dan “nitik” berarti titik. 

Kata ini juga berasal dari kata “ambatik” dalam bahasa Jawa yang mengarah pada teknik menulis dengan lilin.

Batik merupakan proses menulis pada kain dengan menggunakan lilin dan canting dengan ujung yang kecil sehingga memberikan kesan seperti menulis titik-titik.

Melansir laman Kemdikbud, meskipun berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik sendiri tidak tercatat dalam sejarah Jawa.

Menurut G.P Rouffaer, teknik membatik diduga dibawa dari India atau Sri Lanka pada sekitar abad ke-6 dan ke-7.

Awalnya, batik hanya sekedar gambar diatas kain yang hanya dikhususkan untuk para raja dan keluarganya karena peredarannya hanya terbatas di lingkungan keraton Jawa saja.

Namun dalam beberapa candi, motif-motif batik sudah sering muncul. Misalnya motif dasar lereng pada patung emas Syiwa di Wonosobo yang dibuat pada abad ke-9.

Dalam buku Batik Nusantara yang ditulis Ari Wulandari menjelaskan bahwa ditemukan motif ceplok batik yang  pada patung Ganesha di Candi Banon dekat Borobudur yang dibuat pada abad ke-9.

Sejarah batik juga selalu dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Batik kemudian mulai berkembang pada masa Kerajaan Mataram hingga sampai pada Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Mulanya, batik hanya digunakan di dalam keraton oleh keluarga raja, namun seiring berjalannya waktu batik mulai diproduksi oleh masyarakat dan menjadi populer sebagai pakaian.

Pada masa pergerakan nasional, batik sangat erat kaitanya dengan tokoh-tokoh pergerakan, misalnya H. Samanhudi dan Kartini.

Samanhudi merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional pada tahun 1911 yang memiliki usaha sebagai penjual kain batik di Laweyan, Surakarta.

Ia juga yang mendirikan Sarekat Dagang Islam yang bertujuan untuk memperkuat para pedagang Islam termasuk para pedagang batik.

Hal ini terjadi karena persaingan antara para pedagang batik pribumi dengan pedagang batik etnis Tionghoa.

Kampung Batik Laweyan juga memiliki peran penting dalam masa pergerakan nasional, terutama dalam penyebaran pengaruh SDI ke seluruh Hindia Belanda.

Begitupun dengan Kartini, Roekmini dan Kardinah yang sering menggunakan kebaya putih dan sarung batik buatan sendiri.

Kartini juga sudah mengenal batik dari usia 12 tahun, ia bahkan pernah menghadiahkan sarung tangan batik buatannya kepada Nyonya Abendanon.

Sedangkan, Kardinah, adik Kartini juga berperan dalam perkembangan batik di Kota Tegal.

Hal ini dikarenakan ia menikah dengan Bupati Tegal dan turut campur tangan dengan perubahan motif batik khas Tegal.

Para pelajar STOVIA juga membuat batik semakin populer pada masanya, karena sebelum mengenakan jas putih, mahasiswa STOVIA sudah lebih dahulu menggunakan kain jarik bermotif batik.

Pada masa Orde Baru, Soeharto juga mulai mengenalkan batik dalam acara Internasional saat mengikuti konferensi PBB.

Batik juga mulai didaftarkan sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) pada 4 September 2008.

Kemudian pada tahun 2009, batik Indonesia ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan.

Penetapan tersebut kini selalu diperingati sebagai Hari Batik yang jatuh pada 2 Oktober.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #kembali #diperdebatkan #milik #indonesia #atau #malaysia #begini #sejarah #asal #usul #batik #indonesia

KOMENTAR