



Sakral dan Khidmat, Ini Ragam Tradisi Pemeluk Agama Buddha yang Merayakan Waisak di Indonesia
- Hari ini, Senin (12/5), diperingati sebagai Hari Raya Waisak oleh pemeluk agama Buddha di Indonesia dan dunia. “Pencapaian Penerangan Sempurna” merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak.
Hari raya Waisak ini sekaligus menjadi momentum untuk memperingati tiga peristiwa penting sang Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan (Satori), dan Parinirvana (wafat).
Di Indonesia, seperti halnya hari-hari keagamaan lainnya, Waisak memiliki tradisi perayaannya tersendiri. Hal tersebut jelas menambah khasanah budaya dan keberagaman agama di Indonesia.
Perayaan ini tidak hanya sebatas seremoni, tetapi juga menjadi waktu reflektif untuk memperdalam pemahaman dan komitmen terhadap ajaran kebenaran yang dibawa oleh Sang Buddha.
Beragam kegiatan digelar sebagai bentuk penghayatan spiritual, seperti meditasi, puja bhakti, hingga prosesi pelepasan lampion yang sarat makna.
Melansir dari Antara, berikut tradisi-tradisi yang biasa dilakukan pemeluk agama Buddha di Indonesia dalam merayakan Hari Raya Waisak.
Pindapatta
Pindapatta adalah tradisi umat Buddha yang dilakukan dengan memberikan sedekah makanan kepada para biksu. Tradisi ini mencerminkan semangat berbagi dan menjadi bagian dari kebiasaan mulia menyambut Hari Waisak, sekaligus membantu memenuhi kebutuhan hidup para biksu.
Secara etimologis, "Pindapatta" berasal dari bahasa Pali yang berarti “mengumpulkan makanan” atau “memohon makanan”. Tradisi ini juga mengajarkan kesederhanaan, rasa empati, dan perenungan, mencerminkan cara hidup para biksu yang penuh kebijaksanaan.
Kirab Waisak
Kirab Waisak merupakan prosesi penting dalam rangkaian perayaan Waisak yang sarat akan nilai spiritual. Kirab ini menjadi simbol perjalanan batin dan kontemplasi, yang sekaligus mengenang tiga peristiwa suci dalam kehidupan Sang Buddha: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya.
Kirab biasanya dimulai dari Candi Mendut dan berakhir di Candi Borobudur, diikuti oleh para bhikkhu, bhante, serta umat Buddha dari berbagai wilayah. Prosesi ini menjadi bentuk penghormatan dan perenungan mendalam.
Pengambilan Api Dharma dan Air Berkah
Salah satu tradisiWaisak yang khas di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Tengah, adalah pengambilan Api Dharma dari Grobogan dan Air Berkah dari Umbul Jumprit.
Tradisi ini merupakan bagian dari ritual suci yang dilakukan menjelang Hari Waisak. Api dan air tersebut kemudian dibawa ke Altar di Candi Mendut untuk disemayamkan.
Esok harinya, keduanya akan dibawa dalam prosesi menuju Candi Borobudur sebagai bagian dari upacara puncak Waisak.
Memandikan Patung Buddha
Upacara memandikan patung Buddha menjadi simbol penyucian lahir dan batin, serta representasi dari pemurnian spiritual dalam kehidupan umat Buddha. Dalam ritual ini, umat akan menyiramkan air bersih ke patung Buddha sembari mengucapkan doa dan parita (ayat suci).
Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada Sang Buddha, sekaligus pengingat untuk senantiasa menjaga kejernihan hati dan pikiran.
Selaku itu, perayaan Waisak juga identik dengan kegiatan di vihara dan kuil, yang menjadi tempat utama umat Buddha beribadah.
Kegiatan seperti puja bhakti, meditasi, dan sembahyang dilakukan dengan penuh khidmat. Momen ini menjadi saat yang tepat untuk memperdalam praktik keagamaan serta memperkuat hubungan spiritual dengan ajaran Budha.
Festival Lampion Waisak
Pelepasan lampion atau lentera dalam Festival Waisak menjadi salah satu tradisi yang paling ditunggu. Tradisi ini melambangkan pelepasan energi negatif dan menjadi wujud dari doa serta harapan umat Buddha untuk masa depan yang damai dan bahagia.
Festival ini biasanya berlangsung di Candi Borobudur, di mana ribuan lampion akan diterbangkan ke langit malam.
Suasana sakral dan penuh haru ini menyatukan umat Buddha dari berbagai penjuru yang datang untuk bersama-sama merayakan Waisak dalam kehangatan spiritual dan kebudayaan.
Tag: #sakral #khidmat #ragam #tradisi #pemeluk #agama #buddha #yang #merayakan #waisak #indonesia