HPV DNA Self-sampling, Cara Nyaman Deteksi Dini Kanker Serviks
– Alasan malu dan tabu menjadi salah satu penyebab rendahnya angka pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Padahal, deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyakit berkembang ke stadium lanjut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menjelaskan bahwa banyak perempuan menghindari pemeriksaan karena merasa malu.
“Banyak perempuan itu ragu karena malu dengan prosedur pemeriksaan yang area intimnya harus dicek dengan petugas, tidak jarang pasti menanyakan dokternya cewek atau cowok,” jelasnya dalam acara Indonesian Health Economics Association (InaHEA) Media Discussion “From Pilot to National Scale: Strengthening Cervical Cancer Screening in Indonesia”, di Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, Kemenkes memperkenalkan metode skrining yang dinilai lebih nyaman, privat, dan dapat mendorong lebih banyak perempuan melakukan pemeriksaan, yaitu tes HPV DNA dengan metode pengambilan sampel mandiri (self-sampling).
Cara ini memungkinkan perempuan mengambil sampelnya sendiri tanpa pemeriksaan langsung oleh tenaga kesehatan.
Proses self-sampling lebih privat dan nyaman
“Self-sampling itu pasien mengambil sendiri spesimennya dan tidak diambilkan oleh petugas. Hal ini tujuannya supaya pasien lebih nyaman dan tergerak untuk periksa kanker serviks sehingga tidak terhalang kata malu lagi,” kata Nadia.
Secara teknis, pengambilan sampel dapat dilakukan menggunakan alat yang mirip cotton bud panjang untuk usap vagina. Kit pemeriksaan tersebut sudah dilengkapi instruksi penggunaan yang jelas.
Setelah sampel diambil, alat dimasukkan kembali ke wadah pengaman, lalu dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
Tes ini mendeteksi keberadaan HPV risiko tinggi, termasuk tipe 16 dan 18, yang menjadi penyebab utama kanker serviks.
Dengan proses yang sederhana dan lebih privat, metode ini diharapkan dapat mengurangi hambatan psikologis seperti rasa malu, takut, atau canggung.
Respons positif dalam uji coba
Menurut Nadia, uji coba self-sampling yang dilakukan di beberapa daerah menunjukkan respons positif.
“Dari uji coba kami tahun ini di Jawa Timur, banyak perempuan juga lebih nyaman. Namun cara ini tidak bisa dilakukan merata di seluruh wilayah karena tingkat pemahaman yang berbeda,” ujarnya.
Di wilayah dengan tingkat literasi kesehatan rendah, proses self-sampling membutuhkan edukasi lebih intensif untuk menghindari kesalahan.
Bagaimana jika hasil HPV DNA positif?
Tes HPV DNA merupakan langkah awal. Jika hasilnya menunjukkan positif, maka perempuan perlu melakukan pemeriksaan lanjutan berupa IVA (inspeksi visual dengan asam asetat).
“Kalau di cek HPV DNA sudah positif, maka kami anjurkan untuk cek IVA. Jika IVA positif juga, maka kami tentukan tindakan selanjutnya apa agar pertumbuhan sel kanker tidak besar,” kata Nadia.
Dengan kombinasi kedua pemeriksaan ini, tenaga medis dapat menentukan apakah pasien memerlukan tindakan lebih lanjut seperti krioterapi atau rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
Nadia menegaskan, semakin cepat terdeteksinya sel kanker, maka akan semakin besar keberhasilan pengobatan.
Tantangan di lapangan terhadap sistem HPV DNA self-sampling
Walaupun lebih mudah dan nyaman, kehadiran metode self-sampling bukan tanpa kendala. Beberapa perempuan masih kebingungan menggunakan alat tes.
Ada juga peserta yang merasa malu atau sungkan untuk bertanya, sehingga pengambilan sampel tidak berjalan sesuai prosedur.
“Beberapa orang merasa malu dan bingung mau nanya siapa, akhirnya ketika di bilik pemeriksaan, alatnya sudah terbuka tapi kami tidak mendapat sampelnya,” ujarnya.
Kesalahan lain yang ditemukan cukup sering terjadi adalah alat sudah dibuka tetapi tidak digunakan.
“Kemudian, ada juga yang masuk bilik, hanya dibuka alatnya, tapi tidak diambil sampelnya, melainkan langsung dimasukkan saja alatnya ke kantung. Jadi tidak ada sampelnya,” kata Nadia.
Vaksinasi jadi perlindungan jangka panjang untuk generasi mendatang
Selain skrining dini, vaksinasi HPV juga menjadi pilar penting pencegahan kanker serviks.
“Selain dengan skrining dini, cara lain untuk menekan angka kanker serviks yaitu dengan vaksinasi, khususnya pada anak-anak. Harapannya dalam jangka waktu panjang 50 sampai 60 tahun ke depan sudah aman (kasus kanker terkendali),” jelas Nadia.
Dengan perpaduan skrining yang lebih nyaman dan vaksinasi, pemerintah berharap angka kanker serviks di Indonesia dapat ditekan secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Tag: #self #sampling #cara #nyaman #deteksi #dini #kanker #serviks