Ngeri! Ini Deretan Festival Paling Berbahaya di Dunia, Salah Satunya Berasal dari Indonesia
– Festival merupakan pesta bagi masyarakat untuk merayakan warisan budaya, nilai-nilai, dan tradisi dengan cara yang sangat meriah.
Banyak festival yang diadakan di seluruh dunia, mulai dari ritual kuno yang penuh sejarah hingga pertunjukan kreatif masa kini.
Dalam beberapa budaya, ‘pesta’ yang diselenggarakan dianggap ekstrim. Jauh dari kata ramah bahkan justru menghadirkan tantangan berbahaya dan berpotensi sangat fatal.
Bagi yang suka tantangan, berikut adalah festival dan perayaan ekstrim dari beberapa negara yang akan membuat adrenalin terpacu, seperti dilansir dari berbagai sumber.
Jepang: Extreme Log Ride
Setiap enam tahun sekali, festival Onbashira diadakan di wilayah Danau Suwa, Prefektur Nagano, Jepang. Festival ini mempertunjukan puluhan pria mengendarai kayu gelondongan dan mencoba meluncur dari puncak lereng yang cukup curam ke tanah yang datar.
Menggunakan pohon cemara besar yang tingginya sekitar 20 meter, dan beratnya pun mencapai 12 ton. Bukan hanya satu, melainkan 16 batang pohon yang digunakan. Tanpa menggunakan peralatan mekanis, mereka harus bergotong royong untuk membawa gelondongan kayu itu ke atas bukit.
Bertengger di atas bukit dengan dililit tali shimenawa yang ditenun secara sakral sebanyak jumlah pria yang akan menaiki batang pohon tersebut. Sementara para penonton yang berada di kedua sisi lereng melantunkan lagu-lagu ritual.
Untuk meluncurkan batang pohon besar tersebut, ada seorang pria yang bertugas memutuskan tali yang sebelumnya digunakan untuk menahan batang pohon menggunakan kapak.
Ini adalah bagian yang sering dibilang paling mematikan, ketika kayu-kayu harus menuruni bukit untuk membuktikan keberanian para pria tersebut. Hal ini sering mengakibatkan cedera parah bahkan kematian.
Sepanyol: Running of The Bulls
Punya nyali tinggi? bisa coba pergi ke Fiesta de San Fermin, yang biasa diadakan pada bulan Juli di Pamplona, Sepanyol. Coba rasakan sensasi dikejar oleh kawanan banteng dan sapi yang marah. Festival ini biasanya berlangsung selama 8 hari berturut-turut.
Saat festival berlangsung, pagi-pagi sekali sekitar 2.000 orang pemberani sudah berbaris di awal jalur yang telah disediakan sepanjang 875 meter. Jalur yang digunakan adalah jalan-jalan di pusat kota.
Keseruan acara ini dimulai tepat pukul 08:00 pagi waktu setempat. Para peserta berlari dengan cepat dan diikuti oleh 6 ekor banteng aduan serta 6 ekor sapi jantan. Mereka berlari dari Corrales de Santo Domingo ke arena adu banteng Plaza de Toros di Pamplona.
Cedera dan luka sudah pasti didapatkan, termasuk terinjak-injak dan beberapa hal fatal lain bisa juga terjadi. Pesertanya bahkan bukan hanya orang lokal saja, bahkan sebagian besar merupakan wisatawan. Ada yang berani coba?
Inggris: Cheese Rolling
Aksi berlomba menuruni bukit demi mengejar keju telah berlangsung selama puluhan tahun di Inggris hingga punya daya tarik internasional. Para pesaing dan penonton datang dari seluruh dunia untuk mengikuti lomba tahunan ini di Gloucestershire.
Keju Double Gloucester seberat 8 pon digulingkan menuruni bukit di pedesaan dengan Panjang sekitar 182 meter. Lalu sekelompok pelari mengejar dan mencoba menangkapnya. Bagian ekstrimnya adalah pada bukit yang terlalu curam bagi manusia untuk tetap berdiri tegak.
Sebagian besar pelari pun terjatuh, mencoba berdiri kembali namun kembali tersungkur tak jarang ada yang menggelinding seperti keju yang diperebutkan. Keju akan diberikan pada pelari yang berhasil menangkapnya, namun karena keju melaju menuruni bukit lebih cepat jadi akan diberikan kepada orang pertama yang mencapai dasar bukit.
Benjol dan memar pasti dirasakan oleh setiap peserta, bahkan cedera yang lebih serius tentu bisa saja terjadi. Bahkan pemerintah setempat telah mencoba untuk mencegah festival ini, dengan mengingatkan penyelenggara karena akan dimintai pertanggungjawaban jika ada insiden fatal terjadi.
Yunani: Perang Roket
Setiap tahun tepat di hari Paskah, desa Yunani Vrontados melakukan kebiasaan yang tidak biasa dan berbahaya. Dua gereja, Agios Markos dan Panagia Erithiani menggelar perang tiruan.
Menembakan sebanyak 60.000 roket kecil di menara lonceng masing-masing. Ini terjadi saat kebaktian diadakan di dua gereja tersebut. Pertunjukan cahaya dari rocket membuat langit malam terlihat spektakuler, tetapi ada beberapa roket yang melenceng hingga menyebabkan cedera, kerusakan, bahkan kematian.
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana tradisi itu dimulai. Ada satu legenda yang mengatakan bahwa desa itu dulunya pernah menembakkan meriam di atas laut untuk menangkal perompak, tetapi meriam itu diambil untuk mencegah pemberontakan selama pendudukan Ottoman.
Peru: Christmas Fighting Festival (Takanakuy Festival)
Biasanya Natal dikaitkan dengan Sinterklas atau kedamaian di bumi dan niat baik terhadap manusia. Tetapi beberapa daerah di Peru merayakannya dengan kekacauan, acara ini dikenal dengan festival Takanakuy.
Berlangsung pada tanggal 25 Desember, orang-orang akan menyelesaikan perselisihan dengan saling menantang dalam perkelahian. Peserta dan penonton yang menghadiri festival ini mengenakan kostum berdasarkan cerita rakyat setempat.
Pertarungan ini masih relatif sopan, lebih mirip pertarungan bela diri dengan adanya beberapa peraturan yang berlaku. Acara ini digelar di arena olahraga, dan agar tetap terkendali wasit membawa cambuk. Namun, tetap saja peserta mengalami cedera meski tidak begitu fatal.
Indonesia: Pasola
Indonesia juga punya festival ekstrim, seperti masyarakat Sumba yang merayakan musim panen dengan ‘bertempur’ menggunakan tombak. Pasola diselenggarakan oleh masyarakat Sumba bagian barat untuk merayakan musim tanam padi. Merupak bentuk ritual untuk menghormati Marapu, serta memohon pengampunan, kemakmuran agar hasil panen semakin melimpah.
Tradisi ini berlangsung sekali dalam setahun, bertepatan pula dengan ritual Nyale yakni pada awal musim tanam tepatnya pada bulan Februari dan Maret. Lebih dari 50 pemuda terpilih yang berasal dari dua desa menjadi peserta.
Dalam konteks ritual, pasola merupakan tradisi perang adat dimana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, dan bertarung menggunakan tombak. Diadopsi dari tradisi perang kultur Sumba, tidak jarang prosesi ini memakan korban.
Terluka bahkan meninggal dipercaya akan memberikan kemakmuran dan kesuburan kepada masyarakat lokal. Meski dinilai berbahaya, masyarakat Sumba masih terus melestarikan pasola.
Tag: #ngeri #deretan #festival #paling #berbahaya #dunia #salah #satunya #berasal #dari #indonesia