Orang yang Sudah Memiliki Segalanya dalam Hidup Tapi Tidak Bahagia Biasanya Menunjukkan 5 Perilaku ini, Apa Saja itu?
- Kita semua tentu pernah mendengar pepatah, "Uang tidak bisa membeli kebahagiaan." Namun, dengan kesuksesan, hubungan, atau pencapaian terbesar yang bisa kita raih tentu akan mendatangkan kebahagiaan sepenuhnya.
Sayangnya, bagi banyak orang, bahkan setelah mereka dapat memenuhi semua kriteria bahagia mulai dari karir, cinta, kesehatan, dan stabilitas keuangan, kebahagiaan masih terasa sulit diraih. Mereka akan merasakan kebingungan, membuat frustasi dan seringkali menimbulkan rasa bersalah.
Sebenarnya kebahagiaan bukan hanya tentang apa yang kita capai atau miliki, tetapi juga tentang bagaimana kita berpikir dan berperilaku. Mereka yang tampaknya memiliki segalanya tetapi masih merasa tidak puas seringkali menunjukkan perilaku tertentu yang tanda disadari menjebaknya.
Dilansir dari BaselinMag, inilah 5 perilaku dari orang yang sudah memiliki segalanya tetapi tidak bahagia dalam hidupnya. Ini dapat membantu mengidentifikasi apa yang mungkin menghambat dan bagaimana beralih ke pencapaian yang lebih besar.
1. Perbandingan konstan
Hidup bukanlah kompetisi, tetapi banyak di antara kita yang menganggapnya sebagai kompetisi. Orang yang memiliki segalanya dalam hidup seringkali terjebak dalam kebiasaan membandingkan prestasi, harta benda, dan bahkan sifat pribadi dengan orang lain.
Masalah di sini adalah, akan selalu ada orang yang tampaknya memiliki lebih banyak atau lebih baik. Perbandingan yang terus menerus ini adalah kebiasaan buruk yang hanya akan memperparah ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan.
Meskipun memiliki semua yang diinginkan, mereka akan tetap merasa tidak mampu karena terus menerus membandingkan diri dengan orang lain. Alih-alih menghargai apa yang mereka miliki, orang-orang ini malah fokus pada apa yang tidak mereka miliki.
2. Mengabaikan momen saat ini
Dalam upaya meraih kesuksesan dan prestasi, mereka seringkali mendapati diri begitu fokus pada tujuan dan rencana masa depan sehingga lupa menghargai momen saat ini. Mereka terlalu sibuk mengejar hal besar hingga lupa berhenti dan menikmati apa yang telah mereka capai.
Meskipun memiliki karir yang sukses, keluarga yang penuh kasih, dan kesehatan yang baik, mereka terus menerus tidak puas. Rasanya seperti berlari di roda yang terus bergerak tetapi tidak pernah sampai ke manapun.
3. Mengabaikan hubungan pribadi
Kita sebagai manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, tetapi seringkali kita tampaknya ingin menyangkal. Kita merayakan kemandirian dan kebebasan, dan meskipun tidak ada yang salah dengan hal-hal ini jika dilakukan secara berlebihan maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan.
Sebuah studi terlama tentang kebahagiaan adalah Studi Harvard tentang Perkembangan Orang Dewasa. Studi tersebut menemukan bahwa hubungan yang kuat dan bermakna adalah satu-satunya prediktor terbaik untuk kebahagiaan dan kesejahteraan jangka panjang.
4. Mengabaikan kesehatan pribadi
Tak ada jumlah kesuksesan materi yang dapat menggantikan kesehatan yang buruk. Namun, banyak orang yang memiliki segalanya seringkali mengabaikan kesehatan fisik dan mental mereka.
Orang-orang ini begitu asyik dengan pekerjaan atau mengejar kesuksesan sehingga mengabaikan perawatan diri yang mendasar. Ini bisa berupa melewatkan makan, kurang tidur, atau mengabaikan tanda-tanda stres dan kelelahan.
Namun, mengabaikan kesehatan memiliki konsekuensi yang besar. Kesehatan tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik tetapi juga kondisi mental yang dapat menyebabkan kurangnya energi, kelelahan terus menerus, dan ketidakbahagiaan secara keseluruhan.
5. Kurangnya rasa syukur
Seringkali, mereka yang tampaknya memiliki segalanya gagal untuk mengambil langkah mundur dan mengakui berkat-berkat yang mereka terima. Mereka begitu terfokus pada apa yang akan terjadi selanjutnya, hingga lupa dengan kelimpahan yang sudah ada dalam hidupnya.
Ini adalah kesalahan. Rasa syukur secara luas diakui sebagai landasan kebahagiaan. Para ahli di Harvard Health menunjukkan penelitian psikologi positif bahwa rasa syukur secara kuat dan konsisten dikaitkan dengan kebahagiaan yang lebih besar.
Rasa syukur membantu kita mengalihkan fokus dari apa yang tidak kita miliki ke apa yang kita miliki, sehingga menumbuhkan rasa puas dan terpenuhi. Selain itu, Healthline mencatat bahwa mempraktikkan rasa syukur telah terbukti memperbaiki gejala depresi.
Tag: #orang #yang #sudah #memiliki #segalanya #dalam #hidup #tapi #tidak #bahagia #biasanya #menunjukkan #perilaku #saja