Bukan Hanya Soal Usia, Kenali Penyebab Osteoporosis, Pilihan Pengobatan, dan Olahraga yang Harus Dihindari
Ilustrasi seseorang mengalami osteoporosis (Dok. Freepik)
21:13
17 Oktober 2025

Bukan Hanya Soal Usia, Kenali Penyebab Osteoporosis, Pilihan Pengobatan, dan Olahraga yang Harus Dihindari

- Kesehatan tulang merupakan aspek penting yang sering terabaikan dalam kehidupan sehari-hari, padahal tulang yang kuat menjadi pondasi utama bagi mobilitas dan kualitas hidup seseorang.Seiring bertambahnya usia, risiko mengalami gangguan kesehatan tulang semakin meningkat, dan salah satu kondisi yang paling umum adalah osteoporosis. Namun, ternyata kondisi ini tidak hanya menyerang lansia, tetapi juga dapat dialami oleh kelompok usia yang lebih muda jika memiliki faktor risiko tertentu.

Osteoporosis sendiri adalah kondisi medis yang ditandai dengan menurunnya kepadatan dan kualitas tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Istilah osteoporosis berasal dari bahasa Latin yang berarti "tulang berpori", menggambarkan struktur tulang yang menjadi keropos seperti spons.

Pada kondisi normal, tubuh terus-menerus melakukan proses pembentukan dan penguraian tulang untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang. Namun, pada penderita osteoporosis, proses penguraian tulang terjadi lebih cepat daripada pembentukan tulang baru, sehingga menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan menjadi lebih rentan terhadap patah tulang.

Salah satu hal yang membuat osteoporosis berbahaya adalah kondisi ini sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga dijuluki sebagai "silent disease" atau penyakit diam-diam. Banyak penderita baru menyadari mereka mengalami osteoporosis setelah mengalami patah tulang akibat benturan ringan atau bahkan aktivitas sehari-hari biasa.

Beberapa gejala yang mungkin dirasakan antara lain nyeri punggung yang disebabkan oleh tulang belakang yang retak atau kolaps, postur tubuh yang membungkuk, serta tinggi badan yang berkurang seiring waktu. Selain itu, tulang yang mudah patah bahkan hanya dengan trauma minimal juga dapat menjadi tanda peringatan yang perlu diwaspadai.

Osteoporosis umumnya terjadi karena kemampuan tubuh dalam meregenerasi tulang mengalami penurunan, sehingga kepadatan tulang perlahan berkurang. Penurunan kemampuan regenerasi ini umumnya dimulai ketika seseorang memasuki usia 35 tahun, di mana proses pembentukan tulang baru tidak lagi secepat proses penguraian tulang lama. Seiring bertambahnya usia, ketidakseimbangan ini semakin signifikan dan menyebabkan tulang kehilangan massa serta kekuatannya secara bertahap. 

Namun, faktor usia bukanlah satu-satunya penyebab osteoporosis, karena ada berbagai faktor lain yang juga berkontribusi terhadap risiko terkena kondisi ini. Untuk itu, Kementerian Kesehatan turut menyoroti beberapa faktor risiko lainnya.

  • Jenis Kelamin dan Faktor Hormonal

Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis, terutama mereka yang sudah mengalami menopause karena penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang. Penurunan kadar hormon testosteron pada pria juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga menjadi faktor genetik yang tidak bisa diabaikan.

  • Gangguan Hormonal dan Metabolik 

Kondisi medis seperti sindrom Cushing, hiperparatiroidisme, atau gangguan kelenjar pituitari dapat memengaruhi keseimbangan hormon yang mengatur metabolisme tulang. Gangguan makan seperti anoreksia nervosa juga dapat menyebabkan kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk kesehatan tulang. Kondisi-kondisi ini mengganggu proses normal pembentukan dan pemeliharaan tulang dalam tubuh.

  • Kekurangan Nutrisi Penting 

Asupan vitamin D dan kalsium yang tidak mencukupi merupakan faktor risiko utama osteoporosis karena kedua nutrisi ini esensial untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang. Gangguan pencernaan seperti malabsorpsi atau penyakit Crohn dapat menghambat penyerapan nutrisi penting ini meskipun asupan makanan sudah cukup. Tubuh memerlukan kalsium untuk membangun tulang kuat, sementara vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dengan efektif.

  • Penggunaan Obat-obatan Tertentu 

Konsumsi kortikosteroid dalam jangka panjang dapat mempercepat kehilangan massa tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis. Beberapa obat lain yang digunakan untuk kondisi medis tertentu juga dapat memiliki efek samping yang merugikan kesehatan tulang. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai risiko ini jika kamu harus menggunakan obat-obatan tersebut dalam jangka waktu lama.

  • Gaya Hidup Tidak Sehat 

Gaya hidup yang tidak aktif dan kurang bergerak dapat menyebabkan tulang kehilangan kekuatannya karena tulang memerlukan beban dan tekanan untuk tetap kuat. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan juga terbukti dapat merusak kesehatan tulang dan mempercepat kehilangan kepadatan tulang. Aktivitas fisik teratur, terutama latihan beban, sangat penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kepadatan tulang.

  • Kondisi Medis Tertentu 

Penyakit-penyakit seperti cystic fibrosis, hemofilia, hemokromatosis, leukemia, atau penyakit Parkinson dapat meningkatkan risiko osteoporosis melalui berbagai mekanisme. Beberapa kondisi ini dapat memengaruhi metabolisme tulang secara langsung, sementara yang lain dapat membatasi aktivitas fisik atau memengaruhi penyerapan nutrisi. Pasien dengan kondisi medis ini perlu mendapatkan pemantauan kesehatan tulang secara berkala.

Cara Mengatasi Osteoporosis

Meskipun osteoporosis merupakan kondisi yang serius, ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat membantu memperlambat pengeroposan tulang dan mengurangi risiko patah tulang. Penanganan yang tepat dan dimulai sedini mungkin dapat membuat perbedaan signifikan dalam kualitas hidup penderita.

Melansir dari laman Hello Sehat, ada beberapa pendekatan medis yang umum digunakan untuk mengatasi osteoporosis.

1. Penggunaan Obat Bifosfonat

Kelas obat ini bekerja dengan cara memperlambat proses pengeroposan tulang di dalam tubuh, sehingga membantu menjaga kepadatan tulang yang masih ada. Bifosfonat telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko patah tulang pada penderita osteoporosis, terutama pada tulang belakang dan pinggul. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet yang diminum mingguan atau bulanan hingga suntikan yang diberikan setiap beberapa bulan. Meskipun efektif, penggunaan bifosfonat harus di bawah pengawasan dokter karena dapat menimbulkan efek samping tertentu.

2. Obat-obatan Antibodi Monoklonal

Obat-obatan dalam kategori ini, seperti denosumab, bekerja dengan cara yang berbeda dari bifosfonat namun tetap efektif dalam menjaga kepadatan tulang. Menurut penelitian, obat ini bahkan dapat memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan bifosfonat dalam beberapa kasus. Antibodi monoklonal bekerja dengan menghambat sel-sel yang bertanggung jawab atas penguraian tulang, sehingga membantu menjaga keseimbangan antara pembentukan dan penguraian tulang. Obat ini biasanya diberikan melalui suntikan subkutan setiap enam bulan sekali.

3. Terapi Hormon

Jika pengeroposan tulang yang dialami disebabkan oleh rendahnya kadar hormon tertentu, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi penggantian hormon. Terapi ini sangat efektif untuk wanita pasca menopause dengan memberikan hormon estrogen, atau untuk pria dengan kadar testosteron rendah. Terapi hormon dapat membantu meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang, namun perlu dipertimbangkan risiko dan manfaatnya secara individual. Konsultasi menyeluruh dengan dokter diperlukan untuk menentukan apakah terapi hormon tepat untuk kondisi kamu.

4. Konsumsi Suplemen Kalsium dan Vitamin D

Suplementasi kalsium dan vitamin D merupakan fondasi dasar dalam penanganan dan pencegahan osteoporosis karena kedua nutrisi ini esensial untuk kesehatan tulang. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan sekitar 1000-1200 mg kalsium dan 600-800 IU vitamin D per hari, tergantung usia dan kondisi kesehatan. Suplemen ini paling efektif ketika dikombinasikan dengan diet seimbang dan gaya hidup sehat. Meskipun suplemen dapat membantu, penting untuk tidak mengonsumsi dosis berlebihan karena dapat menyebabkan efek samping atau komplikasi kesehatan lainnya.

Olahraga yang Harus Dihindari Penderita Osteoporosis 

Walaupun osteoporosis dapat diobati dan dikelola dengan baik, penderita kondisi ini perlu berhati-hati dalam memilih jenis aktivitas fisik yang dilakukan. Melansir dari Mayo Clinic, ada beberapa jenis gerakan dan olahraga yang sebaiknya dihindari oleh penderita osteoporosis karena dapat meningkatkan risiko patah tulang.

- Olahraga dengan Benturan Tinggi

Aktivitas seperti melompat, berlari, atau jogging dapat menyebabkan patah tulang pada penderita osteoporosis karena tulang yang sudah rapuh tidak mampu menahan benturan berulang. Gerakan yang tiba-tiba dan cepat juga sebaiknya dihindari, dan lebih baik memilih olahraga dengan gerakan lambat dan terkontrol. Namun, jika kamu secara umum masih bugar dan kuat meskipun memiliki osteoporosis, kamu mungkin bisa melakukan olahraga dengan benturan yang sedikit lebih tinggi daripada mereka yang kondisi fisiknya lemah.

- Gerakan Membungkuk dan Memutar

Pada penderita osteoporosis, membungkuk ke depan pada pinggang dan memutar tubuh pada pinggang dapat meningkatkan risiko patah tulang belakang secara signifikan. Olahraga atau aktivitas yang sebaiknya dihindari termasuk menyentuh jari kaki sambil berdiri, melakukan sit-up, atau gerakan yang memerlukan pembungkukan atau pemutaran paksa pada pinggang. Aktivitas lain seperti bermain golf, tenis, bowling, dan beberapa pose yoga yang melibatkan gerakan membungkuk atau memutar juga perlu dihindari atau dilakukan dengan sangat hati-hati.

Osteoporosis memang merupakan kondisi yang perlu diwaspadai, namun bukan berarti tidak dapat dicegah atau dikelola dengan baik. Kamu dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatan tulang, dimulai dari memahami faktor risiko, gejala, dan pilihan pengobatan.

Selain itu, kamu juga dapat melakukan pemeriksaan tulang secara berkala, jika memiliki faktor risiko tinggi, dengan begitu kamu dapat mendeteksi sedari dini dan segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Perlu diingat juga bahwa kombinasi antara gaya hidup sehat, nutrisi yang tercukupi, dan olahraga yang tepat dapat membantu kamu menjalani hidup yang lebih berkualitas meskipun memiliki osteoporosis.

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #bukan #hanya #soal #usia #kenali #penyebab #osteoporosis #pilihan #pengobatan #olahraga #yang #harus #dihindari

KOMENTAR