Mengenal Metode Pemeriksaan Kanker Leher Rahim
– Kanker serviks tercatat sebagai kanker kedua yang paling banyak diderita perempuan, selain kanker payudara. Bahkan setiap hari diperkirakan ada56 kematian akibat penyakit ini.
Situasi ini membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengingatkan pentingnya deteksi dini melalui skrining rutin.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menegaskan, deteksi dini adalah langkah paling penting untuk menekan angka kematian kanker serviks.
“Deteksi dini supaya bisa ketahuan kankernya di stadium awal agar bisa segera diintervensi. Kanker serviks ini satu-satunya kanker yang bisa dieliminasi, maka harapannya angkanya bisa ditekan,” kata Nadia dalam Indonesian Health Economics Association (InaHEA) Media Discussion “From Pilot to National Scale: Strengthening Cervical Cancer Screening in Indonesia”, di Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).
Pentingnya deteksi dini kanker serviks pada perempuan Indonesia
Ada beberapa pilihan cara pemeriksaan kanker serviks
Untuk mengenali risiko kanker serviks, perempuan dapat menjalani sejumlah metode skrining. Pemeriksaan ini penting dilakukan secara rutin karena perkembangan kanker serviks sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.
Ada tiga metode utama skrining kanker serviks, yaitu Pap Smear, tes HPV DNA, dan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Ketiga metode ini memiliki tingkat akurasi yang berbeda, tetapi semuanya dapat membantu mendeteksi adanya perubahan sel yang berpotensi menjadi kanker.
Nadia menjelaskan, kanker serviks banyak menyerang perempuan yang sudah aktif berhubungan seksual.
Kelompok usia yang dianjurkan untuk rutin skrining
Meski fokus skrining berada pada kelompok usia 30–69 tahun, Nadia menekankan bahwa perempuan yang sudah aktif secara seksual di bawah usia tersebut juga tetap perlu melakukan pemeriksaan.
“Kanker ini memang banyak menyerang untuk mereka yang sudah aktif berhubungan seksual. Maka target utamanya itu usia 30 sampai 69 tahun harus rutin skrining HPV,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa perempuan usia lanjut tetap memiliki risiko kanker. Oleh karenanya, pemeriksaan tetap dianjurkan untuk mencegah kanker berubah ke stadium lebih lanjut.
“Jangan keliru, nenek-nenek usia 69 atau 70 tahun juga masih ada risiko kanker serviks. Walaupun sudah menopause, maka tetap dianjurkan untuk pemeriksaan,” kata Nadia.
Skrining tetap diperlukan untuk memastikan tidak ada perkembangan sel yang berpotensi menjadi kanker.
Apa tipe HPV yang paling berbahaya?
Human papillomavirus (HPV) adalah penyebab utama kanker serviks. Ada ratusan jenis HPV, namun tidak semuanya bersifat ganas.
Nadia menjelaskan beberapa tipe yang paling berbahaya menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Dari WHO itu ada beberapa tipe kanker serviks yang paling ganas yaitu tipe 16 dan 18. Kemudian ada pula tipe 54, 52, dan 45 yang cukup ganas,” ungkap Nadia.
Kedua tipe HPV 16 dan 18 diketahui bertanggung jawab atas mayoritas kasus kanker serviks di seluruh dunia.
Frekuensi skrining yang dianjurkan
Nadia menjelaskan, untuk mengetahui keberadaan HPV tipe 16 dan 18, pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap tahun.
“Itulah mengapa dianjurkan untuk melakukan skrining untuk melihat tipe 16 dan 18 itu setiap tahunnya, tapi untuk tipe kanker lainnya dianjurkan 3 tahun sekali,” ujarnya.
Dengan mengikuti jadwal skrining yang dianjurkan, perempuan memiliki kesempatan lebih besar untuk mendeteksi dan mencegah perubahan sel sejak awal, sebelum berkembang menjadi kanker yang lebih serius.