Gejala Meningitis Mirip Flu tapi Memburuk dalam 24 Jam
Gejala awal meningitis sering kali terlihat sepele, yakni demam ringan, sakit kepala, atau tubuh terasa lemas, mirip seperti infeksi virus biasa yang bisa sembuh sendiri.
Namun dalam hitungan jam, kondisi ini dapat berubah menjadi darurat medis yang mengancam jiwa, hingga kerusakan otak permanen.
"Pada gejala awal mungkin dokter tidak menyadari ini infeksi meningitis, sehingga penyakit ini sering terlambat dikenali dan diobati. Pada meningitis invasif, dalam 24 jam sudah terjadi gangguan berbagai organ," papar dr.Suzy Maria Sp.PD-KAI dalam acara peluncuran vaksin meningitis konjugat yang diadakan oleh PT.Kalventis di Jakarta (4/12/2025).
Gejala lain yang menandakan infeksi meningitis mulai parah adalah adanya ruam atau sensitif terhadap cahaya.
Penyakit meningitis disebabkan oleh bakteri Neisseriae meningitidis atau disebut juga meningokokus.
Bakterinya bisa hidup di bagian nasofaring yang terletak di belakang hidung dan tenggorokan. Koloni bakteri ini hidup normal di situ dan tidak menyebabkan penyakit pada orang yang dihinggapi bakteri.
Penularan saat kontak erat
Menurut dr.Suzy, biasanya remaja dan orang dewasa muda menjadi pembawa (carrier) bakteri ini dan menularkannya kepada yang lain.
Orang lanjut usia dan anak-anak merupakan kelompok rentan jika tertular bakteri penyakit meningitis.
"Penularannya bisa lewat droplet saat bersin dan batuk, lalu menempel ke permukaan benda-benda atau terhirup orang lain. Penyakit ini sangat mudah ditularkan kalau kita kontak erat," papar dr.Suzy.
Oleh karena itu, penyakit meningitis sangat rentan diderita oleh jamaah haji atau umrah, atau pun orang yang hidup di asrama.
Ilustrasi sakit kepala. Tanda-tanda radang otak.
Dampak berat dari bakteri ini adalah jika masuk ke aliran darah sehingga dapat beredar ke seluruh tubuh.
Dijelaskan oleh dr.Suzy, bakteri N.mengitidis yang tadinya hidup di nasofaring bisa masuk ke aliran darah terjadi karena perubahan di selaput lendir nasofaring dan juga penurunan daya tahan tubuh.
"Sekali dia masuk ke aliran darah, dia bisa ke mana-mana, tapi paling sering ke selaput otak, itu sebabnya disebut sebagai penyakit meningitis. Tetapi bakteri ini juga bisa masuk ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia," terangnya.
Pada kasus yang berat, infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kejang, penurunan kesadaran, hingga kerusakan otak permanen. Yang membuatnya semakin berbahaya, antibiotik tidak selalu efektif untuk semua jenis meningitis.
"Antibiotik saja tidak cukup, karena perjalanan penyakitnya yang cepat, kurang dari 24 jam sudah bisa fatal," ujar dr.Suzy.
Karena itu, langkah terbaik bukan menunggu sakit, melainkan mencegah: vaksinasi menjadi perlindungan yang wajib untuk menekan risiko infeksi meningitis dan dampak fatal yang dapat menyertainya.
Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI), dr.Syarief Hasan Lutfie, SpKFR mengatakan, sejak tahun 2001 Pemerintah Arab Saudi sudah mewajibkan semua jamaah haji dan umrah sudah mendapatkan vaksin meningitis.
"Risiko penularan tinggi karena terdapat jutaan jemaah dari ratusan negara berkumpul di Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Termasuk, jemaah dari wilayah sub-sahara afrika yang termasuk kawasan meningitis belt," ujarnya.
Namun, menurutnya, sejak dikeluarkan aturan kewajiban vaksin meningitis, kini sudah tidak terjadi lagi kasus wabah meningitis di Tanah Suci.
Ia mengatakan, profil jamaah haji Indonesia banyak yang sudah berusia lanjut yang punya komorbid. Ditambah dengan faktor kelelahan selama beribadah, daya tahan tubuh mereka jadi rendah.
"Oleh karena itu pencegahan penyakit dengan vaksin adalah hal yang penting," katanya.