Tren EV Kerek Demand Nikel Dalam Negeri, Peluang atau Ancaman?
Jumpa pers Telapak membahas potensi dan ancaman nikel di Indonesia yang muncul karena tren EV global. (Rian Alfianto/JawaPos.com)
21:36
28 Februari 2024

Tren EV Kerek Demand Nikel Dalam Negeri, Peluang atau Ancaman?

  - Masih ingat beberapa waktu lalu masyarakat dibikin ramai oleh perdebatan Cawapres Gibran Rakabuming dan Muhaimin Iskandar terkait nikel dan lithium ferro-phosphate atau LFP? Keduanya diketahui merupakan bahan baku penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).   Baik nikel atau LFP memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sudah pernah JawaPos.com ulas lengkap sebelumnya. Yang bikin ribut adalah isu hilirisasi nikel di Tanah Air yang oleh banyak pihak dinilai ugal-ugalan dan hanya menguntungkan segelintir pihak.   Di tengah maraknya wacana pertambangan nikel pada debat Capres dan Cawapres Indonesia 2024, bukan hanya soal potensi ekonominya saja yang perlu dicermati. Akan tetapi, dari sisi lingkungan sekitar proyek nikel juga perlu mendapat perhatian khusus.    Hal ini mendapat sorotan salah satunya dari NGO lingkungan hidup Perkumpulan Telapak. Coordinator Media Site Visit Telapak, Muhammad Djufryhard mengatakan, sejauh ini perusahaan nikel sudah mengikuti anjuran pemerintah untuk penerapan keberlanjutan lingkungan.    Hanya saja belum semua yang terbuka dengan pihak tersebut. Namun, memang sebaiknya jika sudah memiliki izin untuk mengelola nikel, baiknya perusahaan tersebut melakukan hal yang positif.    "Hal positif ini bukan hanya bagi negara, tetapi juga masyarakat sekitar. Bukan hanya sekadar pendapatan ekonomi, tetapi juga bebas dari ancaman bencana, banjir bandang, bisa menikmati air layak dan bersih. Dan bisa menjalankan hidup sebagaimana mestinya," terang Djufryhard, dalam acara "Talkshow Nikel: Peluang atau Petaka?" di Jakarta pada Rabu (28/2) siang.  

  Talkshow tersebut juga menyoroti peran penting nikel dalam lanskap sosio-ekonomi Indonesia dan potensi dampak buruknya terhadap lingkungan jika tidak ditanggulangi. Melengkapi talkshow tersebut, Perkumpulan Telapak menampilkan video dokumenter kunjungan lapangan mereka lokasi pertambangan, terkhusus PT Trimegah Bangun Persada (TBP).   Video tersebut memberikan gambaran mendalam mengenai realitas operasional penambangan nikel yang tidak semuanya buruk. Melalui penyampaian cerita secara visual, Perkumpulan Telapak bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara wacana dan kenyataan di lapangan.   "Kami percaya bahwa pemahaman komprehensif mengenai industri nikel sangat penting. Kami menyampaikan fakta di lapangan, dimana TBP sudah punya upaya bagus menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Tidak ada pembuangan limbah ke laut, beberapa kelompok masyarakat desa juga sudah dilibatkan dalam aktivitas ekonomi, sekarang tinggal ditingkatkan dan diperluas upaya bagusnya," imbuh Djufryhard.   Tidak hanya pemutaran video, Perkumpulan Telapak juga memaparkan hasil studi sosial komprehensifnya. Kajian tersebut bahkan mengungkapkan bahwa perusahaan sejauh ini sudah terlihat berbagai upaya untuk menanggulangi dampak kerusakan dan tetap memberdayakan masyarakat sekitar.   

  Meski begitu, WALHI tetap menyoroti agar PT Trimegah Bangun Persada tetap memperhatikan potensi dampak kerusakan lingkungan yang mungkin timbul. Dalam kesempatan sama, Manajer Kampanye Tambang & Energi WALHI, Fanny Tri Jambore menyebut, pulau Obi saat ini sudah dikelilingi oleh 19 tambang nikel.   "Kerusakan lingkungan pasti tak terhindarkan. Perlu adanya perubahan paradigma kebijakan secara menyeluruh yang mengarah pada proteksi lingkungan dan masyarakat lingkar tambang. Upaya Telapak perlu diapresiasi, tinggal bagaimana cara mengawalnya secara menyeluruh," ujar Fanny.   Dari sisi Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam, Muhammad Jamil, Kepala Divisi Hukum dan Kebijakan Jatam menilai, kajian dari Telapak perlu disambut baik. Diharapkan acara seperti ini bisa menjadi wadah untuk tetap mengembangkan pemikiran dan menelusuri lebih dalam topik ini.    "Sehingga, informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di Pulau Obi dapat dipahami oleh masyarakat luas," respons Jamil.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #tren #kerek #demand #nikel #dalam #negeri #peluang #atau #ancaman

KOMENTAR