Perluas Pemberian Pemahanan ke Wilayah 3T, Strategi OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia
Ilustrasi Gedung kantor pusat Otoritas Keuangan (OJK), Jakarta. OJK terus menggalakkan literasi keuangan, termasuk di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). (Istimewa)
08:08
30 November 2024

Perluas Pemberian Pemahanan ke Wilayah 3T, Strategi OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberkan strategi untuk tingkatkan literasi keuangan di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Lewat berbagai program yang terus digiatkan, hingga saat ini literasi keuangan penduduk Indonesia telah menembus angka 65,4 persen.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menyampaikan dalam peningkatan literasi keuangan, OJK memiliki beberapa kegiatan edukasi keuangan yang menyasar kepada berbagai segmen dan wilayah, termasuk di daerah 3T.

"Beberapa upaya dan program edukasi keuangan OJK yaitu Desaku Cakap Keuangan, Gerakan Nasional Cerdas Keuangan atau Gencarkan, dan Sarana Informasi Mobil Literasi dan Edukasi Keuangan atau Simolek," kata Friderica kepada JawaPos.com, Selasa (26/11).

Lebih lanjut dia membeberkan bahwa dalam Program Desaku Cakap Keuangan, OJK berupaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat desa terhadap lembaga, produk maupun layanan keuangan konvensional dan syariah.

Adapun hal ini dilakukan melalui pembekalan atau Training of Trainers - ToT terhadap perangkat desa dan edukasi oleh perangkat desa kepada masyarakat atau Training of Community - ToC.

"Biasanya kegiatan Desaku Cakap Keuangan, dilakukan oleh OJK dan bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota," jelasnya.

Sementara itu, melalui Program Gencarkan yang diluncurkan oleh OJK pada 22 Agustus 2024, pihaknya melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha jasa keuangan untuk berkolaborasi menjalankan program ini secara masif.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi (Nurul Fitriana/JawaPos.com)

“Program Gencarkan juga mendorong lahirnya 2 Juta Duta dan Agen Literasi dan Inklusi Keuangan yang dapat memberikan multiplier effect melalui beragam kegiatan edukasi keuangan bagi masyarakat luas. Program GENCARKAN juga akan dilakukan secara multikanal sehingga diharapkan dapat menjangkau hingga 50 juta rakyat Indonesia," jelas Friderica.

Melalui program Gencarkan, ditargetkan pada tahun 2025 sebanyak 90 persen pelajar Indonesia telah memiliki tabungan. Selanjutnya, melalui tabungan Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda), diharapkan sebanyak 2,5 juta kelompok mahasiswa dan pemuda telah memiliki rekening.

"Progam ini juga turut mendorong pembukaan akses kredit UMKM melalui program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR) sehingga dapat menjangkau 1,6 juta debitur; serta mengakselerasi penggunaan produk keuangan oleh 30 persen kelompok penyandang disabilitas," ungkapnya.

Kemudian, ada juga program Simolek Edutainment yang merupakan mobil edukasi keuangan yang menyasar kepada masyarakat dan wilayah yang belum mendapatkan akses edukasi. Selain edukasi keuangan, Friderica menyebut bahwa Simolek juga dilengkapi entertainment edukasi keuangan yang membuat lebih kreatif dan variatif.

"Entertainment disesuaikan dengan daerah setempat, penyampaian edukasi keuangan kepada masyarakat dikaitkan dengan hiburan seni dan budaya lokal," jelasnya.

Strategi OJK Tingkatkan Akses Keuangan Masyarakat
Sementara itu, dalam meningkatkan akses keuangan, Frideric memastikan OJK terus mendorong dan mendukung berbagai inisiatif untuk membuat produk dan layanan keuangan lebih mudah diakses oleh masyarakat. Terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh lembaga jasa keuangan.

Dalam hal ini, OJK mendorong perbankan untuk menyiapkan produk dan layanan yang inovatif dan terjangkau bagi masyarakat. Seperti rekening tabungan dengan biaya administrasi rendah atau dengan setoran awal yang rendah, program satu rekening satu pelajar (kejar), serta SiMuda untuk terus dikembangkan dan dikenalkan ke seluruh masyarakat.

Tak hanya itu, penyediaan produk dan layanan berbasis digital didorong untuk memperluas akses keuangan, misalnya pengembangan layanan perbankan digital, mobile banking dan internet banking. Selain itu, OJK terus bekerjasama dengan Lembaga Jasa Keuangan untuk terus mengembangkan dan memperluas jangkauan layanan perbankan sampai ke daerah-daerah yang belum terjangkau.

Perluasan jangkauan layanan keuangan ini dapat dilakukan dengan semakin memperbanyak agen laku pandai di seluruh wilayah Indonesia termasuk ke wilayah 3T. Salah satunya, kemitraan antara perbankan dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) untuk menigkatkan akses pembiayaan bagi UMKM seperti program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR).

"Bersama-sama dengan TPAKD, OJK mendorong agar UMKM dapat memanfaatkan akses keuangan formal melalui perbankan seperti program K/PMR sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan layanan keuangan informal," pungkasnya.

Sumber foto: Nurul Fitriana/JawaPos.com

Editor: Mohamad Nur Asikin

Tag:  #perluas #pemberian #pemahanan #wilayah #strategi #tingkatkan #literasi #inklusi #keuangan #indonesia

KOMENTAR