



Nike Pangkas Produksi di China demi Hindari Tarif Impor AS
Nike mengumumkan rencana memangkas ketergantungannya pada produksi dari China untuk pasar Amerika Serikat.
Langkah ini diambil demi mengurangi beban tarif impor yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Langkah tersebut diumumkan dalam laporan keuangan kuartalan yang dirilis Kamis (26/6/2025) waktu AS.
Perusahaan juga memproyeksikan penurunan pendapatan kuartal pertama yang lebih kecil dari perkiraan analis, sehingga mendorong saham Nike naik hingga 11 persen dalam perdagangan setelah jam bursa.
Kepala Keuangan Nike, Matthew Friend, menjelaskan bahwa tarif tambahan dari kebijakan Trump bisa menambah beban biaya hingga 1 miliar dolar AS, setara sekitar Rp16,18 triliun.
Saat ini, sekitar 16 persen dari total sepatu Nike yang dijual di AS diproduksi di China. Namun, angka itu akan ditekan menjadi kisaran satu digit tinggi pada akhir Mei 2026.
“Kami akan mengoptimalkan campuran sumber daya kami dan mengalokasikan produksi secara berbeda di berbagai negara untuk mengurangi hambatan biaya baru ke Amerika Serikat,” ujar Friend dalam panggilan dengan investor, seperti dilansir Reuters, Jumat (27/6/2025).
Barang konsumsi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari perang tarif antara dua ekonomi terbesar dunia. Nike pun tengah mengkaji pengurangan biaya perusahaan sebagai strategi adaptasi.
Friend menyebut, sebagian produk Nike di pasar AS akan mengalami kenaikan harga. Meski begitu, analis Morningstar Research, David Swartz, menilai langkah tersebut tak akan berdampak besar pada posisi Nike.
“Dampak tarif sangat signifikan. Namun, saya perkirakan pihak lain dalam industri pakaian olahraga juga akan menaikkan harga, jadi Nike mungkin tidak akan kehilangan banyak pangsa di AS,” ujarnya.
Kategori Lari Mulai Bangkit
Di sisi lain, strategi CEO Elliott Hill untuk kembali memfokuskan inovasi dan promosi pada segmen olahraga mulai menunjukkan hasil. Penjualan produk lari kembali tumbuh pada kuartal keempat, setelah sebelumnya mengalami perlambatan.
Nike telah meningkatkan investasi pada produk sepatu lari seperti Pegasus dan Vomero, dan mengurangi produksi sepatu kasual seperti Air Force 1.
“Lari telah menunjukkan kinerja yang sangat baik bagi Nike,” kata analis Citi, Monique Pollard. Ia menambahkan, produk lari serta lini pakaian olahraga terbaru bisa menutupi penurunan dari lini sepatu kasual klasik yang dijual di mitra ritel.
Selama kuartal terakhir, anggaran pemasaran Nike naik 15 persen dibanding tahun lalu. Nike juga menggelar acara lari yang menampilkan atlet sponsor mereka, Faith Kipyegon, di Paris.
Dalam ajang tersebut, Kipyegon berusaha menembus rekor satu mil dalam waktu di bawah empat menit. Meskipun gagal, ia tetap mencetak waktu tercepat secara tidak resmi.
China Masih Jadi Tantangan
Nike memproyeksikan pendapatan kuartal pertama akan turun di kisaran pertengahan satu digit—lebih baik dari estimasi penurunan 7,3 persen menurut data LSEG.
Penjualan kuartal keempat tercatat turun 12 persen menjadi 11,10 miliar dolar AS (sekitar Rp179,6 triliun), tetapi angka ini tetap lebih baik dari prediksi penurunan sebesar 14,9 persen.
Meski begitu, China tetap menjadi tantangan besar. Eksekutif Nike mengakui bahwa pemulihan penjualan di China akan memerlukan waktu, mengingat kondisi ekonomi dan persaingan yang semakin ketat di negara tersebut.
Per 31 Mei, total persediaan Nike tercatat stabil di angka 7,5 miliar dolar AS, atau sekitar Rp121,35 triliun.
Tag: #nike #pangkas #produksi #china #demi #hindari #tarif #impor