30
Sejumlah siswa menikmati hidangan saat sarapan bergizi gratis di SDIT Al Ihsan, Kebagusan, Jakarta, Kamis (24/10/2024). (Hanung Hambara/Jawa Pos)
20:08
8 November 2024
Temuan SEANUTS II: Hanya 32 Persen Anak di Indonesia yang Sarapan Memadai, Padahal Penting untuk Pertumbuhan
– Studi South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II) merilis temuan baru yang menunjukkan bahwa konsumsi susu saat sarapan dapat meningkatkan asupan mikronutrien esensial bagi anak-anak. Sayangnya, masih banyak anak di Indonesia yang tak mendapatkan asupan sarapan. Bersama akademisi dan pakar gizi di empat negara tempat berlangsungnya penelitian, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, FrieslandCampina mempelajari tantangan pemenuhan gizi pada anak-anak. Peneliti Utama SEANUTS II Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), mengatakan, fokus studi ini adalah mempelajari tantangan pemenuhan gizi pada anak-anak yang sangat penting bagi kesehatan dan tumbuh kembang yang optimal. "Pada SEANUTS II, kami mempelajari tentang kebiasaan sarapan yang ternyata berperan besar dalam menyediakan nutrisi penting untuk pertumbuhan anak," ujarnya kepada wartawan, Jumat (8/11). Hasilnya, hanya 32% anak berusia 2 hingga 12 tahun yang mengkonsumsi sarapan yang memadai di Indonesia. Dengan asupan sarapan yang cukup terdiri dari menu yang beragam, termasuk konsumsi susu saat sarapan yang ternyata memiliki hubungan erat dengan peningkatan kualitas diet anak-anak. Secara umum, Prof. Rini mengatakan bahwa anak-anak yang mengkonsumsi susu pada saat sarapan memiliki asupan mikronutrien esensial lebih tinggi, terutama untuk Kalsium dan Vitamin D. Hal ini menurutnya penting menjadi perhatian. Sebab, berdasarkan studi SEANUTS II, anak-anak di Indonesia ditemukan belum memenuhi rekomendasi kebutuhan rata-rata harian untuk Kalsium (78%) dan Vitamin D (92%). "Sehingga menimbulkan risiko yang serius bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka," ungkap Prof. Rini. Secara keseluruhan, Guru Besar di Fakultas Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia itu juga mengatakan bahwa stunting dan anemia masih terjadi di Asia Tenggara, terutama di kalangan anak-anak yang lebih muda. Namun, di antara anak-anak yang lebih tua, terdapat prevalensi yang lebih tinggi untuk kelebihan berat badan dan obesitas. Selain itu, sebanyak 27% anak-anak mengalami kekurangan Vitamin D, dengan 46% di antaranya terjadi di kelompok usia yang lebih tua. "Temuan tambahan dari SEANUTS II juga menunjukkan bahwa sarapan dengan produk susu dapat berperan dalam meningkatkan asupan mikronutrien harian anak-anak," tandasnya. Senada dengan itu, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Andrew F Saputro mengatakan bahwa studi lanjutan dari SEANUTS II menekankan pentingnya konsumsi susu saat sarapan. “Temuan SEANUTS II menunjukkan bahwa anak-anak yang mengkonsumsi produk susu saat sarapan memiliki asupan mikronutrien harian yang lebih tinggi secara signifikan untuk vitamin A, B12, dan D, serta Kalsium, dibandingkan anak-anak yang tidak mengkonsumsi susu saat sarapan," tuturnya. "Hal ini kemudian mengukuhkan kebaikan susu untuk membantu mengurangi beban gizi yang dihadapi anak-anak Indonesia," sambung Andrew. Oleh karena itu, ia percaya bahwa temuan studi ini menunjukkan peluang susu untuk meningkatkan status gizi anak-anak Indonesia, dimulai dari rumah. "SEANUTS II dan temuannya memperkuat komitmen kami yaitu nourishing Indonesia to progress, mewujudkan tujuan kami untuk menyediakan gizi lebih baik, sehingga membantu anak-anak Indonesia membangun kekuatan untuk menang,” pungkas Andrew. Untuk diketahui, SEANUTS II yang diprakarsai oleh FrieslandCampina bekerja sama dengan Universitas Indonesia menyoroti persoalan tiga beban malnutrisi yang dialami oleh anak-anak Indonesia, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan kekurangan mikronutrien. Penelitian yang melibatkan 3,456 anak berusia 0,5 tahun hingga 12 tahun ini menunjukkan bahwa asupan nutrisi, khususnya vitamin D dan Kalsium di Indonesia belum mencapai target angka yang direkomendasikan. Hasil studi ini juga diharapkan dapat mempromosikan pentingnya diet seimbang dan gaya hidup aktif melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan sekolah. SEANUTS II juga mendapati bahwa prevalensi stunting pada anak di bawah usia 5 tahun di wilayah Jawa-Sumatera mencapai 28,3%. Artinya, 3 dari 10 anak berperawakan pendek. Lebih jauh, adapun prevalensi anemia adalah 17,9%. Sementara itu, 16% anak usia 7–12 tahun mengalami kelebihan berat badan/obesitas. Lebih dalam, SEANUTS II mendefinisikan sarapan sebagai makan pertama setelah tidur semalaman, dikonsumsi setelah bangun tidur dan sebelum pukul 12:00 siang (termasuk semua makanan yang dikonsumsi, kecuali air putih, teh, dan kopi tanpa susu). Sementara produk susu meliputi produk susu hewani (cair dan bubuk), yoghurt, dan keju dengan ketentuan satu porsi per hari. (*)
Editor: Dinarsa Kurniawan
Tag: #temuan #seanuts #hanya #persen #anak #indonesia #yang #sarapan #memadai #padahal #penting #untuk #pertumbuhan