Label Produk Bisa Menipu? Hal Penting yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Barang Kemasan!
ilustrasi label nutrisi pada produk (sumber: freepik)
06:32
5 Mei 2024

Label Produk Bisa Menipu? Hal Penting yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Barang Kemasan!

Banyak dari kita sering tidak memperhatikan detail bahan dan kandungan saat berbelanja di supermarket.

Meskipun terkesan menjemukan, penting untuk mengubah kebiasaan ini agar tidak tertipu dan menjaga kesehatan karena informasi yang tidak akurat.

Hal paling tidak yang membuat kita khawatir setelah hari yang melelahkan di supermarket adalah mencoba memahami rincian daftar bahan-bahannya.

Menurut penelitian, hanya 15% konsumen yang benar-benar memperhatikan informasi nutrisi pada produk yang mereka beli.

Hal ini memungkinkan perusahaan tertentu mengelabui kita agar membeli produk mereka menggunakan teknik pemasaran yang menipu.

Dengan melansir dari smartmindsets.com, berikut ini 8 contoh strategi di mana toko atau perusahaan produksi berusaha menyembunyikan kebenaran tentang bahan makanan dari kita pada label produk kemasan.

1. Makanan bayi mengandung lebih banyak gula dari yang diharapkan

Produk makanan bayi yang mengandung buah bisa mengandung banyak gula meskipun dipasarkan sebagai sehat. Label "rasa sayuran" bisa menyesatkan konsumen tentang jumlah gula yang terkandung di dalamnya.

Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, pada bulan Januari 2023, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) mengeluarkan suatu data penelitian sampai tanggal 31 Januari 2023 bahwa prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023.

Jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah diabetes anak tahun 2010 atau 0,028 per 100.000 anak dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000.

2. Label bebas nitrat belum tentu aman

Mungkin di beberapa supermarket yang menyajikan daging siap masak melabeli produknya dengan bebas nitrat. Meskipun nitrat berbahaya dan tidak boleh ada di produk daging, ini tidak menjamin bahwa daging benar-benar aman.

Makanan Anda harus tanpa nitrat serta sulfat, fosfat, BHT, BHA, dan bahan kimia lainnya. Untuk mengidentifikasi barang-barang yang aman, hati-hati membaca label, dan mencoba tinggalkan memilih daging olahan siap masak.

3. Makanan "bebas lemak" tidak menyiratkan tidak ada lemak sama sekali

Makanan tanpa bahan tertentu tidak selalu bebas dari bahan tersebut. Peraturan mengizinkan label bebas lemak meski mengandung sedikit lemak. Jika makanan mengandung 0,5 gram lemak per porsi, pembuatnya dapat mencantumkannya sebagai bebas lemak.

Jadi, Anda harus lebih teliti jika kondisi tubuh Anda memiliki perawatan khusus atas dasar kesehatan dengan bahan atau kandungan tertentu.

4. Istilah "organik" dan "ringan/rendah" pada kemasan bisa menipu

Istilah "organik" adalah salah satu trik promosi yang bekerja dengan baik dalam pemasaran. Meski begitu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa produk 100% alami. Menurut para ahli, menggunakan kata ini pada kemasan tidak memiliki dampak hukum.

Sementara penggunaan kata "rendah" khususnya pada produk yang mengandung lemak, kadarnya benar-benar dikontrol. Oleh karena itu, makanan manis yang diproses secara sah dapat disebut sebagai "ringan" dan tampak sehat, padahal tidak.

5. Kandungan nutrisi mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diantisipasi

Statistik gizi pada label makanan sering ditemui memiliki margin of error yang cukup lebar, sebagaimana diatur oleh peraturan: mereka dapat bervariasi hingga 20% dari nilai yang diberikan.

Misalnya, makanan tertentu yang mengklaim memiliki 100 kalori mungkin sebenarnya memiliki antara 80 dan 120 kalori, dan hal yang sama berlaku untuk unsur-unsur lain.

6. Tidak bermanfaat bagi ayam untuk bebas kandang seperti yang diharapkan

Telur ayam bebas kandang, juga dikenal sebagai cage-free eggs, dihasilkan dari ayam-ayam yang dirawat dengan baik di peternakan bebas kandang.

Telur bebas kandang memiliki kualitas yang sama dengan telur konvensional, namun dihasilkan dari ayam-ayam yang hidup dengan lebih baik dan sehat.

Ketika kita membaca "cage-free-eggs" pada kotak kardus telur, kita sering berasumsi bahwa ayam-ayam di peternakan itu hidup dalam kondisi yang mirip dengan hotel bintang lima.

Ayam atau bahkan unggas ternak lain diperlakukan dengan tidak adil oleh petani yang menyebut mereka "bebas kandang" padahal hanya diizinkan keluar selama 5 menit sehari. Beberapa petani bahkan menggunakan metode keras untuk mengendalikan unggas.

Jadi yang perlu Anda perhatian adalah harus mencari penyedia telur yang terlibat dalam program sertifikasi perlindungan hewan dan juga sertifikasi yang jelas tentang pemberian label “bebas kandang” jika Anda ingin mendukung hak-hak hewan.

7. Menghitung jumlah gula yang tepat bisa menjadi tantangan

Banyak orang bingung tentang label makanan karena variasi nama untuk gula. Perusahaan bisa mengelabui konsumen.

Perusahaan dapat menggunakan fitur ini untuk menyembunyikan jumlah sebenarnya dari bahan manis dalam produk.

Gula mentega, gula pasir, gula kelapa, gula emas, dan sirup hanyalah beberapa contoh dari berbagai varietas gula. Gula tambahan lainnya termasuk molase, laktosa, pemanis jagung, dan lain-lain.

8. Tepung gandum utuh bervariasi dalam nilai gizinya

Pentingnya mengonsumsi gandum untuk mengurangi risiko penyakit dan kelebihan berat badan, sulit ditemukan dalam makanan sehari-hari.

Bahkan jika "biji-bijian utuh" terdaftar sebagai bahan dalam banyak produk, kontribusinya mungkin sedikit.

Carilah barang-barang yang membuat klaim bahwa mereka "100% gandum utuh" atau yang memiliki biji-bijian sebagai komponen pertama.

Dari 8 contoh di atas, apa label nutrisi lain yang Anda temui yang menipu? Apakah ada temuan yang mengejutkan Anda?

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #label #produk #bisa #menipu #penting #yang #harus #diperhatikan #sebelum #membeli #barang #kemasan

KOMENTAR