7 Kepribadian Anak yang Dibesarkan dengan Kurang Validasi Menurut Psikologi, Salah Satunya Keras pada Diri Sendiri
– Seseorang yang dibesarkan dengan didikan dari orang tua yang kurang memberi validasi terhadap dirinya, biasanya menunjukkan kepribadian yang kurang baik saat dewasa.
Validasi adalah hal yang dibutuhkan semua orang, tak tergantung usia. Termasuk saat anak-anak. Mereka butuh tahu bahwa sebenarnya mereka benar-benar disayangi oleh orang di sekitarnya. Namun, tak banyak orang tua yang berani memberi validasi semacam itu.
Dikutip dari Hack Spirit, inilah 7 kepribadian anak yang jarang diberi validasi saat dewasa.
- Berjuang dengan harga diri
Jika anda tidak menerima banyak validasi saat masih anak-anak, kemungkinan anda bergulat dengan harga diri anda saat dewasa.
Validasi bukan hanya tentang pujian. Ini adalah tentang mengakui perasaan, pikiran, dan pengalaman. Dengan validasi, Anda memberi tahu anak bahwa mereka dilihat, didengar, dan bahwa perspektif mereka penting.
Bila hal ini tidak ada, anak-anak sering kali tumbuh dengan mempertanyakan nilai mereka. Mereka mungkin merasa tidak pernah cukup baik, terlepas dari prestasi atau penghargaan yang mereka peroleh.
- Kesulitan mempercayai orang lain
Bagi anak yang tumbuh tanpa validasi yang konsisten dari orang tuanya, mereka biasanya akan kesulitan mempercayai orang. Pasalnya, mereka sering kali diremehkan atau dibayangi oleh kritik.
Itu bukan rintangan mudah untuk dilewati, dan dibutuhkan waktu dan usaha sadar untuk belajar memercayai orang lain.
- Kompensasi berlebihan dalam hubungan
Dalam upaya untuk merasa diperhatikan dan dihargai, mereka yang kurang validasi mungkin berusaha keras untuk menyenangkan pasangan, teman, atau kolega mereka.
Mereka mungkin selalu mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri, atau menyetujui pendapat yang sebenarnya tidak mereka setujui. Hal itu agar mereka mendapatkan kepercayaan dan tetap disayangi.
- Kecenderungan perfeksionisme
Bagi sebagian orang, perfeksionisme dapat berasal dari masa kecil yang kurang mendapat pengakuan. Mereka seperti sedang menjalankan misi untuk membuktikan harga diri mereka, sangat menginginkan pengakuan yang tidak pernah mereka dapatkan saat mereka masih muda.
Masalahnya, keinginan untuk menjadi sempurna ini bisa sangat menguras tenaga. Tidak peduli seberapa banyak yang mereka capai, rasanya seperti ada kekosongan yang tidak akan pernah bisa diisi.
Karena jauh di lubuk hati, mereka masih mendambakan validasi internal yang tidak pernah mereka terima.
Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup validasi sering kali tumbuh menjadi orang dewasa yang terlalu keras pada diri mereka sendiri. Mereka sering mengkritik berlebihan pada diri sendiri meskipun orang lain tak melakukannya.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa kritik diri yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Ini adalah pola yang dapat tertanam dalam, tetapi dengan kesadaran diri dan upaya yang sadar, adalah mungkin untuk menumbuhkan suara hati yang lebih berbelas kasih dan pemaaf.
- Takut ditolak
Sudah menjadi sifat manusia untuk menginginkan penerimaan. Namun, bagi mereka yang tidak mendapatkan validasi saat masih anak-anak, rasa takut akan penolakan dapat terjadi berkali-kali lipat.
Mereka selalu membayangkan semua hal berujung pada penolakan. Itu seperti berjalan di atas kulit telur dalam hidup Anda sendiri.
- Kesulitan mengekspresikan emosi
Orang yang jarang mendapat validasi biasanya sering menahan emosi, akan berusaha keras hanya untuk mengungkapkannya dengan kata-kata bahkan ketika sangat ingin mengungkapkannya.
Banyak orang yang tidak mendapatkan banyak validasi di masa muda mereka, mendapati diri mereka dalam situasi yang sama.
Tapi tahukah Anda? Mengenali pola ini adalah langkah pertama untuk menemukan cara yang lebih sehat untuk mengekspresikan dan mengelola emosi tersebut.
Tag: #kepribadian #anak #yang #dibesarkan #dengan #kurang #validasi #menurut #psikologi #salah #satunya #keras #pada #diri #sendiri