Usai Gencatan Senjata Gaza, WHO Butuh Akses Penuh untuk Salurkan Bantuan
Pemandangan udara ini memperlihatkan warga Palestina yang mengungsi kembali ke kamp pengungsi Jabalia yang hancur akibat perang di Jalur Gaza utara pada tanggal 19 Januari 2025, sesaat sebelum kesepakatan gencatan senjata dalam perang antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas dilaksanakan. Mediator Qatar pada tanggal 19 Juni mengonfirmasi dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas dan mengatakan beberapa dari tiga sandera awal yang dibebaskan memiliki kewarganegaraan asing.
08:48
20 Januari 2025

Usai Gencatan Senjata Gaza, WHO Butuh Akses Penuh untuk Salurkan Bantuan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu (19/1/2025) mengatakan siap untuk menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan selama gencatan senjata Gaza.

Meski demikian, WHO membutuhkan akses penuh di seluruh wilayah untuk melakukan penyaluran bantuan tersebut.

Pasalnya, sebagian besar infrastruktur kesehatan di Jalur Gaza telah hancur akibat perang Israel-Hamas selama lebih dari setahun.

Sebagaimana diberitakan AFP pada Senin (20/1/2025), Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyambut baik gencatan senjata tersebut, dengan memposting di media social, hal itu akan membawa harapan besar bagi jutaan orang yang hidupnya telah hancur oleh konflik.

"Menangani kebutuhan kesehatan yang sangat besar dan memulihkan sistem kesehatan di Gaza akan menjadi tugas yang rumit dan menantang, mengingat skala kerusakan, kompleksitas operasional, dan semua kendala yang dihadapi," terang Tedros.

Sementara badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) siap untuk meningkatkan respons guna mengatasi kebutuhan kritis wilayah tersebut.

Dalam sebuah pernyataan mereka mengatakan sangat penting bahwa hambatan keamanan dapat disingkirkan.

"WHO akan membutuhkan kondisi di lapangan yang memungkinkan akses sistematis ke penduduk di seluruh Gaza, memungkinkan masuknya bantuan melalui semua perbatasan dan rute yang memungkinkan, dan mencabut pembatasan masuknya barang-barang penting," kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Hingga gencatan senjata, Israel memiliki kendali penuh atas volume dan sifat bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza.

Sementara itu, dengan memperingatkan tantangan kesehatan di masa mendatang sangat besar, badan yang berkantor pusat di Jenewa tersebut memperkirakan biaya untuk membangun kembali sistem kesehatan Gaza yang hancur di tahun-tahun mendatang mencapai "miliaran dolar investasi".

Minggu lalu WHO memperkirakan angkanya lebih dari 10 miliar dolar AS (Rp 163 triliun).

"Hanya setengah dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih beroperasi sebagian, hampir semua rumah sakit rusak atau hancur sebagian, dan hanya 38 persen pusat perawatan kesehatan primer yang berfungsi," terang WHO.

Berdasarkan data yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas, WHO memperkirakan jumlah korban perang di Gaza lebih dari 46.600 orang tewas dan lebih dari 110.000 orang terluka.

"Seperempat dari mereka yang terluka menghadapi cedera yang mengubah hidup dan akan membutuhkan rehabilitasi berkelanjutan," ujar badan PBB tersebut.

Sementara sekitar 12.000 orang perlu dievakuasi untuk perawatan mendesak di tempat lain, sambil memperingatkan bahwa penghancuran infrastruktur kesehatan telah menimbulkan dampak berantai.

WHO juga menyatakan keprihatinan atas gangguan ketertiban umum, yang diperburuk oleh geng-geng bersenjata yang mengganggu pengiriman bantuan ke Gaza.

Tag:  #usai #gencatan #senjata #gaza #butuh #akses #penuh #untuk #salurkan #bantuan

KOMENTAR