Polisi Jepang Tangkap 6 WNI Pelaku Pembunuhan dan Penganiayaan, Korbannya Orang Indonesia
Kepala Detektif Masao Tamura dari Kepolisian Prefektur Gunma. 
19:20
15 Januari 2025

Polisi Jepang Tangkap 6 WNI Pelaku Pembunuhan dan Penganiayaan, Korbannya Orang Indonesia

- Enam pria warga negara Indonesia pelaku penganiayaan berhasil ditangkap polisi Jepang.

Mereka melakukan penganiayaan yang mengakibatkan satu orang tewas dan 3 orang luka.

Luis Figo Richard Roger Matandatu (22) dan 5 lainnya diduga membunuh seorang pria Indonesia berusia 37 tahun  dengan cara menikam menggunakan benda mirip pisau di kamar apartemennya di Kota Isesaki pada November tahun lalu.

Menurut polisi, tersangka masuk ke ruangan dengan maksud merampok uang dan memiliki beberapa pisau dapur dan linggis.

Keenam tersangka dan yang meninggal diyakini sebagai kenalan sesama WNI.

Polisi percaya bahwa ada orang lain yang terlibat dalam kejahatan selain keenam orang tersebut dan sedang menyelidiki sejarah rinci kasus tersebut.

Kepala Detektif Masao Tamura dari  Kepolisian Prefektur Gunma kemarin (14/1/2015).

“Keenam tersangka berkewarganegaraan Indonesia, tidak memiliki alamat tetap, dan pengangguran."

Di pemakaman dekat tempat kejadian, seorang pria berusia 24 tahun yang juga berkewarganegaraan Indonesia juga terluka parah dengan kedua bahu terpotong.

Polisi sedang menyelidiki terus kasus pembunuhan dan perampokan tersebut.

Kasus pembunuhan tersebut juga didiskusikan di wag Pencinta Jepang dapat ikut serta kirim ke:  email [email protected]

 

Sebelumnya kasus pembunuhan WNI pernah juga terjadi di Jepang bahkan sempat viral di media sosial.

Korban Warga Negara Indonesia (WNI) asal Padang Pariaman Josi Putri Cahyani (23)  ditemukan meninggal dunia di daerah Gunma, Maebashi pada Selasa, 22 Agustus 2023.

Korban ternyata sedang menempuh sekolah bahasa di Jepang.

Ibunda korban, Dasmawati mengatakan anaknya berangkat ke Jepang setelah lulus Sekolah Menengah Kejuruan Penerbangan di Lubuk Alung tahun 2018 lalu.

Pasca lulus sekolah tersebut, Josi pergi ke Jakarta tempat ayahnya dan bekerja di sana beberapa waktu.

Setelahnya Josi mendaftar sekolah bahasa di OHM Studi Jepang yang berada di Bandung melalui jalur beasiswa.

"Waktu itu Josi lulus beasiswa, tapi hanya separuh, separuh lagi tetap ditanggung oleh keluarga," jelasnya.

Sekolah bahasa tersebut akan ditempuh Josi selama 4 tahun ke depan.

Ia berangkat ke Jepang pada bulan April 2023, ia berangkat dari Jakarta menuju Jepang.

Di sana ia tinggal di asrama sekolah di Kota Maebashi, Perfektur Gunma, Jepang.

Selama bersekolah, Josi juga bekerja sebanyak 26 jam sebulan untuk meningkatkan kemampuan bahasanya.

Hanya saja, jam kerja tersebut bertambah menjadi 36 jam. Josi bersama teman satu asramanya sempat menolak tapi pihak sekolah menetapkan aturan tersebut tidak boleh dilanggar.

"Kalau dilanggar mereka diancam untuk dideportasi kembali ke Indonesia," kata ibunya.

Sejak keberangkatan ke Jepang, terhitung Josi sudah memasuki bulan keempat menuntut ilmu di sana.

Pada Kamis (17/8/2023), Josi menyebut bahwa ia akan libur sekolah dan bekerja selama satu bulan ke depan.

"Itu komunikasi terakhir kami dengan Josi sebelum akhirnya ia ditemukan meninggal," jelasnya.

Sosok Warga Negara Indonesia (WNI) asal Padang Pariaman yang meninggal di Jepang, merupakan anak sulung yang cerdas dan mandiri.

WNI bernama Josi Putri Cahyani itu, lahir Februari 2001, sedangkan di KTP Februari 2000.

Usia itu dimanipulasi lantaran Josi sejak usia 5 tahun sudah mumpuni untuk duduk di bangku sekolah dasar, tapi usianya belum cukup.

Ibu Josi, Dasmawati (40) mengatakan sejak kecil Josi sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih dari teman sebayanya.

"Josi sekolahnya di Korong Lancang Nagari III Koto Aur Malintang Selatan," jelasnya.

Tamat SD, Josi melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Sungai Geringging dan SMA di sekolah pelayaran Batang Anai.

Hingga tamat SMA, Dasmawati mengaku Josi selalu mendapat nilai yang bagus dan termasuk murid berprestasi.

Hal itu juga terlihat setelah tamat SMA, ia berhasil memperoleh beasiswa untuk sekolah bahasa di Jepang.

"Josi kalau untuk belajar sangat antusias makanya kami selalu mendukungnya," jelas ibunya.

Selain cerdas Josi juga sosok yang mandiri, anak pertama dari dua bersaudara itu, sejak kelas 5 SD sudah tinggal bersama neneknya.

Ibu Josi bekerja di Malaysia dan ayahnya di Jakarta. Jauh dari orang tua tidak menyurutkan niat Josi, ia berhasil melewati tahun demi tahun bersama adiknya.

Bahkan tanpa ragu Josi memberanikan diri untuk menimba ilmu hingga ke negeri Jepang.

Meski akhirnya, baru empat bulan di Jepang Josi harus kehilangan nyawanya. Ia ditemukan meninggal di sebuah apartemen berjarak 3 Km dari asrama sekolahnya.  (Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang/TribunPadang)

 

Editor: Eko Sutriyanto

Tag:  #polisi #jepang #tangkap #pelaku #pembunuhan #penganiayaan #korbannya #orang #indonesia

KOMENTAR