Takut dan Pesimistis, Intelijen AS Yakin Sekali Israel Tak Akan Menang Lawan Hizbullah
Tentara Israel saat latihan di Dataran Tinggi Golan pada 9 November 2023, di tengah meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan Israel. 
11:20
8 Januari 2024

Takut dan Pesimistis, Intelijen AS Yakin Sekali Israel Tak Akan Menang Lawan Hizbullah

– Badan Intelijen Pertahanan (DIA) Amerika Serikat (AS) meyakini pasukan Israel tidak akan menang melawan kelompok Hizbullah di Lebanon.

Menurut DIA, Israel akan kesusahan menghadapi perang di dua medan tempur, yakni Gaza dan Lebanon.

Adapun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai bertukar serangan dengan Hizbullah sejak perang Hamas-Israel meletus tanggal 7 Oktober 2023.

Dilansir dari Russian Today, pada hari Sabtu, (6/1/2024), Hizbullah juga melancarkan serangan terhadap pos intelijen Israel.

Serangan itu adalah balasan Hizbullah atas serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hamas bernama Saleh al-Arouri di Beirut beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sudah berjanji akan membuat “perubahan besar” dalam hal situasi keamanan di sepanjang perbatasan Lebanon.

Koran kenamaan AS, Washington Post, mengklaim para pejabat AS sudah memperingatka Netanyahu agar tidak membuka front perang kedua.

“Jika akan Israel melakukannya, perkiraan rahasia terbaru dari DIA menyebutkan Israel akan susah menang karena aset dan sumber daya militernya akan terlalu sedikit dikerahkan lantaran adanya konflik di Gaza,” demikian laporan Washington Post dengan mengutip dua pejabat anonim.

Israel sendiri hanya memiliki militer dalam jumlah kecil saat masa damai. Negara Yahudi itu mengandalkan tentara cadangan saat masa perang.

IDF sudah memanggil sekitar 360.000 tentara cadangan setelah perang Israel-Hamas meletus tahun lalu.

Pekan lalu seorang pejabat senior Israel berkata kepada Reuters bahwa ada sejumlah tentara cadangan yang akan segera dibebastugaskan.

Sementara itu, belakangan ini Hizbullah sedang sibuk melawan Israel di perbatasan.

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim pihaknya melawan sepertiga pasukan Israel di sepanjang perbatasan Israel-Lebnon demi mencegah mereka dikerahkan ke Gaza.

Nasrallah menyebut pertempuran kecil dengan IDF membuat para pemimpin militer dan politik Israel dilanda kekhawatiran dan kepanikan.

Kepada Washington Post, banyak pejabat AS yang mengaku khawartir Netanyahu akan menyerang Hizbullah demi menyelamatkan kariernya.

Sebelum perang, Netanyahu sudah menghadapi banyak protes dari warga Israel.

Dia juga dikritik pedas karena gagal mencegah serangan tiba-tiba Hamas tanggal 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.

“Konflik berskala besar antara Israel dan Lebanon akan melebihi pertumpahan darah saat perang Israel-Lebanon tahun 2006 karena Lebanon punya senjata jarak jauh dan senjata akurat yang jauh lebih besar,” demikian pernyataan Washington Post dengan mengutip ucapan pejabat AS.

Pejabat itu juga memperinagtkan bahwa kelompok militan asal Lebanon itu bisa melancarkan serangan rudal terhadap pabrik petrokimia dan reaktor nuklir milik Israel.

AS juga khawatir konflik itu bisa menyeret AS dan Iran yang mendukung Hizbullah.

Kekhawatiran ini juga diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tatkala berkunjung ke Yordania hari Minggu lalu.

Dia mengatakan AS kini berfokus mencegah konflik itu menyebar luas.

Israel dituding sembunyikan kekalahan

Nasrallah mengklaim Israel sengaja menyembunyikan "kekalahan telak" dalam pertempuran melawan Hizbullah.

Hal itu dikatakan Nasrallah tatkala menyampaikan pidatonya di televisi hari Jumat (5/12/2023).

Pidato di Kota Baalbek itu disampaikan dalam rangka peringatan wafatnya pejabat Hizbullah bernama Mohammad Yaghi.

Dalam pidatonya Nasrallah turut mengungkapkan dukacitanya atas kematian Saleh al-Arouri, Wakil Kepala Politburo Hamas, karena serangan Israel di Beirut selatan.

"Pembunuhan terhadap Sheikh Saleh al-Arouri pasti akan dibalas, keputusan ada dalam pertempuran dan itu pasti akan diterapkan," kata dia dikutip dari Pars Today.

Dia mengatakan apabila pembunuhan itu tetap didiamkan, hal itu malah lebih membahayakan Lebanon daripada risiko yang muncul di medan tempur.

Menurut Nasrallah, dalam konflik antara Hizbullah dan Israel di perbatasan, pihaknya sudah menjalankan ratusan operasi militer anti-Israel.

Operasi itu merupakan bentuk dukungan kepada perjuangan warga Palestina di Gaza.

"Sejak 8 Oktober, kita telah masuk ke dalam pertempuran melawan Israel di sepanjang lebih dari 100 km di front selatan," ujar pemimpin Hizbullah itu.

"Perjuangan Islam di Lebanon sudah menjalankan lebih dari 670 operasi dalam 3 bulan, dan 48 tempat di perbatasan telah ditargetkan lebih dari sekali."

Dia menyebut Hizbullah juga menargetkan peralatan teknis dan intelijen di utara wilayah yang diduduki. Kata dia, Hizbullah sudah menghancurkan semuanya.

Selain itu, dia menegaskan bahwa ada banyak kendaraan dan tank Israel yang dihancurkan di perbatasan.

Nasrallah kemudian mengutip laporan dari pejabat kesehatan Israel yang menyebutkan bahwa jumlah kematian di pihak Israel tiga kali lipat lebih besar daripada yang yang diungkapkan secara resmi.

Dilaporkan pula ada lebih dari 2.000 korban luka di pihak Israel.

"Apa yang terjadi di perbatasan selatan digambarkan oleh mantan Menteri perang Israel sebagai hal yang memalukan," katanya.

"Karena terdampak parah oleh kekalahan besar, musuh tidak membedakan yang meninggal dengan yang terluka, dan inilah bagian dari kebijakan tentang rahasia umum perihal kekalahannya."

Dia mengklaim operasi militer yang dijalankan Hizbullah membuat Israel kewalahan. Israel, kata dia, menyembunyikan kekalahan besarnya.

(Tribunnews/Febri)

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #takut #pesimistis #intelijen #yakin #sekali #israel #akan #menang #lawan #hizbullah

KOMENTAR