Rilis Laporan Setebal 300 Halaman, Amnesty International Simpulkan Israel Melakukan Genosida di Gaza
Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang berpusat di London itu mengatakan temuan mereka didasarkan pada pernyataan yang tidak manusiawi dan bersifat genosida oleh pemerintah Israel dan pejabat militer, citra satelit yang mendokumentasikan kehancuran, kerja lapangan, dan laporan langsung dari warga Gaza.
"Bulan demi bulan, Israel telah memperlakukan warga Palestina di Gaza sebagai kelompok submanusia yang tidak layak mendapatkan hak asasi manusia dan martabat, menunjukkan niatnya untuk menghancurkan mereka secara fisik," kata Kepala Amnesty International, Agnes Callamard, dalam sebuah pernyataan.
"Temuan kami yang memberatkan ini harus menjadi peringatan bagi masyarakat internasional: ini adalah genosida. Ini harus dihentikan sekarang," tambahnya.
"Tidak diragukan lagi bahwa Israel memiliki tujuan militer. Namun, keberadaan tujuan militer tidak meniadakan kemungkinan adanya niat genosida," kata Callamard kepada AFP dalam konferensi pers di Den Haag, Belanda.
Israel berulang kali membantah tuduhan genosida, dan justru menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Namun, laporan Amnesty menunjukkan adanya serangan langsung dan disengaja terhadap warga sipil serta infrastruktur sipil di mana tidak ada kehadiran Hamas atau sasaran militer lainnya.
Amnesty juga mencatat penggunaan senjata peledak berat dengan radius kerusakan yang luas di daerah pemukiman padat penduduk, pemblokiran pengiriman bantuan, serta pengungsian 90 persen dari 2,4 juta penduduk Gaza.
DEMO SETOP GENOSIDA DI GAZA- Ribuan orang turun ke jalan, berdemonstrasi di ibu kota Belgia, Brussels, pada hari Minggu (21/1/2024). Mereka menuntut Genosida Israel di Gaza segera dihentikan. Mereka meneriakkan yel-yel dan menyebut Israel sebagai teroris. (NICOLAS MAETERLINCK / BELGA / AFP)Investigasi Mendalam
Mengutip The Intercept, laporan Amnesty setebal 300 halaman ini mencakup 15 investigasi mendalam yang terpisah dan didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 200 orang, termasuk korban Palestina, pemerintah setempat di Gaza, dan petugas kesehatan.
Para peneliti Amnesty juga melakukan kerja lapangan di Gaza serta menganalisis berbagai bukti visual dan digital, termasuk citra satelit, dan pernyataan yang dibuat oleh pejabat senior Israel.
Nadia Daar, kepala strategi dan petugas dampak untuk Amnesty International AS, mengatakan bahwa kesimpulan genosida tidak diambil dengan mudah.
“Membuat laporan untuk menyelidiki kasus genosida itu rumit, tetapi bukan tidak mungkin,” katanya.
“Kami berharap orang-orang akan mengerti bahwa ini bukan sekadar kata atau istilah, tetapi berdasarkan bukti hukum."
Laporan tersebut mencatat bahwa Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti yang menghancurkan seluruh lingkungan dan infrastruktur penting, termasuk rumah sakit, menewaskan puluhan ribu warga Palestina, dan dalam banyak kasus memusnahkan seluruh keluarga multigenerasi.
Selain dampak dari agresi militer Israel, laporan tersebut juga menemukan bahwa Israel dengan sengaja menghalangi atau menolak pengiriman bantuan kemanusiaan serta pasokan penyelamat lainnya bagi penduduk yang mengungsi dan kelaparan.
Mohammed Salama, direktur Unit Perawatan Intensif Neonatal di rumah sakit Bulan Sabit Merah Uni Emirat Arab di Rafah, berbicara kepada para peneliti Amnesty tentang situasi perawatan kesehatan kritis di daerah kantong yang terkepung itu.
“Ketika rumah sakit lain di selatan berhenti beroperasi, kami menjadi satu-satunya rumah sakit yang dilengkapi dengan inkubator, dan sebagian besar penduduk Jalur Gaza mengungsi ke sini [di Rafah],” katanya.
“Kadang-kadang, kami harus menempatkan lima bayi baru lahir dan anak-anak kecil dalam satu inkubator dan setelah sepsis neonatal menyebar seperti api, kami harus meminta para ibu untuk menidurkan bayi mereka di lantai.”
Para peneliti Amnesty tidak hanya mengamati tindakan pejabat Israel, tetapi juga niat mereka.
Selain menganalisis pernyataan langsung dari pejabat Israel, kata Daar, Amnesty International juga berfokus pada pola perilaku militer Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
“Kami melihat pola berulang serangan membabi buta terhadap warga sipil. Kami melihat pola berulang pemindahan ke kondisi yang tidak aman. Kami melihat serangan berulang terhadap infrastruktur sipil dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, termasuk rumah sakit. Kami juga melihat penolakan dan pemblokiran bantuan ke Gaza yang berulang kali dilakukan oleh pejabat Israel,” kata Daar.
“Pola-pola tersebut sangat penting dalam penilaian ini.”
Kerusakan yang meluas di Gaza merupakan faktor lain yang membantu memperkuat dugaan niat genosida.
"Skala, tingkat, dan kecepatan kerusakan ini, belum pernah kami lihat dalam konflik lain di abad ke-21," tambahnya.
Hingga Kamis (5/12/2024), setidaknya 44.580 orang tewas dan 105.739 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, kata Kementerian Kesehatan di Gaza, mengutip Al Jazeera.
Dari jumlah tersebut, 48 warga Palestina tewas dan 201 orang terluka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir, tambah kementerian itu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Tag: #rilis #laporan #setebal #halaman #amnesty #international #simpulkan #israel #melakukan #genosida #gaza