Israel Mulai Bahas RUU Tentang Hukuman bagi Orang yang Sangkal Narasi Pembantaian Hamas 7 Oktober
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 24 Desember 2023. 
15:40
7 Pebruari 2024

Israel Mulai Bahas RUU Tentang Hukuman bagi Orang yang Sangkal Narasi Pembantaian Hamas 7 Oktober

Warga Israel kini mulai cemas setelah parlemen membahas RUU yang dapat memenjarakan siapa pun yang menyangkal narasi serangan Hamas pada 7 Oktober.

Undang-undang ini pertama kali diusulkan oleh anggota partai sayap kanan Yisrael Beytenu, MK Oded Forer.

Dalam usulannya, disebutkan siapa pun yang menyangkal narasi "pembantaian" Hamas pada 7 Oktober, dapat dipenjara selama lima tahun.

"Penolakan terhadap pembantaian tersebut merupakan upaya untuk menulis ulang sejarah yang sudah ada pada tahap ini, dalam upaya untuk menyembunyikan, meminimalkan, dan memfasilitasi kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang Yahudi dan Negara Israel," isi usulan RUU tersebut, dikutip dari The New Arab.

RUU lainnya mengusulkan deportasi keluarga yang berhubungan dengan Hamas, jika mereka sudah mengetahui sebelumnya mengenai serangan pada 7 Oktober.

Selain itu, orang-orang ini juga akan di deportasi bila menyatakan dukungannya atau mengeluarkan kata-kata pujian, simpati, atau dorongan untuk melakukan tindakan yang Israel anggap sebagai tindakan terorisme.

Sementara itu, petisi lintas partai di parlemen Israel telah diluncurkan yang menyerukan pemotongan permanen pendanaan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).

Donor utama – termasuk AS, Inggris, dan Jerman – telah membekukan dana untuk badan pengungsi Palestina PBB setelah Israel mengklaim bahwa beberapa pekerjanya terlibat dalam peristiwa 7 Oktober.

Anggota MK Israel ingin penangguhan pendanaan ini bersifat permanen, pada saat lembaga tersebut sedang berjuang untuk memberikan bantuan yang menyelamatkan nyawa jutaan pengungsi di Gaza.

Israel telah merevisi klaimnya bahwa 12 anggota UNRWA terlibat menjadi enam dan ada keraguan yang dilontarkan media atas tuduhan adanya hubungan UNRWA-Hamas.

Warga Israel Mulai Ragu

Ada pertanyaan mengenai jumlah orang yang terbunuh pada serangan 7 Oktober.

Pertanyaan-pertanyaan itu berupa berapa banyak korban yang bertugas sebagai tentara dan apakah pasukan Israel secara tidak sengaja membunuh warga sipil.

Israel dan AS awalnya menuduh 40 bayi dipenggal oleh pejuang Hamas di Kfar Aza.

Namun kemudian tuduhan itu dibatalkan ketika wartawan meminta bukti.

Narasi pemerintah lainnya tentang peristiwa hari itu telah dipertanyakan, begitu pula peran Zaka dalam mengambil jenazah.

Zaka merupakan layanan penyelamatan sukarelawan Heredi yang terperosok dalam kontroversi perang Israel-Hamas.

Media Israel, Haaretz, baru-baru ini menerbitkan sebuah investigasi yang menyoroti kerja amatir dan kelalaian relawan Zaka selama proses evakuasi tersebut.

Termasuk sedikit atau tidak ada dokumentasi tentang apa yang pada dasarnya adalah TKP dan tidak cukupnya informasi yang tertulis di kantong mayat.

Warga Israel mempertanyakan mengapa tim forensik kriminal profesional tidak dikerahkan untuk menangani jenazah di kibbutzim dan tempat lain serta "monopoli" Zaka atas aktivitas koroner di sana.

Anggota Partai Likud, MK Moshe Passal kini telah mengusulkan undang-undang untuk memberikan kompensasi kepada para relawan keagamaan atas pekerjaan mereka di Israel selatan.

"Tidak ada keraguan bahwa para relawan mengambil bagian penting dan melakukan kerja keras, baik secara fisik maupun mental," kata Passal, mengutip The Jerusalem Post.

"Mereka adalah bagian penting dari pekerjaan suci bagi rakyat Israel dan bekerja sama dengan IDF, sehingga mereka layak diberi penghargaan atas pekerjaan penting mereka," lanjutnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Editor: Nuryanti

Tag:  #israel #mulai #bahas #tentang #hukuman #bagi #orang #yang #sangkal #narasi #pembantaian #hamas #oktober

KOMENTAR