Ledakan Maut di Kafe Pantai Gaza: 20 Tewas, Aktivis dan Jurnalis Tak Luput jadi Korban
ILUSTRASI. Kendaraan militer bermanuver di Gaza, dilihat dari sisi perbatasan Israel, 10 Juni 2025. (Dok Reuters/Amir Cohen)
14:36
1 Juli 2025

Ledakan Maut di Kafe Pantai Gaza: 20 Tewas, Aktivis dan Jurnalis Tak Luput jadi Korban

- Serangan udara Israel kembali memicu gelombang kemarahan dan kepedihan di Gaza setelah sebuah kafe pantai yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya aktivis, jurnalis, dan warga sipil dilaporkan hancur rata oleh rudal. 

Sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan yang terjadi Senin malam di wilayah barat Gaza.
Ledakan itu menghantam Al-Baqa Cafeteria, sebuah tempat terbuka yang dibangun dari tenda-tenda sederhana di tepi pantai. 

Di sanalah para jurnalis dan pekerja daring sering memanfaatkan koneksi internet dan udara terbuka untuk bekerja, tempat yang kini berubah menjadi kuburan massal. "Saya sedang dalam perjalanan ke kafe itu, hanya beberapa meter lagi, ketika ledakan besar terjadi," kata Aziz Al-Afifi, seorang juru kamera dari perusahaan produksi lokal kepada BBC, dikutip Selasa 91/7).

"Saya lari ke tempat kejadian. Teman-teman saya ada di sana, orang-orang yang saya temui setiap hari. Pemandangannya mengerikan, tubuh-tubuh berserakan, darah, teriakan di mana-mana," ungkapnya.

Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan momen detik-detik rudal menghantam lokasi, diikuti kobaran api dan tubuh-tubuh tergeletak tanpa nyawa di atas pasir pantai. 

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza yang dikelola Hamas mengatakan kepada BBC bahwa petugas masih mencari korban lain dari kawah dalam yang ditinggalkan ledakan.

Hingga kini, tidak ada pernyataan resmi dari militer Israel mengenai serangan itu.

Serangan ini terjadi bersamaan dengan gelombang serangan udara Israel ke sejumlah titik padat penduduk di Gaza, yang memaksa ratusan keluarga mengungsi di tengah malam.

Lima jenazah ditemukan di Kamp Al Shati di sebelah barat Gaza City, dan puluhan warga sipil dievakuasi ke RS Al-Ahli.

Wilayah timur kota seperti Shujaiya, Tuffah, dan Zeitoun menjadi sasaran utama. Salah satu serangan bahkan menghantam sebuah sekolah di Zeitoun yang digunakan sebagai tempat pengungsian. 

Rekaman lainnya di media sosial menunjukkan langit malam Gaza yang diterangi cahaya ledakan dan asap tebal menjulang tinggi.

"Ledakannya tidak berhenti… rasanya seperti gempa bumi," kata Salah, 60 tahun, warga Gaza City kepada Reuters.
"Di berita kami dengar gencatan senjata sudah dekat, tapi di lapangan yang kami lihat hanya kematian dan ledakan."

Serangan ini terjadi di tengah tekanan internasional yang meningkat terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk segera menyepakati gencatan senjata dengan Hamas. 

Beberapa hari lalu, Presiden AS Donald Trump menyebut dalam unggahan media sosial bahwa Netanyahu sedang merundingkan kesepakatan dengan Hamas 'saat ini juga'.

Sebelumnya, upaya gencatan senjata selama dua bulan yang dimulai pada 19 Januari telah gagal total sejak Israel melancarkan kembali serangan di bulan Maret. 

Israel juga sempat memblokade penuh bantuan kemanusiaan ke Gaza, hingga akhirnya membuka sebagian akses setelah 11 pekan tekanan dari sekutu-sekutu Barat.

Namun, pembukaan bantuan itu menimbulkan kontroversi baru. Distribusi kini diambil alih oleh kelompok Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung AS dan Israel. Sejak saat itu, insiden penembakan dan korban jiwa di antara warga yang antre bantuan hampir terjadi setiap hari.

Israel berdalih hanya menembakkan tembakan peringatan terhadap kerumunan yang dianggap mengancam. Tapi bagi warga Gaza, klaim itu terdengar sinis di tengah realita kehancuran dan kematian yang terus berulang.

Dengan situasi yang terus memburuk dan wilayah Gaza yang semakin sempit untuk bernafas, satu pertanyaan besar bergema: kapan penderitaan ini akan berakhir?

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #ledakan #maut #kafe #pantai #gaza #tewas #aktivis #jurnalis #luput #jadi #korban

KOMENTAR