Yakin Hubungan Arab Saudi-Israel Masih Bisa Mesra, AS Ubah Permainan, Jadikan Iran Musuh Bersama?
Arab Saudi menyerukan gencatan senjata permanen dan akses seluas-luasnya agar bantuan kemanusiaan bisa disalurkan untuk warga Gaza.
Di sisi lain, Israel ngotot membombardir Gaza tanpa henti dengan tujuan menghabisi Hamas hingga ke akar.
Arab Saudi lantas mempertimbangkan kembali prioritas kebijakan luar negerinya setelah serangan gencar Israel terhadap Gaza.
Sebagai imbas, rencana yang didukung AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel terhenti.
Namun, juru bicara Gedung Putih John Kirby, mengatakan bahwa masih ada kemungkinan untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.
Peluang normalisasi dua negara tersebut dinilai masih terbuka lebar meski perang Gaza masih berkecamuk serta meningkatnya penolakan terhadap hubungan diplomatik antara Tel Aviv dan Riyadh.
John Kirby, juru bicara dan koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengklaim pada hari Selasa, Amerika Serikat masih berharap untuk mencapai kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi.
Dia mengisyaratkan fokus pemerintahan Biden dalam memperluas apa yang disebut sebagai Perjanjian Abraham yang ditandatangani di bawah pemerintahan sebelumnya di bawah Donald Trump.
“Kami masih berpikir masih ada peluang,” kata Kirby kepada seperti dikutip IRNA, kantor berita resmi Iran.
Peluang itu, menurut dia, masih terbuka seiring kemungkinan digelarnya negosiasi untuk mencapai kesepakatan antara Hamas dan Israel mengakhiri pertempuran dan membebaskan tahanan.
Pembicaraan yang dijadwalkan berlangsung di Kairo, akan melibatkan pejabat Hamas, Amerika, Qatar dan Mesir.
Upaya AS normalisasi Arab Saudi-Israel
Upaya baru Washington untuk mendekatkan Arab Saudi dengan Israel terjadi pada saat Presiden AS Joe Biden sedang berusaha untuk dipilih kembali sebagai presiden dalam Pemilu AS yang digelar 5 November tahun ini.
Tak hanya itu, Kerajaan Arab Saudi juga makin dekat dengan Iran dan Suriah berkat camput tangan Tiongkok.
Situasi tersebut tentu saja menjadi tantangan dalam upaya menormalisasi Arab Saudi-Israel.
Lantas apa yang harus dilakukan?
AS akan memanfaatkan pertemuan pejabat Hamas-Israel di Kairo yang difasilitasi oleh Mesir. Sementara AS dan Qatar hadir sebagai mediator.
Pertemuan itu diharapkan untuk mengakhiri pertempuran dan membebaskan tahanan.
“Dengan mengakhiri perang secepatnya, kesepakatan seperti itu akan membuka jalan bagi kebangkitan jangka pendek dari kesepakatan normalisasi Israel-Saudi," ucap John Hannah, seorang pejabat senior Gedung Putih di era pemerintahan George W. Bush seperti dikutip Semafor.
Dengan mengakhiri perang di Gaza, menurut peneliti Jewish Institute for National Security of America tersebut, akan mengubah permainan untuk melawan tantangan Iran yang lebih strategis dan signifikan di kawasan Timur Tengah.
"Ini merupakan tujuan utama AS," sambung John.
Diketahui, Amerika Serikat murka setelah tiga tentaranya tewas di Yordania, dekat perbatasan Suriah, dalam serangan diduga dilakukan kelompok militan yang didukung Iran.
Presiden AS Joe Biden meminta pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam serangan tersebut.
Bahkan senator dari Partai Republik mendesak Biden untuk memerintahkan tentara AS melancarkan serangan dengan target langsung ke Iran.
Untuk memuluskan rencana mengakhiri perang, ada desas-desus untuk mengasingkan para pemimpin Hamas, terutama mereka yang dianggap sebagai inisiator atau penggagas serangan 7 Oktober 2023.
Pemerintah Israel telah membahas secara internal rencana untuk mengizinkan beberapa pemimpin militer senior Hamas untuk berlindung di negara ketiga di Timur Tengah, mungkin Aljazair, Qatar atau Arab Saudi.
Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk mempercepat berakhirnya perang di Jalur Gaza dan membentuk kepemimpinan politik baru di wilayah Palestina.
Inisiatif jangka panjang ini, dijelaskan kepada Semafor oleh orang-orang yang mengetahuinya dari pejabat senior Israel dan Amerika.
Informasi itu mencakup pengasingan pejabat tinggi Hamas yang diyakini mendalangi dan melaksanakan serangan teroris pada 7 Oktober di Israel selatan.
Mereka termasuk pemimpin politik organisasi tersebut di Gaza, yakni Yahya Sinwar, dan Mohammed Deif, komandan unit militer elit Hamas, Brigade Al Qassam.
Kenapa Arab Saudi harus menormalisasi hubungannya dengan Israel?
Arab Saudi telah menyaksikan perang antara Israel dan Hamas dan merasa prihatin.
Menurut laporan Globes, Arab Saudi mendorong gencatan senjata, namun bukan karena menaruh simpati terhadap Hamas.
Saudi khawatir mengenai perkembangan perang regional yang akan menyedot mereka, khususnya perang saudara di Yaman, di mana gencatan senjata telah berlangsung selama sembilan bulan terakhir.
Karena kekhawatiran terhadap pemberontak Houthi dan pendukungnya, yakni Iran, Saudi tertarik untuk memperkuat militer mereka secara signifikan.
Untuk normalisasi dengan Israel, mereka menuntut pesawat tempur siluman F-35, perjanjian pertahanan dengan AS, dan program nuklir sipil.
Israel dapat menangani pakta pertahanan Saudi-Amerika, yang bahkan dapat memenuhi kepentingannya dalam menghadapi Iran.
Namun pesawat F-35 dan program nuklir sipil merupakan isu sensitif.
Menyediakan jet tempur canggih ke Riyadh akan merugikan superioritas udara Israel di wilayah tersebut.
Tag: #yakin #hubungan #arab #saudi #israel #masih #bisa #mesra #ubah #permainan #jadikan #iran #musuh #bersama