Pemerintahan AS Ditangguhkan, Diduga Terlibat Genosida di Palestina Menurut Laporan Organisasi HAM
Demonstrasi pro-Palestina di AS. (MEMO)
09:21
30 Januari 2024

Pemerintahan AS Ditangguhkan, Diduga Terlibat Genosida di Palestina Menurut Laporan Organisasi HAM

 Sebuah organisasi aktivis Hak Asasi Manusi (HAM) di Amerika laporkan dugaan keterlibatan beberapa pejabat pemerintahan AS terhadap aksi Genosida Israel di Palestina.

Akibatnya, Pemerintahan Amerika Serikat ditangguhkan pada hari Jumat (26/1/23) karena laporan tersebut, MEMO melaporkan (29/1).

Organisasi Defense for Children International Palestine (DCIP) mengklaim Presiden AS Joe Biden, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mendukung kampanye pemboman Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang menewaskan lebih dari 27.000 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.

Organisasi HAM tersebut menuntut pengadilan federal Amerika menyatakan bahwa Pemerintah AS telah gagal mencegah genosida serta bersekongkol dalam genosida dan menuntut AS mengakhiri dukungan militer dan diplomatik Amerika terhadap kampanye genosida Israel di Gaza.

Sidang tersebut, yang berlangsung lebih dari empat jam dan diadakan di Pengadilan Oakland, Kalifornia. Persidangan mencakup kesaksian dari seorang dokter yang bekerja di Gaza, empat warga Palestina-Amerika yang kehilangan anggota keluarga dalam kampanye pemboman yang tiada henti, serta seorang pejabat DCIP dan seorang ahli Holocaust.

Warga Palestina menguraikan bagaimana kehidupan mereka telah berubah sejak perang genosida Israel di Palestina pecah dan Israel mulai membom Gaza.

“Kami mengalami banyak pengungsian, Ini adalah pengungsian keempat bagi saya dan keluarga saya,” kata Dr Omar Al Najjar di pengadilan dari Gaza.

Dr. Omar menjelaskan bagaimana dia tidak memiliki kontak langsung dengan keluarganya dan dia bekerja 24 jam sehari di rumah sakit. “Saya tidak punya apa-apa lagi selain kesedihan saya, tubuh tak bernyawa yang berjalan. Inilah yang telah dilakukan Israel, terhadap para pendukungnya,” ujarnya dalam persidangan.

Mantan warga Gaza, Ahmed Abofoul, yang selamat dari tiga perang dan memutuskan untuk belajar hukum sebagai hasilnya mengatakan, “Gaza yang kita kenal, sudah tidak ada lagi. Segala sesuatu yang kita tahu sudah tidak ada lagi.”

Aboufoul mengatakan keluarganya telah kehilangan lebih dari 60 anggota dalam pemboman tersebut, 50 dalam satu serangan.

“Dengan setiap panggilan telepon, (keluarga saya) tidak sama, kami kehilangan lebih banyak lagi,” kata Abofoul di pengadilan.

Ketika ditanya bagaimana kejadian di Gaza mempengaruhi kehidupannya sehari-hari di AS, penggugat Laila El-Haddad mengatakan, “Hal ini menghabiskan setiap aspek kehidupan saya. Ini adalah mimpi buruk yang hidup, secara kiasan dan harfiah.”

“Uang saya terlibat” dalam apa yang terjadi, jelas El-Haddad, mengacu pada uang pajak AS yang digunakan untuk mendukung Israel.

El Haddad menambahkan, “hal ini juga membuat saya merasa sebagai seorang Muslim Palestina, tidak nampak, tidak terdengar, didiskriminasi, tidak manusiawi, dan sama sekali tidak terlihat.”

“Kita sedang menyaksikan genosida yang sedang berlangsung, tidak ada keraguan dalam pikiran saya,” rekan penggugatnya, Wael Elbahassi, menambahkan.

Elbahassi menjelaskan bahwa, masyarakat telah mengambil tindakan dengan melakukan protes, mengajukan petisi, berbicara dengan dewan lokal, namun tidak ada yang berubah.

“Kami di sini untuk memohon kepada Anda, memohon agar Anda memerintahkan pemerintah untuk mematuhi hukum untuk menghentikan hal ini,” ujar Elbahassi.

“Niat Israel sudah jelas sejak awal, untuk melakukan genosida. Sejak hari pertama, menteri pertahanan Israel sudah menegaskan, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada bahan bakar untuk melancarkan perang melawan orang-orang di Gaza, mereka adalah ‘manusia binatang’. Hasilnya adalah jumlah pembunuhan. Saya tidak pernah menyaksikan dalam setiap 5 menit seorang anak meninggal di mana pun di dunia, namun di Gaza itulah yang terjadi,” Direktur Jenderal Defense for Children International Palestine (DCIP), Khaled Quzmar, mengatakan kepada pengadilan dari kantornya di kota West Bank yang dikuasai Israel di Ramallah (Palestina).

Ditjen DCIP itu menambahkan bahwa di Gaza, “semua orang memperkirakan akan dibunuh kapan saja.”

Tim pembela berpendapat bahwa pengadilan tidak memiliki yurisdiksi dalam kasus yang mengacu pada kebijakan luar negeri AS dan oleh karena itu tidak ada alasan untuk melakukan persidangan.

Namun, Hakim Jeffrey White menggarisbawahi bahwa, Mahkamah Agunglah yang membatalkan larangan perjalanan Muslim yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump, oleh karena itu pengadilan dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah sambil mempertahankan pemisahan antara lembaga peradilan dan legislatif.

Pembela juga keberatan dengan kesaksian pakar Holocaust Dr Barry Trachtenberg yang menyatakan bahwa pengetahuannya tidak ada relevansinya dengan kasus tersebut.

Sebelumnya, Trachtenberg telah menerbitkan sebuah opini pada bulan November yang memperingatkan bahwa peristiwa yang terjadi di Gaza dapat menyebabkan genosida, dia mengatakan bahwa apa yang dipertanyakan sebelumnya dia yakini sekarang.

Sebagai penutup, berbicara mewakili penggugat, Staf Senior pengacara Pam Spees, menyatakan, “penggugat hanya perlu menunjukkan bahwa ada pertanyaan serius yang masuk akal, manfaatnya adalah bahwa genosida sedang terjadi dan ada kewajiban untuk mencegahnya dan Amerika gagal dalam hal tersebut dan faktanya memungkinkan hal tersebut. Kami ingin menyampaikan bahwa kami telah menunjukkan bahwa ada lebih dari sekadar pertanyaan serius.”

“Satu-satunya tanggapan pemerintah adalah dengan mengatakan kepada pengadilan ini bahwa mereka bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.. karena menyangkut kebijakan luar negeri,” ujar Staf Senior Pengacara Pam Spees tersebut.

Menutup sidang, Hakim White mengatakan bahwa kasus ini “merupakan salah satu kasus yang paling sulit secara hukum. Kesaksian yang kami dengar sangat memilukan, mengerikan. Pemerintah perlu meninjau kembali apa yang terjadi pada masyarakat Gaza dan Palestina.”

Hakim White menambahkan bahwa, dia ingin memberitahu semua orang yang telah bersaksi bahwa, “Anda telah dilihat, Anda telah didengar. Saya akan mempertimbangkan kesaksian Anda dan mempertimbangkan hukumnya.”

Tidak ada rincian yang diberikan mengenai kapan putusan akan dikeluarkan dalam kasus ini. Situasi di luar pengadilan, aktivis perdamaian melakukan protes dan turun ke jalan menyerukan gencatan senjata.

Editor: Nicolaus Ade

Tag:  #pemerintahan #ditangguhkan #diduga #terlibat #genosida #palestina #menurut #laporan #organisasi

KOMENTAR