Dililit Masalah Negara, China Tak Bertaji di Piala Asia
- Menjelang Piala Asia 2023 di Qatar, China digemparkan dengan pengakuan mantan pelatih tim nasional, Li Tie, yang membayar suap untuk mendapatkan pekerjaan di posisi itu. Dia juga mengaku terlibat pengaturan skor domestik.
Mantan bosnya yaitu Chen Xuyuan, yang pernah menjadi Presiden Federasi Sepak Bola China, juga ditampilkan dalam program televisi itu dengan wajah muram.
Chen ditahan dan sedang diselidiki karena kasus korupsi.
Presiden China Xi Jinping pernah berkata ingin negaranya menjuarai Piala Dunia, tidak hanya sekadar menjadi tuan rumah.
Namun, melihat performa tim asuhan Aleksandar Jankovic yang tak bertaji di Piala Asia 2023, keinginan Xi Jinping tampaknya jauh panggang dari api.
China gagal mencetak satu gol pun di penyisihan Grup A yang dihuni Tajikistan, Lebanon, dan tuan rumah Qatar.
Dengan hasil dua kali imbang dan sekali kalah, Wu Lei dkk pun harus mengepak koper lebih dini bahkan mencatatkan Piala Asia terburuk mereka sepanjang sejarah.
Meski menempati peringkat ketiga di klasemen grup, peluang China untuk lolos ke babak 16 besar melalui jalur peringkat tiga terbaik dipastikan kandas setelah Suriah menang lawan India.
Taring Tim Naga sudah terlihat tumpul sejak hasil imbang tanpa gol melawan debutan Tajikistan di laga pertama.
Di pertandingan kedua, skor kacamata kembali terulang ketika meladeni Lebanon, lalu kalah 0-1 dari Qatar yang sudah dipastikan lolos bahkan melakukan banyak rotasi pemain.
Jankovic menyesali beberapa peluang yang terbuang di babak pertama, dan pelatih asal Serbia yang baru menjabat permanen selama 11 bulan itu pun tampak pasrah jika akhirnya dipecat.
"Ada dua tipe pelatih secara umum—mereka yang dipecat dan mereka yang akan dipecat," kata pria berusia 51 tahun tersebut, dikutip dari kantor berita AFP.
Media-media di "Negeri Panda" pada Rabu (24/1/2024) melaporkan, Jankovic akan dipecat karena membuat China tersingkir di fase grup untuk kali keempat.
Namun, kali terakhir sebelum di Qatar mereka tidak lolos setidaknya bisa memenangi satu pertandingan dan mencetak gol.
"Sepak bola China masuk ke jurang yang dalam," tulis judul berita utama di Oriental Sports Daily.
Masalah negara merembet ke sepak bola
Bek China bernomor punggung 2, Jiang Guangtai atau Tyias Browning, dan gelandang nomor 8 Xu Xin setelah kalah dari pertandingan melawan Qatar di Khalifa International Stadium, Doha, Senin (22/1/2024).Media yang dikelola pemerintah, Global Times, menyebut bahwa titik terendah dalam sejarah timnas China ini terjadi pada minggu yang sama ketika klub Liga Super China (CSL) Shenzhen FC dibubarkan karena masalah keuangan.
Beberapa hari sebelumnya, klub Dalian Pro—pernah dilatih Rafael Benitez pada 2019-2021 dan dibintangi Marek Hamsik saat CSL masih bergelimang uang—juga bubar karena utang yang menggunung.
"Pembubaran klub dan penampilan memalukan tim nasional memberi kita gambaran mencolok tentang sepak bola China sekarang," tulis Global Times.
Media tersebut menuding klub-klub menghambur-hamburkan uang untuk membeli pemain bintang dan merekrut pelatih terkenal demi mengejar kemenangan jangka pendek, padahal seharusnya berinvestasi ke pemain muda.
Para suporter pun sepakat bahwa kurangnya talenta muda adalah salah satu hal yang menghambat kemajuan sepak bola China.
Namun, Global Times memaparkan bahwa masalahnya tak hanya sebatas itu.
Sebanyak 39 tim profesional di Liga China bangkrut sejak 2020, termasuk Jiangsu FC yang kolaps usai menjuarai CSL.
Kebanyakan dari klub-klub itu bergantung pada investor tunggal, biasanya perusahaan real estat, dan ketika krisis properti China terjadi kucuran dana pun terhenti.
Gedung Evergrande Center di Shanghai pada 22 September 2021. Krisis properti di China turut memengaruhi Evergrande sebagai salah satu pengembang terbesar di Negeri Panda.Krisis properti di China muncul ketika para pembeli rumah yang frustrasi berhenti melakukan pembayaran hipotek pada unit hunian yang belum selesai dibangun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hipotek adalah kredit yang diberikan atas dasar jaminan berupa benda tidak bergerak.
Setelah boikot hipotek terjadi, para pengembang kewalahan mengelola utang yang menumpuk.
China kemudian menerapkan tindakan keras pada 2021. Bank sentral membatasi jumlah pinjaman untuk properti, tetapi akibatnya pengembang semakin kesulitan membayar utang.
Gelombang default atau wanprestasi pun terjadi di kalangan pengembang terbesar China. Salah satunya adalah Evergrande yang dililit utang 300 miliar dollar AS (Rp 4,5 kuadriliun).
Meski Piala Asia 2023 di Qatar berujung bencana bagi China, AFP menyebut setidaknya ada satu titik terang yaitu apiknya penampilan Tyias Browning (kini bernama Jiang Guangtai), eks bek Everton kelahiran Inggris yang dinaturalisasi.