



Politikus AS Akui Rusia Sudah Menangkan Ronde Pertama Melawan Trump
Jake Auchinos, nama politikus tersebut, mengatakan hal itu setelah Trump dalam beberapa hari belakangan berupaya mengakhiri perang Ukraina-Rusia.
"Rusia telah memenangkan ronde pertama melawan Trump. Kremlin telah dinormalisasi dalam diplomasi bilateral tanpa menyertakan Ukraina dan NATO, dan Rusia tidak menyerahkan apa pun sebagai imbalannya," kata Auchinos dalam tulisannya di media sosial X hari Kamis, (20/2/2025).
Trump dan pemerintahannya menimbulkan kegemparan di Barat lantaran membahas upaya mengakhiri perang tanpa mengundang Ukraina dan NATO untuk ikut berbicara.
Emma Ashford, seorang peneliti di lembaga kajian bernama Stimson Center di Washington, mengatakan tindakan pemerintahan Trump yang melakukan pembicaraan secara terbatas mungkin saat ini bisa dibenarkan.
"Bahwa Ukraina tidak berada di dalam ruangan [pembicaraan] tentunya bukan hal yang ideal. Meski demikian, saya meyakini kelak Ukraina akan ikut dalam pembicaraan itu," kata Ashford dikutip dari Reuters.
"Namun, pemerintahan Trump barangkali benar karena menyertakan berbagai rekan Eropa di ruang pembicaraan mungkin bisa memunculkan terlalu banyak suara dan susah mencapai kemajuan apa pun."
Beberapa waktu lalu Trump menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Lalu, awal pekan ini para pejabat senior Rusia dan AS bertemu di Arab Saudi guna berembuk tentang upaya memperbaiki hubungan Rusia-AS yang memburuk saat Biden berkuasa.
Trump memuji peran Arab Saudi dalam memfasilitasi pertemuan itu dan menyebutnya sangat sukses. Lalu, dia menekankan kembali upaya pemerintahannya untuk mengakhiri krisis Ukraina.
Di sisi lain, pertemuan itu memicu ketegangan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Zelensky berkata perundingan itu seharusnya tidak dilakukan tanpa keterlibatan Ukraina.
Pernyataan Zelensky kemudian dikritik oleh Trump. Tak hanya itu, Trump menyebut Zelensky sebagai "diktator tanpa pemilu" yang menguras sumber daya AS dan tidak berusaha mencari solusi diplomatik dengan Rusia.
Trump mengklaim Zelensky ingin "terus mendapat uang banyak dengan usaha kecil".
Zelensky tak bungkam saja atas kritik Trump. Sebelumnya, dia pernah menuding Trump menyebarkan "disinformasi dari Rusia" perihal angka kepuasan terhadap Zelensky yang kecil di Ukraina.
Sementara itu, tiga pejabat intelijen Barat menyebut tidak ada bukti yang menunjukkan tujuan Putin telah berubah.
Ketiganya mengatakan Putin tetap ingin mempertahankan wilayah Ukraina yang sudah dicaplok Rusia. Lalu, Putin juga masih punya tujuan jangka panjangnya, yakni memperpanjang cengkeramannya di Eropa.
"Putin tidak akan berhenti di Ukraina," kata Darius Jauniskis, Direktur Departemen Keamanan Negara.
Pakar: Rusia sudah menang lawan Barat
Seorang sejarawan dan pakar politik internasional asal Jerman bernama Tarik Cyril Amar mengklaim Rusia telah menang melawan Barat setelah Trump menelepon Putin.
“Itu jelas kabar baik bagi dunia karena AS akhirnya mengakhiri kebijakan buruk antidiplomasi terhadap Rusia, negara besar lainnya dengan banyak senjata nuklir,” kata Amar dikutip dari Russia Today.
“Poin terpenting dari perbincangan telepon kemarin adalah bahwa Rusia sudah menang dalam perang melawan Barat.”
Amar mengatakan perang di Ukraina adalah perang setengah proksi. Barat melawan Rusia secara tidak langsung, dan sering dengan setengah hati.
Menurut dia, kekalahan Barat ini sebenarnya bisa dengan mudah dihindari jika Barat bersedia berkompromi dengan Rusia atau tetap menjauh dari perang antara Rusia dan Ukraina.
“Sekaranga realitas terbarunya adalah bahwa Barat bisa dihentikan dan dipaksa untuk berunding dengan syarat-syarat dari musuhnya (Rusia), dan seluruh dunia mengetahui ini sebagai fakta yang telah teruji, empiris.”
“Ini titik balik yang bersejarah dan kabar baik bagi kemanusiaan. Gaungnya akan terdengar selama puluhan tahun.”
Amar berkata perang di Ukraina adalah tragedi yang begitu besar dan sebenarnya tidak diperlukan.
Lalu, dia mengatakan apa yang bakal terjadi antara AS dan Rusia belum bisa diprediksi. Meski demikian, dia menyebut hubungan buruk antara AS dan Rusia bisa jadi akan mereda.
Trump: Mengatasi konflik di Timteng dan Ukraina jadi tujuan utama
Trump mengatakan mengatasi konflik di Timur Tengah dan Ukraina adalah tujuan utama kebijakan luar negeri AS saat ini.
Politikus Partai Republik itu menegaskan kembali keinginannya untuk dikenang sebagai seorang "pencipta perdamaian" dan sosok pemersatu.
Lalu dia, Trump mengklaim kemenangannya dalam Pilpres AS 2024 sangatlah penting demi mencegah pecahnya Perang Dunia Ketiga.
Trump berujar jika lawannya saat itu, Kamala Harris, menang pilpres, perang berskala dunia bisa muncul hanya dalam waktu setahun.
"Tak ada keuntungan apa pun bagi seseorang yang terlibat dalam Perang Dunia Ketiga, dan kalian tidak jauh-jauh amat dari perang itu," ucap Trump dalam acara di Miami Beach hari Rabu, (20/2/2025), dikutip dari Sputnik.
"Jika pemerintahan ini (Joe Biden) berlanjut hingga tahun berikutnya, kalian akan masuk ke dalam Perang Dunia Ketiga, dan sekarang perang ini tak akan terjadi."
Adapun dalam pidato perpisahan di Kementerian Luar Negeri bulan lalu, Joe Biden yang saat itu masih menjadi presiden berkata bahwa tujuan terbesarnya ialah "menyatukan dunia dan membela Ukraina" dan "mencegah perang di antara dua negara nuklir."
Trump mengkritik Biden dan para anak buahnya yang menurut Trump tak becus sekali. Dia kerap berujar bahwa berkat kepemimpinannya, ketegangan akibat Ukraina tidak akan memburuk menjadi konflik bersenjata.
(*)
Tag: #politikus #akui #rusia #sudah #menangkan #ronde #pertama #melawan #trump