Hamas Janji Akan Gagalkan Rencana Donald Trump Gusur Warga Gaza: Ini Pembersihan Etnis
ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil pada Rabu (12/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berdiri sebelum menyerahkan berkas kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. 
07:50
12 Februari 2025

Hamas Janji Akan Gagalkan Rencana Donald Trump Gusur Warga Gaza: Ini Pembersihan Etnis

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) berjanji untuk menggagalkan rencana sekutu Israel, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk menggusur penduduk Jalur Gaza ke negara-negara tetangga.

Hamas juga meremehkan ancaman Donald Trump untuk membuka "gerbang neraka" di Jalur Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel pada Sabtu (15/2/2025).

Sebelumnya, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan akan menunda pembebasan sandera pada hari Sabtu sampai Israel berhenti melanggar perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.

"Apa yang gagal dicapai oleh pendudukan Israel melalui agresi dan pembantaian, tidak akan berhasil dicapai melalui rencana likuidasi dan pemindahan," kata Hamas dalam pernyataannya.

"Orang-orang hebat kami di Gaza telah berdiri teguh dalam menghadapi pemboman dan agresi dan akan tetap teguh di tanah mereka dan menggagalkan semua rencana pemindahan paksa dan deportasi," lanjutnya.

Hamas menekankan rencana untuk mendeportasi warga Palestina dari Jalur Gaza tidak akan berhasil dan akan berhadapan dengan posisi Palestina, Arab, dan Islam yang bersatu yang menolak semua rencana pemindahan.

"Pernyataan Donald Trump bersifat rasis dan merupakan seruan untuk pembersihan etnis, likuidasi masalah Palestina, dan penyangkalan terhadap hak-hak nasional yang telah ditetapkan rakyat kami," kata Hamas.

Dalam pernyataan itu, Hamas juga memperbarui komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata jika Israel juga mematuhinya.

"Kami mengonfirmasi bahwa pendudukan adalah pihak yang tidak mematuhi komitmennya, dan bertanggung jawab atas segala komplikasi atau penundaan," kata Hamas dalam pernyataannya.

Sementara itu, pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menekankan, menghormati perjanjian gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk memulangkan tahanan Israel.

"Bahasa ancaman tidak memiliki nilai dan meningkatkan kompleksitas masalah," kata Abu Zuhri kepada Reuters.

"Trump harus ingat bahwa ada kesepakatan, dan kesepakatan itu harus dihormati oleh kedua belah pihak, dan ini adalah satu-satunya cara bagi para tahanan untuk kembali," lanjutnya.

Sejak 25 Januari 2025, Donald Trump telah mempromosikan rencana untuk menggusur warga Palestina dari Jalur Gaza ke negara-negara tetangga seperti Yordania dan Mesir, yang ditolak oleh kedua negara, dan diikuti oleh negara-negara Arab lainnya serta organisasi regional dan internasional.

Donald Trump mengungkapkan rencana tersebut beberapa hari setelah Israel dan Hamas mulai mengimplementasi perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari 2025 di Jalur Gaza.

Usulan Donald Trump agar AS menggusur warga Palestina dan menduduki Jalur Gaza didukung oleh sekutunya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyebut Donald Trump sebagai teman terbaik Israel di Gedung Putih.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Editor: Pravitri Retno W

Tag:  #hamas #janji #akan #gagalkan #rencana #donald #trump #gusur #warga #gaza #pembersihan #etnis

KOMENTAR