Ada Sistem Laser Canggih, AS Gelontor Rp 131 T Bantuan Militer ke Israel Jelang Invasi Lebanon
Amerika Serikat (AS) terus mengirimkan bantuan militer ke Israel. Jelang invasi darat Israel ke Lebanon, AS menggelontorkan bantuan senilai Rp 131 triliun, termasuk sistem pertahanan udara Iron Dome, David Sling, dan sistem laser ke Israel. 
10:50
27 September 2024

Ada Sistem Laser Canggih, AS Gelontor Rp 131 T Bantuan Militer ke Israel Jelang Invasi Lebanon

Israel pada Kamis (26/9/2024) menyatakan akan menerima paket bantuan militer dari Amerika Serikat (AS) senilai total 8,7 miliar dolar AS atau setara Rp 131,7 trilun.

Paket tersebut bertepatan dengan hari keempat berturut-turut serangan besar-besaran Israel terhadap Lebanon, yang digambarkan sebagai yang terbesar sejak perang 2006 di Lebanon.

Kabar gelontoran bantuan AS ke Israel ini juga muncul setelah Israel mengindikasikan segera melakukan invasi darat ke Lebanon guna memerangi gerakan Hizbullah.

"Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel, Mayor Jenderal Eyal Zamir, telah menyelesaikan negosiasi di Washington untuk paket bantuan AS senilai $8,7 miliar guna mendukung upaya militer Israel yang sedang berlangsung," kata Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan dikutip dari Anews, Jumat (27/9/2024). 

"Paket tersebut terdiri dari 3,5 miliar dolar AS untuk pengadaan penting di masa perang, yang telah ditransfer ke IMoD (Kementerian Pertahanan Israel), dan 5,2 miliar dolar AS yang ditujukan untuk sistem pertahanan udara," kata pernyataan itu.

Sistem pertahanan udara yang dimaksud termasuk Iron Dome, David's Sling, dan sistem laser canggih.

Israel memang memiliki beberapa sistem intersepsi rudal, termasuk David's Sling, Arrow, dan Iron Dome.

Pernyataan tersebut mencatat bahwa berdasarkan perjanjian tersebut, dana dan peralatan yang disebutkan diharapkan segera dikirimkan.

Sistem pertahanan Iron Dome Israel mengintersep roket kelompok Hizbullah Lebanon yang menyasar wilayah pendudukan mereka di perbatasan Utara. Sistem pertahanan Iron Dome Israel mengintersep roket kelompok Hizbullah Lebanon yang menyasar wilayah pendudukan mereka di perbatasan Utara. (khaberni/HO)

Meskipun jajak pendapat menunjukkan lebih dari separuh warga Amerika percaya bantuan militer ke Israel harus dibatasi, Washington terus memberikan bantuan militer yang signifikan ke Tel Aviv.

Israel telah menggempur Lebanon sejak Senin dini hari dalam serangan yang telah menewaskan sedikitnya 677 korban dan melukai lebih dari 2.500 lainnya, menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan.

Kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya serangan Israel terhadap Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 orang korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan terhadap serangan terhadap Lebanon, karena hal itu meningkatkan kekhawatiran akan meluasnya konflik Gaza secara regional. 

Asap mengepul dari sebuah kota di Lebanon selatan setelah beberapa serangan udara Israel pada hari Senin, 23 September 2024. Asap mengepul dari sebuah kota di Lebanon selatan setelah beberapa serangan udara Israel pada hari Senin, 23 September 2024. (via Al Mayadeen)

Netanyahu: Serangan Skala Penuh

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel tidak akan berhenti menyerang Hizbullah Lebanon dengan kekuatan penuh.

Para pemimpin Israel mengatakan serangan itu untuk menghentikan serangan Hizbullah terhadap perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

"Kebijakan Israel jelas. Kami terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh. Dan kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai semua tujuan kami, yang terutama adalah mengembalikan penduduk (Israel) utara dengan aman ke rumah mereka," kata Netanyahu saat ia mendarat di New York, Amerika Serikat (AS), untuk menghadiri pertemuan tahunan Majelis Umum PBB, Kamis (26/9/2024).

Netanyahu juga mengatakan ia menyetujui operasi pembunuhan tertarget terhadap para pemimpin Hizbullah, seperti diberitakan Los Angeles Times.

Tepat sebelum Netanyahu memberikan komentarnya, militer Israel mengatakan telah membunuh seorang komandan pesawat nirawak Hizbullah, Muhammad Hussein Sorour, dalam sebuah serangan udara di pinggiran kota Beirut kemarin.

Kematian Muhammad Hussein Sorour dikonfirmasi oleh media Hizbullah yang mengumumkannya pada Kamis malam.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS), Eropa dan beberapa pejabat Arab mendesak Israel dan Hizbullah melakukan gencatan senjata sementara selama 21 hari untuk negosiasi yang mengarah pada gencatan senjata permanen demi mencegah meluasnya perang.

Israel telah meningkatkan serangan secara drastis di Lebanon yang dimulai pada Senin (23/9/2024), dengan mengatakan serangan itu menargetkan Hizbullah.

Serangan skala besar tersebut membunuh lebih dari 600 orang, melukai lebih dari 2.000 orang, dan memaksa 90.000 orang mengungsi, dikutip dari Al Arabiya.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.534 jiwa dan 96.092 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (26/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

 

 

Tag:  #sistem #laser #canggih #gelontor #bantuan #militer #israel #jelang #invasi #lebanon

KOMENTAR