Gubernur NTB Dorong Evakuasi Turis Brasil Jatuh di Rinjani Pakai Helikopter
Proses evakuasi pendaki wanita asal Brasil yang jatuh saat mendaki gunung Rinjani, Senin (23/6/2025).(Dok. Humas Kantor SAR Mataram)
15:35
24 Juni 2025

Gubernur NTB Dorong Evakuasi Turis Brasil Jatuh di Rinjani Pakai Helikopter

 - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Muhamad Iqbal mendorong percepatan evakuasi turis Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani menggunakan helikopter.

"Dalam arahannya, Gubernur mendorong percepatan evakuasi dengan opsi helikopter, mempertimbangkan waktu kritis 72 jam (Golden Time) dalam penyelamatan di alam bebas," tulis akun instagram resmi @btg_gn_rinjani dalam unggahannya, dikutip Selasa (24/6/2025).

Lebih lanjut, Kepala Kantor Basarnas Mataram Muhamad Hariyadi secara teknis menjelaskan proses evakuasi memungkinkan menggunakan helikopter.

Namun, katanya, harus dipastikan spesifikasi helikopter yang digunakan, paling tidak, memiliki Hois untuk air lifting.

"Paling tidak memiliki Hois untuk air lifting, dan cuaca yang sangat cepat berubah juga mempengaruhi bisa tidaknya proses evakuasi mempergunakan helikopter," katanya.

Kronologi turis Brasil jatuh di Rinjani

Untuk diketahui, turis wanita asal Brasil bernama Juliana (27) jatuh di tebung sekitar Cemara Nunggal, yaitu jalur menuju puncak Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 06.30 Wita.

Diberitakan Kompas.com (22/6/2025) pada saat itu, korban sedang melakukan perjalanan bersama enam rekannya menuju Pos Pelawangan Sembalun.

Pada dini hari Sabtu hari, korban melanjutkan perjalanan ke puncak bersama pemandu. Saat tiba di Cemara Nunggal, warga negara (WN) Brasil dilaporkan merasa lelah dan diminta pemandu berhenti untuk beristirahat.

Pemandu kemudian melanjutkan perjalanan bersama lima pendaki lainnya. Namun, korban tidak menyusul, pemandu kembali ke lokasi tempat istirahat sebelumnya.

Saat dilakukan pencarian, korban tidak ditemukan di lokasi tersebut. Saat itu, pemandu melihat cahaya senter di bawah jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak.

Ia kemudian memastikan bahwa cahaya tersebut berasal dari WN Brasil yang terjatuh. Setelah itu, pemandu menghubungi otoritas dan tim penyelamat.

Turis asing tersebut ditemukan di bawah tebing dengan kedalaman sekitar 150–200 meter. Ia masih dalam keadaan hidup dan sempat terdengar berteriak meminta tolong.

Proses evakuasi pendaki jatuh di Rinjani

Berdasarkan keterangan tertulis yang disampaikan PJ Sampah Word Class Mountenering Taman Nasional Gunung Rinjani Gusti, kepada Kompas.com, pada hari yang sama, sekitar pukul 14.32 Wita, tim pendahulu tiba di lokasi jatuh dan mulai memasang tali.

Adapun tim yang tergabung dalam proses evakuasi ini yaitu Tim gabungan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Basarnas Mataram, Polsek Sembalun, Emergency Medical Hikers Community (EMHC), dan SAR Lombok Timur.

Namun sekitar pukul 16.00 Wita, korban dilaporkan semakin terperosok, dan tali 300 mter belum cukup menjangkau titik keberadaan korban.

Setelah itu, sekitar pukul 19.38 Wita, peralatan dan logistik pun dikerahkan. Lalu sekitar pukul 20.00 Wita, tim telah turun hingga kedalaman 300 meter. Namun sayangnya tim belum menjangkau korban.

Pada saat itu tim berusaha memanggil korban, tetapi tidak ada sahutan apapun dari korban. Malam itu, salah satu anggota tim bermalam di tebing pada kedalaman 200 meter menggunakan flying camp.

Keesokan harinya, pada Minggu (22/6/2025), pada pagi hari upaya penyambungan tali dan penggunana drone thermal pun dilanjutkan. Sekitar pukul 10.00 Wita, informasi visual dari drone menunjukkan bahwa korban tidak lagi berada di titik sebelumnya.

Sayangnya, upaya lanjutan hari itu terganggu oleh kabut tebal dan cuaca yang basah. Sehingga, drone thermal belum dapat digunakan maksimal.

Proses pencarian korban kembali dilakukan pada hari Senin (23/6/2025), dan sekitar pukul 06.30 Wita, korban berhasil terpantau menggunakan drone, dalam posisi tersangkut di tebing batru pada kedalaman kurang lebih 500 meter.

Secara visual, korban dilaporkan dalam keadaan tidak bergerak. Dua personel rescue kemudian diturunkan untuk menjangkau lokasi korban dan mengecek titik pembuatan anchor kedua di kedalaman sekitar 350 meter.

Namun, setelah diobservasi, ditemukan dua overhang besar sebelum bisa menjangkau korban. Hal ini membuat pemasangan anchor tidak memungkinkan, sehinggga tim rescue harus melakukan climbing untuk bisa menjangkau korban.

Sayangnya, proses evakuasi ini menghadapi medan ekstrem dan cuaca yang dinamis. Situasi kabut tebal di sana mempersempit jarak pandang dan meningkatkan risiko.

Sehingga, demi keselamatan, tim recue ditarik kembali ke posisi aman.

Tag:  #gubernur #dorong #evakuasi #turis #brasil #jatuh #rinjani #pakai #helikopter

KOMENTAR