



Kerja Keras di Balik Seni Video Mapping yang Kian Populer, Karya Tak Bisa Ditampilkan pada Objek Lain
Sebuah karya seni bisa menemui penikmatnya dalam banyak rupa. Salah satunya melalui video mapping. Karya seni digital itu menggabungkan teknologi visual dan audio dengan permainan cahaya.
JUTAAN pasang mata tertuju ke langit Jakarta pada malam pergantian tahun awal bulan ini. Sebanyak 500 drone melesat dan meliuk di angkasa, membentuk berbagai bentuk dengan elok. Ada Gatotkaca, burung garuda, dan tema IKN Nusantara. Malam itu lautan manusia yang menyemut di Bundaran Hotel Indonesia (HI) terpukau atraksi apik bertajuk Kirana Jakarta.
Di balik cahaya warna-warni yang mengundang decak kagum penontonnya, ada kerja keras kru City Vision. Dari tangan-tangan kreatif merekalah warga ibu kota mendapatkan suguhan istimewa di awal 2024.
Co-CEO dan Co-Founder City Vision Juliana Kumala mengaku sengaja menggabungkan berbagai medium luar ruang yang sebelumnya tidak pernah ada di Indonesia. ”Kami mengintegrasikan konten drone light show, water mist projection, dan 3D video mapping,” katanya kepada Jawa Pos saat dikontak akhir pekan.
Menghadirkan pengalaman baru bagi penonton sekaligus memberikan inspirasi, imbuh Juliana, adalah tujuan City Vision. Karena itu, timnya tidak sembarangan dalam menyusun konsep dan menggarap detail. Hal yang sama dipaparkan Mia Warbung, art director City Vision.
Mia mulai mempersiapkan Kirana Jakarta dengan tema kearifan lokal Nusantara sejak Agustus 2023. Bertukar gagasan dengan tim selama sekitar dua bulan, konsep didetailkan pada Oktober 2023. Selanjutnya, tim mematangkan gagasan.
”Kirana Jakarta adalah proyek paling challenging sepanjang karier saya. Namun, hasilnya sungguh luar biasa. Saya very proud ada di part of Kirana Jakarta,” ungkap Mia.
Head of Brand Marketing & Communications City Vision Ayu Paramita tak kalah bungah. ”Surprisingly, selain entertaining, Kirana Jakarta dapat meningkatkan brand exposure dan menghasilkan impression yang begitu tinggi dan positif,” tuturnya.
TITIK NOL: Penjaja makanan ikut kecipratan rezeki dari para penikmat video mapping Being as Such di Jogjakarya bulan lalu. (DOKUMENTASI Sumonar 2023)
Sebelum Kirana Jakarta, ada pertunjukan Sumonar 2023 yang impresinya juga begitu luar biasa di media sosial (medsos). Menariknya, Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP) tidak hanya menampilkan video mapping di area outdoor, tapi juga indoor. Pada Desember lalu, Sumonar 2023 digelar di Gedung BNI Titik Nol Kilometer dan Museum Affandi.
”Antusiasme penonton Sumonar selalu meningkat dari tahun ke tahun, terutama pada Desember 2023,” ungkap Direktur Festival JVMP Raphael Donny saat dihubungi Jawa Pos dari Surabaya pada Jumat (12/1).
Selama tiga hari berturut-turut massa memadati Titik Nol Kilometer Jogjakarta, panggung pertunjukan outdoor. Hujan yang membasahi perempatan terpopuler Kota Gudeg itu tak menyurutkan minat penonton. Kapan lagi kan menikmati gratis karya 23 seniman video mapping dalam dan luar negeri? Tahun depan belum tentu ada lagi.
”Yang spesial dari video mapping adalah karyanya dibuat khusus untuk objek tertentu. Maka, tidak bisa ditampilkan di objek lain tanpa dibikin ulang,” jelas Donny.
Karya video mapping untuk satu bangunan, lanjut dia, hanya bisa dinikmati di bangunan itu. Jika diproyeksikan ke gedung atau objek lain, ilusi dan makna pengaryaan awalnya akan hilang.
Sambutan positif publik membuat Donny lega. Dia bangga video mapping bisa mendekatkan masyarakat dengan karya seni. Apalagi, Sumonar 2023 juga memproyeksikan lukisan maestro seni rupa Affandi dan S. Sudjojono secara imersif ke dinding Museum Affandi. ”Menghidupkan kembali nuansa lukisan dan memberikan pengalaman baru dalam mengapresiasi karya seni,” tandasnya. (dee/lai/c19/hep)
Tag: #kerja #keras #balik #seni #video #mapping #yang #kian #populer #karya #bisa #ditampilkan #pada #objek #lain