



Sajak: Kisah Lapar
KISAH LAPAR
Tak berkedip mata pada turunan angka di kalkulus
setiap bagian ada petunjuk lurus
bagi hitung-hitungan menghadapi arus
belantara hidup saling berhimpitan
kalau hanya untuk sulit
bahkan sampai perut melilit
lapar membatu
Kadang hidup tersipu
diam di pijar lampu
lapar makin menjerit
harga-harga sangat rumit
siapa mau menyapa
perut tak pernah lupa
menanyakan angka-angka
ditanak ibu dalam kukusan prasangka.
Parepare, 2024–2025
---
RISALAH KOTA
Entah sejak kapan kota ini
ditinggalkan kisah sesaji di tubuhnya
malam masih banyak kunang-kunang
laron beterbangan membuat komposisi
di nyala redup tiang listrik berkarat
Kini hanya mampu menyusun sebuah tanya
dari perbincangan orang-orang di warung kopi
di kota ini hanya secangkir kopi, pisang goreng,
curiga, bahkan isu yang dikemas dalam martabak
dan orang-orang hanya mengangguk melipat senyum
Di sini, tiap berhenti tersandera tukang parkir
ketika meneguk segelas kopi tersisa ampas
bernama pajak dan kadang bijak seperti orang bodoh
sebab jangan membuat asumsi ingin kritis bertanya
jawaban akan bersilang rupa, hanya membuat putus asa
Tak ingin melihat orang-orang meninggalkan kota
menggendong putus asa
lebih dari luka-luka
ganjilnya masih ada yang suka meninggalkan dendam.
Parepare, 2024
---
URAT WAKTU
Ia digiring waktu menuju kursi rotan
lalu duduk bersandar dengan dua kaki dilipat
sebutir pil doxepin telah ditelannya
segelas air mineral berulangnya diteguk
bayang diri diam tercenung tak peduli
Langit di luar gelap melempar angin berulang
tapi tak pernah membantu melesatkan ke masa depan
serupa cita-cita masa kanak dulu berayun di halaman rumah
Waktu seakan hanya menari di tatapannya yang kosong
sebelum fajar tiba mungkin mata belum terpejam
ia melihat setangkai mawar kuyup dan amat dingin
tak senyum, tak harum, hanya menyeringai benci
apakah hidup hanya ditakdirkan untuk benci?
ia telah lama ditampar oleh malam dan waktu
yang jari dan telapak tangannya begitu keras dan buruk
begitulah ia harus ikut menari dengan tatapannya
sambil membayangkan waktu segera bergegas pergi.
Parepare, 2024
TRI ASTOTO Kodarie adalah penulis yang menetap di Parepare, Sulawesi Selatan.