Sajak: Kisah Lapar
ILUSTRASI. (BUDIONO/JAWA POS)
08:32
16 Februari 2025

Sajak: Kisah Lapar

KISAH LAPAR

Tak berkedip mata pada turunan angka di kalkulus

setiap bagian ada petunjuk lurus

bagi hitung-hitungan menghadapi arus

belantara hidup saling berhimpitan

kalau hanya untuk sulit

bahkan sampai perut melilit

lapar membatu

 


Kadang hidup tersipu

diam di pijar lampu

lapar makin menjerit

harga-harga sangat rumit

siapa mau menyapa

perut tak pernah lupa

menanyakan angka-angka

ditanak ibu dalam kukusan prasangka.

Parepare, 2024–2025

 


---

RISALAH KOTA

Entah sejak kapan kota ini

ditinggalkan kisah sesaji di tubuhnya

malam masih banyak kunang-kunang

laron beterbangan membuat komposisi

di nyala redup tiang listrik berkarat

 


Kini hanya mampu menyusun sebuah tanya

dari perbincangan orang-orang di warung kopi

di kota ini hanya secangkir kopi, pisang goreng,

curiga, bahkan isu yang dikemas dalam martabak

dan orang-orang hanya mengangguk melipat senyum

 


Di sini, tiap berhenti tersandera tukang parkir

ketika meneguk segelas kopi tersisa ampas

bernama pajak dan kadang bijak seperti orang bodoh

sebab jangan membuat asumsi ingin kritis bertanya

jawaban akan bersilang rupa, hanya membuat putus asa

 


Tak ingin melihat orang-orang meninggalkan kota

menggendong putus asa

lebih dari luka-luka

ganjilnya masih ada yang suka meninggalkan dendam.

Parepare, 2024

---

URAT WAKTU

Ia digiring waktu menuju kursi rotan

lalu duduk bersandar dengan dua kaki dilipat

sebutir pil doxepin telah ditelannya

segelas air mineral berulangnya diteguk

bayang diri diam tercenung tak peduli

 


Langit di luar gelap melempar angin berulang

tapi tak pernah membantu melesatkan ke masa depan

serupa cita-cita masa kanak dulu berayun di halaman rumah

 


Waktu seakan hanya menari di tatapannya yang kosong

sebelum fajar tiba mungkin mata belum terpejam

ia melihat setangkai mawar kuyup dan amat dingin

tak senyum, tak harum, hanya menyeringai benci

apakah hidup hanya ditakdirkan untuk benci?

ia telah lama ditampar oleh malam dan waktu

yang jari dan telapak tangannya begitu keras dan buruk

begitulah ia harus ikut menari dengan tatapannya

sambil membayangkan waktu segera bergegas pergi.

Parepare, 2024

 


TRI ASTOTO Kodarie adalah penulis yang menetap di Parepare, Sulawesi Selatan.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sajak #kisah #lapar

KOMENTAR