Dokumen Teknis Jet KF-21 Kolaborasi Korea Selatan-Indonesia Bocor di Telegram, Ada 'Orang Dalam'?
Penyelidikan, yang melibatkan beberapa lembaga nasional Korea Selatan, termasuk militer, polisi, dan intelijen, didorong kekhawatiran kalau informasi 'sensitif dan rahasia' telah bocor ke pihak luar.
Menurut The Korea Times, saluran Telegram tersebut mengklaim memiliki 'kontak orang dalam' di militer Korea Selatan dan Badan Pengembangan Pertahanan (ADD).
Pada Februari 2024, saluran Telegram tersebut mengumumkan ketersediaan dokumen yang terkait dengan KUH-1 Surion, helikopter pertama yang diproduksi di dalam negeri Korea Selatan.
Bersamaan dengan pengumuman itu, saluran telegram itu juga memposting gambar berbagai komponen helikopter.
Korea Aerospace Industries, perusahaan kedirgantaraan yang bertanggung jawab atas pengembangan pesawat ini, menginvestasikan sekitar $ 178 juta untuk meluncurkan produksi.
Saluran Telegram yang sama juga mengklaim memiliki dokumen teknis pada jet tempur KF-21, dengan rencana untuk menjualnya setelah apa yang disebut “proses cross-verification.
"Selain itu, operator saluran tersebut menyebutkan memegang dokumen yang terkait dengan Freedom Shield, sebuah latihan militer bersama yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat," tulis laporan situs militer BM, dikutip Jumat (25/10/2024).
Ulasan itu juga menyoroti kolaborasi Korea Selatan dan Indonesia dalam pengembangan jet tempur KF-21.
"Kekhawatiran tentang stabilitas keuangan proyek KF-21 muncul pada 13 Juni 2024, menyusul pengurangan dana yang signifikan dari Indonesia. Kontribusi Indonesia menurun dari awalnya dijanjikan $ 1,16 miliar menjadi $ 437 juta, yang mengarah ke pertanyaan tentang apakah Korea Selatan dapat mempertahankan timeline (garis waktu) penyelesaian proyek," kata ulasan tersebut.
Suk Jong-jun, kepala Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan [DAPA], menyatakan kekhawatirannya dalam sebuah wawancara dengan JoongAng Ilbo.
Pada kesempatan itu, Jong-jun menekankan kalau kendala anggaran dapat menimbulkan tantangan.
Namun, ia menegaskan kembali komitmen DAPA untuk menyelesaikan KF-21 pada tahun 2026.
Korea Aerospace Industries [KAI] juga bertujuan untuk memasarkan KF-21 “Boramae” kepada pembeli internasional setelah memenuhi persyaratan Angkatan Udara Republik Korea.
Prototipe jet tempur kursi tunggal (single-seater) KF-21 "Boramae'' bikinan Korea Selatan yang berhasil melakukan penerbangan perdananya pada 16 Mei 2023. (Badan Pertahanan Korea Selatan)Bikin AS Pikir-pikir dan Bisa Balik Badan
Penyelidikan atas dugaan kebocoran data rahasia di Telegram telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak potensial pada kerja sama militer AS-Korea Selatan.
AS bahkan bisa sepihak membalik badan dan membatalkan kerja sama militer, khusunya dalam pengembangan pesawat tempur.
Laporan menunjukkan, informasi yang terkait dengan jet tempur KF-21 dan latihan militer bersama antara kedua negara bisa dibocorkan ke pihak lain.
Hal ini telah menyebabkan pertanyaan tentang keamanan protokol berbagi intelijen dan apakah kerentanan dalam sistem Korea Selatan dapat menimbulkan risiko untuk operasi kolaboratif.
Sebagai tanggapan, pejabat pertahanan AS dapat meninjau kembali perjanjian berbagi data untuk memastikan keamanan yang lebih ketat, menekankan perlunya keamanan siber yang ditingkatkan dan prosedur pemeriksaan yang lebih ketat untuk informasi sensitif.
Insiden itu juga menyoroti implikasi potensial bagi kontraktor pertahanan AS yang bekerja dengan mitra Korea Selatan.
Sebagai pengembang utama KF-21 dan KUH-1, KAI telah menjalin beberapa kolaborasi dengan perusahaan pertahanan Amerika.
Mengingat kemungkinan ancaman 'orang dalam', kontraktor AS mungkin menuntut standar keamanan yang lebih tinggi ketika bekerja dengan subkontraktor Korea Selatan.
Ini dapat mencakup pemeriksaan latar belakang yang lebih ketat, protokol cybersecurity yang ditingkatkan, dan peningkatan pengawasan dalam proyek pertahanan bersama.
Diskusi antara otoritas AS dan Korea Selatan dilaporkan berfokus pada penetapan pedoman keamanan yang lebih jelas untuk kolaborasi pertahanan di masa depan untuk melindungi teknologi sensitif.
"Ketegangan keuangan pada proyek KF-21, yang diperburuk oleh berkurangnya dana Indonesia, juga dapat mempengaruhi hubungan pertahanan AS-Korea Selatan. Meskipun Korea Selatan tetap bertekad untuk memenuhi tenggat waktu 2026, kekurangan anggaran dapat membatasi kapasitas negara untuk mendukung proyek-proyek pertahanan besar lainnya," tulis ulasan BM.
Situasi ini dapat menyebabkan ketergantungan yang lebih besar pada sumber daya militer Amerika untuk keamanan regional, mendorong AS untuk mempertimbangkan dukungan teknis tambahan atau memperluas inisiatif pertahanan bersama.
Langkah-langkah tersebut dapat membantu mengurangi risiko keuangan bagi Korea Selatan sambil memastikan bahwa mereka tetap menjadi mitra yang kuat dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia-Pasifik.
Jet tempur KF-21 Boramae buatan Korea Selatan uji coba terbang. (Defense Acquisition Program Administration (DAPA).)Pentingnya KF-21 Bagi AS dan Korea Selatan
Kemampuan Korea Selatan untuk mengembangkan pesawat canggih seperti KF-21 dan KUH-1 memainkan peran penting dalam mendukung kepentingan strategis AS.
Dengan berinvestasi dalam teknologi pertahanan domestik, Korea Selatan membantu mendistribusikan beban menjaga keamanan regional.
Pergeseran ini dapat memungkinkan Amerika Serikat untuk mengalokasikan sumber dayanya lebih efisien di seluruh Asia-Pasifik.
Selain itu, kemajuan Korea Selatan di sektor kedirgantaraan menandakan tren yang lebih luas di antara sekutu AS di kawasan itu, yang mencerminkan kemampuan yang berkembang untuk menghasilkan sistem pertahanan yang canggih.
Ketika Korea Selatan terus meningkatkan industri pertahanan domestiknya, ia berkontribusi pada lingkungan keamanan yang lebih stabil dan seimbang di Asia Timur, kata laporan BM.
"Perkembangan ini tidak hanya sejalan dengan kepentingan AS tetapi juga menggarisbawahi nilai hubungan AS-Korea Selatan yang kuat. Dengan sekutu yang lebih mampu di Korea Selatan, AS dapat secara efektif mengelola ancaman yang muncul dan mempertahankan dinamika kekuatan yang stabil di kawasan itu, memastikan perdamaian dan keamanan jangka panjang," tutup kesimpulan situs militer BM dalam ulasannya.
Sempat Tahan Insinyur Indonesia
Terkait pengamanan proyek pengembangan pesawat ini, Pemerintah Korea Selatan sempat menahan kepulangan sejumlah insinyur asal Indonesia untuk pulang ke tanah air pada Februari silam.
Diketahui, insinyur asal Indonesia tersebut tercatat sebagai karyawan di Korea Aerospace Industries (KAI).
Mereka telah dicegah untuk meninggalkan Korea Selatan karena diduga mencoba membocorkan data tentang teknologi pesawat KF-21 Fighter.
Dikutip Tribunnews dari Korea Herald, KAI telah melaporkan karyawan-karyawan tersebut ke bagian Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) pada bulan lalu.
Pelaporan ini dilakukan setelah adanya kecurigaan terkait upaya melakukan kebocoran data rahasia KAI.
Pihak DAPA yang terafiliasi secara publik dengan Kementerian Pertahanan Korea tersebut kemudian menyatakan bahwa para insinyur asal Indonesia tersebut sementara ini akan ditahan agar tidak bisa keluar dari Korea Selatan.
Para karyawan KAI asal Indonesia tersebut akan menjalani penyelidikan guna menentukan apakah informasi yang diduga dibawa oleh mereka termasuk rahasia militer.
Karyawan asal Indonesia tersebut juga diselidiki oleh tim gabungan yang terdiri dari Komando Kontra-Intelijen Pertahanan dan Badan Intelijen Korea Selatan, menurut pernyataan Komando Kontra-Intelijen Pertahanan pada hari Jumat (2/2/2024).
Tim gabungan juga akan menyelidiki kemungkinan bahwa karyawan asal Indonesia tersebut mungkin mendapatkan bantuan dari karyawan lokal di KAI dalam tudingan upaya membocorkan rahasia tersebut.
Rincian lainnya sementara ini tak diungkapkan ke publik karena penyelidikan masih berlangsung.
Dugaan kebocoran rahasia ini menimbulkan kekhawatiran diplomatik karena beberapa teknologi KF-21 yang diterima oleh KAI dari Amerika Serikat dilaporkan belum diizinkan untuk diekspor.
Sebelumnya, Indonesia juga dinyatakan gagal membayar bagian dari pengembangan bersama proyek KF-21 yang diluncurkan pada tahun 2015 lalu.
Menurut informasi dari situs Korea Herald, Indonesia baru telah menyetor 278,3 miliar won (sekitar Rp3,2 triliun) untuk proyek tersebut, dengan sisa pembayaran sebesar 1 triliun won.
Rencananya, Korea Selatan berencana memulai produksi jet tempur KF-21 pada akhir tahun ini.
Pada tahun 2031, target produksi KF-21 adalah sebanyak 120 pesawat.
Tag: #dokumen #teknis #kolaborasi #korea #selatan #indonesia #bocor #telegram #orang #dalam