Gaza Krisis Air Bersih, Pengungsi Terpaksa Minum Air Bekas Cuci Piring demi Bertahan Hidup
Umumnya tiap orang membutuhkan pasokan air sekitar 15 liter hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Namun demi bertahan hidup di tengah ancaman krisis air bersih, para pengungsi terpaksa menggunakan air bekas untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari 
05:40
1 Februari 2024

Gaza Krisis Air Bersih, Pengungsi Terpaksa Minum Air Bekas Cuci Piring demi Bertahan Hidup

Ditengah ancaman perang Israel-Hamas yang menanas, jutaan pengungsi dari kamp Jabaliya di Jalur Gaza utara kini tengah dilanda krisis air bersih.

Situasi mengerikan ini terjadi pasca fasilitas desalinasi terganggu karena kekurangan bahan bakar dan listrik sejak pertengahan Oktober tahun lalu.

Kondisi ini yang membuat fasilitas desalinasi gagal melakukan penyaringan sehingga stok air bersih terus menipis di tengah membludaknya jumlah pengungsi.

Situasi tersebut makin diperparah dengan tindakan pemerintah Israel yang memberlakukan blokade pasokan air bersih yang mengalir ke Gaza.

Hingga membuat 2,3 juta warga Gaza makin kesulitan mendapatkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari–hari.

“Orang-orang di Gaza hidup dalam bencana, mereka rentan terhadap kematian karena kelaparan, kekurangan gizi, kehausan, atau karena peluru, cedera, dan bangunan runtuh di atas kepala mereka,” kata Christian Lindmeier, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia.

Pengungsi Minum Air Bekas Cuci Piring

Umumnya tiap orang membutuhkan pasokan air sekitar 15 liter hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka, mulai dari minum hingga mandi dan membersihkan rumah.

Namun demi bertahan hidup di tengah ancaman krisis air bersih, para pengungsi terpaksa menggunakan air bekas untuk mencukupi kebutuhan sehari–hari

Seperti Karam Abu Nada, warga Palestina di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara yang mengaku terbiasa menggunakan air yang tercemar untuk mencuci, membersihkan, dan memasak.

Hal ini dilakukan lantaran truk pengangkut air bersih terus mengalami penundaan pengiriman, mereka bahkan harus menunggu hingga 10 hari lamanya hanya untuk mendapatkan air.

Nasib serupa juga dialami Raed Radwan, warga Palestina berusia 50 tahun dari Kota Gaza.

Radwan dan keluarganya kini mengkonsumsi air sumur yang tercemar, tak hanya itu ia juga harus mengurangi konsumsi air demi bisa bertahan hidup.

"Kami telah menderita krisis air yang parah selama lebih dari tiga bulan, karena kami menerima jatah kecil setiap beberapa hari karena kekurangan bahan bakar," kata Radwan.

“Sebelum perang, air ini hanya digunakan untuk mencuci piring dan membersihkan, tetapi saat ini kami menggunakannya untuk minum, yang telah menimbulkan berbagai penyakit mulai dari infeksi saluran cerna hingga penyakit ginjal dan dehidrasi,” imbuhnya.

Perempuan Gaza Terpaksa Konsumsi Pil KB

Imbas krisis ini para wanita dan anak perempuan di Gaza terpaksa mengonsumsi pil kontrasepsi atau KB untuk menunda menstruasi di tengah serangan Israel di wilayah Gaza.

Menurut laporan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Palestina buntut fenomena ini, permintaan pil KB di Gaza selama beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan hingga 4 kali lipat dari biasanya.

“Para perempuan dewasa dan anak perempuan yang sedang menstruasi di Gaza terpaksa mengkonsumsi pil KB untuk mencegah risiko infeksi akibat krisis air bersih dan produk sanitasi,” jelas LSM Palestina , dikutip dari France24.

Sejak Israel memberlakukan blokade, pasokan air bersih yang mengalir ke Gaza semakin menyusut, parahnya setiap satu tempat penampungan yang berisi lebih dari 700 pengungsi hanya memiliki satu pancuran dan satu toilet.

Alasan ini yang membuat para perempuan di Gaza nekat untuk mengkonsumsi pil kontrasepsi, dengan tujuan menghemat air untuk mencuci.

Meski penggunaan pil KB memiliki efek samping seperti timbulnya pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati.

66 Persen Warga Gaza Menderita Penyakit

Otoritas Kualitas Lingkungan di Palestina mengungkapkan 66 persen warga Palestina di Jalur Gaza menderita penyakit yang ditularkan melalui air.

Di antaranya seperti kolera, diare akut dan penyakit pencernaan akibat krisis air minum dan penutupan pabrik desalinasi air.

Menurut laporan badan lingkungan Palestina, pengeboman yang dilakukan tentara Israel telah menghancurkan sistem pembuangan limbah di Gaza.

Sehingga menyebabkan air limbah meluap dan mengotori sumber mata air.

Tak hanya itu, Otoritas kesehatan di Gaza juga memperingatkan kekurangan air bersih yang disebabkan oleh krisis bahan bakar berpotensi mengancam nyawa 1.100 pasien pengidap gagal ginjal, termasuk 38 anak-anak.

(Tribunnews.com/ Namira Yunia)

Editor: Nuryanti

Tag:  #gaza #krisis #bersih #pengungsi #terpaksa #minum #bekas #cuci #piring #demi #bertahan #hidup

KOMENTAR