Di Tengah Penolakan, Trump Klaim Warga Palestina Bahagia Jika Tinggalkan Gaza
DONALD TRUMP - Tangkapan Layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025) menunjukkan Presiden AS menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval pada 4 Februari 2025, 
08:20
5 Februari 2025

Di Tengah Penolakan, Trump Klaim Warga Palestina Bahagia Jika Tinggalkan Gaza

Presiden AS Donald Trump kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait konflik di Gaza.

Trump menyatakan bahwa warga Palestina  akan "senang" meninggalkan Gaza jika diberikan pilihan untuk tinggal di tempat lain.

"Mereka akan senang sekali meninggalkan Gaza," katanya kepada wartawan saat menandatangani sejumlah inisiatif di Gedung Putih pada hari Selasa (4/2/2025), dikutip dari Al-Arabiya.

"Saya kira mereka akan senang sekali," tambahnya.

Ia mengklaim bahwa usulannya untuk relokasi warga Gaza adalah langkah yang tepat, lantaran ia menilai saat ini Gaza seperti lokasi pembongkaran.

"Saya tidak tahu bagaimana mereka bisa tetap tinggal. Itu adalah lokasi pembongkaran," katanya.

Pernyataan ini disampaikan lebih dari 15 bulan setelah Israel, sekutu utama AS, melancarkan serangan ke Gaza.

Sebelumnya, Trump telah mengusulkan untuk melakukan pembersihan etnis di Gaza.

Ia meminta agar warga Gaza direlokasi ke Yordania dan Mesir.

Namun, kedua negara dengan tegas menolak gagasan ini. 

Pada hari Selasa, presidensi Mesir menyampaikan bahwa para pemimpin mereka menegaskan perlunya berkomitmen pada posisi Arab bersatu.

Ini bertujuan agar dapat mencapai perdamaian.

Menanggapi penolakan ini, Trump tetap bersikeras bahwa banyak warga Palestina sebenarnya ingin pergi.

"Ya, mereka mungkin mengatakan itu, tetapi banyak orang mengatakan hal yang sama kepada saya," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Selasa.

Warga Gaza Menolak Pergi dari Tanah Airnya

Di sisi lain, warga Gaza sendiri mengecam gagasan relokasi tersebut. 

Penduduk di Rafah, salah satu kota di wilayah Gaza, menyatakan kepada AFP bahwa ia ingin tetap berada di tanah airnya.

"Kami tidak akan pergi," tegasnya.

Kendati demikian, Trump tampaknya tidak menghiraukan penolakan tersebut.

"Jika kita bisa menemukan sebidang tanah yang tepat, atau banyak sebidang tanah, dan membangun tempat-tempat yang bagus untuk mereka, pasti ada banyak uang di daerah itu. Saya pikir itu akan jauh lebih baik daripada kembali ke Gaza, yang telah mengalami puluhan tahun kematian," jelasnya.

Gaza dalam Pandangan Trump

Trump menggambarkan Gaza sebagai "tumpukan puing-puing besar" yang tidak memiliki alternatif lain bagi penduduknya. 

"Mereka ada di sana karena tidak punya alternatif. Sekarang ini hanya tumpukan puing-puing besar. Saya kira mereka akan senang melakukannya," kata Trump.

Ketika ditanya apakah tindakan tersebut dapat dianggap sebagai pengusiran paksa warga Palestina, Trump tidak memberikan jawaban langsung. 

Trump mengklaim bahwa ia "tidak selalu" mendukung warga Israel pindah ke Gaza.

"Saya hanya mendukung upaya pembersihan dan tindakan untuk mengatasinya. Namun, upaya itu telah gagal selama beberapa dekade. Dan seseorang akan duduk di sini dalam sepuluh atau 20 tahun dari sekarang dan mereka akan mengalami hal yang sama," tutupnya.

Pernyataan Trump ini kembali menimbulkan kontroversi di tingkat global, terutama di kalangan pemimpin Timur Tengah dan organisasi hak asasi manusia yang mengecam usulan relokasi sebagai bentuk pelanggaran hak warga Palestina.

Sebagai informasi, saat ini gencatan senjata sedang berlangsung di Gaza.

Gencatan senjata yang telah dimulai pada 19 Januari 2025.

Gencatan senjata yang sedang berlangsung ini merupakan bagian dari upaya internasional yang bertujuan mengakhiri 470 hari serangan Israel terhadap Gaza.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Palestina vs Israel

Editor: Bobby Wiratama

Tag:  #tengah #penolakan #trump #klaim #warga #palestina #bahagia #jika #tinggalkan #gaza

KOMENTAR