Sering Merasa Perih di Ulu Hati? Waspadai Gejala Dispepsia, Begini Penjelasan Dokter
TIDAK NYAMAN: Keluhan utama yang dialami penderita GERD adalah nyeri di ulu hati serta heartburn yang sering salah dikira sebagai gangguan jantung. (ILUSTRASI DIPERAGAKAN OLEH: AISA DYNDA MAYSHWARYA - FOTO: DITE SURENDRA/JAWA POS)
07:13
8 Oktober 2025

Sering Merasa Perih di Ulu Hati? Waspadai Gejala Dispepsia, Begini Penjelasan Dokter

Pernahkah Anda merasakan sensasi panas atau perih di ulu hati setelah makan?

Banyak orang menganggapnya hal biasa, padahal kondisi ini bisa menjadi tanda gangguan pencernaan yang perlu diwaspadai.

Dilansir dari laman YouTube Ini Kata Dokter, keluhan tersebut dikenal dengan istilah dispepsia, yaitu gejala yang menandakan adanya masalah pada saluran pencernaan bagian atas.

Berikut penjelasan lengkap tentang berbagai penyebab dispepsia serta cara mengatasinya menurut penjelasan dokter.

1. Produksi Asam Lambung yang Tidak Seimbang

Asam lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke perut. Namun, ketika produksinya terganggu, baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah, proses pencernaan menjadi tidak optimal. Kelebihan asam lambung dapat menimbulkan rasa perih, terbakar, dan mual.

Sebaliknya, kekurangan asam lambung bisa membuat makanan sulit dicerna dan menyebabkan perut terasa penuh serta kembung. Menjaga pola makan yang teratur dan tidak melewatkan waktu makan dapat membantu menjaga keseimbangan produksi asam lambung.

2. Infeksi Bakteri Helicobacter pylori

Infeksi bakteri H. pylori merupakan salah satu penyebab utama peradangan pada dinding lambung atau gastritis. Bakteri ini dapat merusak lapisan pelindung lambung sehingga asam mudah mengiritasi jaringan di dalamnya. Akibatnya, muncul rasa nyeri dan panas di ulu hati.

Penanganan infeksi H. pylori biasanya memerlukan kombinasi antibiotik dan obat penurun asam lambung. Pemeriksaan ke dokter penting dilakukan untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

3. Tukak Lambung (Luka pada Dinding Lambung)

Tukak lambung terjadi ketika lapisan lambung terkikis akibat asam berlebih atau infeksi. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa nyeri tajam, terutama saat perut kosong atau di malam hari. Dalam beberapa kasus, tukak juga bisa menyebabkan mual dan muntah.

Untuk mengatasinya, dokter biasanya akan memberikan obat pelindung lambung serta anjuran untuk menghindari makanan pedas, asam, dan berlemak. Mengurangi stres juga membantu proses penyembuhan lebih cepat.

4. Penyakit Refluks Gastroesofagus (GERD)

GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan akibat lemahnya otot sfingter bawah esofagus. Gejala utamanya adalah sensasi terbakar di dada (heartburn) dan rasa pahit di mulut. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan peradangan pada kerongkongan.

Penderita GERD disarankan untuk tidak langsung berbaring setelah makan, menghindari makanan berlemak, dan menjaga berat badan ideal. Dalam beberapa kasus, obat penurun asam lambung diperlukan untuk meredakan gejalanya.

5. Gaya Hidup dan Kebiasaan Buruk

Selain faktor medis, dispepsia juga dapat dipicu oleh kebiasaan sehari-hari. Merokok, konsumsi alkohol, serta penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin dalam jangka panjang dapat mengiritasi lambung.

Kebiasaan makan tidak teratur, mengonsumsi makanan pedas atau berlemak, serta stres berlebihan juga memperburuk gejala dispepsia. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat merupakan langkah penting untuk mencegah kekambuhan.

6. Faktor Psikologis: Stres dan Kecemasan

Stres emosional dan gangguan kecemasan terbukti dapat memperburuk produksi asam lambung. Saat stres, tubuh melepaskan hormon yang memengaruhi sistem pencernaan, membuat lambung lebih sensitif terhadap rasa nyeri.

Teknik relaksasi seperti meditasi, olahraga ringan, atau tidur cukup dapat membantu menenangkan sistem pencernaan dan menurunkan risiko dispepsia akibat stres.

7. Pola Makan yang Tidak Sehat

Kebiasaan makan terlalu cepat, makan dalam porsi besar, atau langsung tidur setelah makan dapat memperburuk gejala dispepsia. Makanan yang digoreng, asam, dan pedas juga memicu peningkatan asam lambung.

Disarankan untuk makan dalam porsi kecil namun lebih sering, serta memberi jeda minimal dua jam sebelum berbaring setelah makan. Dengan cara ini, pencernaan menjadi lebih lancar dan risiko nyeri lambung berkurang.

Sebagian besar kasus dispepsia dapat dicegah dengan menjaga pola hidup sehat. Hindari makanan yang terlalu pedas, asam, atau berlemak, serta batasi minuman berkafein seperti kopi, teh, dan soda. Jangan lupa untuk makan tepat waktu dan tidak membiarkan perut kosong terlalu lama.

Namun, jika gejala seperti nyeri ulu hati, mual, atau perut terasa panas berlangsung lama dan mengganggu aktivitas, segera periksakan diri ke dokter. Penanganan yang tepat sejak dini akan membantu mencegah komplikasi dan menjaga kesehatan sistem pencernaan Anda secara menyeluruh.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #sering #merasa #perih #hati #waspadai #gejala #dispepsia #begini #penjelasan #dokter

KOMENTAR