Danau Singkarak Tercemar Sampah Kayu, Ekosistem dan Wisata Terancam
Foto udara sampah dari kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di sepanjang jalur banjir bandang beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/nz(Wawan Kurniawan)
13:07
5 Desember 2025

Danau Singkarak Tercemar Sampah Kayu, Ekosistem dan Wisata Terancam

– Citra Danau Singkarak sebagai ikon alam Sumatera Barat yang selama ini dikenal dengan kejernihan air dan panorama memukau, kini berubah muram.

Dilansir dari Kompas.com (1/12/2025), pascabanjir bandang hebat, permukaan danau di kawasan Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat ini tampak seolah diselimuti kayu gelondongan pada Minggu (30/11/2025).

Danau Singkarak, dengan luas mencapai 107,8 kilometer persegi, bukan hanya hamparan air yang menenangkan, tetapi juga jantung ekosistem air tawar yang vital bagi kehidupan masyarakat sekitar.

Namun, tumpukan kayu yang memenuhi jalur air menghancurkan Keindahan eksotis yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat.

Masalah ini tak sekadar mengganggu estetika. Kayu gelondongan dalam jumlah besar berpotensi merusak kualitas air, menghambat siklus makanan, dan mengancam habitat alami ikan-ikan endemik yang menghuni danau.

Ancaman serius bagi ikan bilih

Danau Singkarak merupakan rumah bagi 19 spesies ikan air tawar, termasuk Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker), spesies endemik yang hanya ditemukan di danau ini.

Bilih dikenal sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, sehingga kehadiran tumpukan material kayu bisa menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidupnya.

Nelayan menunjukkan ikan bilih yang didapatnya dari beberapa kali menjala, di Muara Sumpu, Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Minggu (21/10/2018). Meski daya tetas tinggi, populasi ikan bilih yang hanya dapat ditemui di selingkar Danau Singkarak itu tetap tergerus akibat minimnya aturan penangkapan, sehingga harga jualnya pun melonjak.ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA Nelayan menunjukkan ikan bilih yang didapatnya dari beberapa kali menjala, di Muara Sumpu, Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Minggu (21/10/2018). Meski daya tetas tinggi, populasi ikan bilih yang hanya dapat ditemui di selingkar Danau Singkarak itu tetap tergerus akibat minimnya aturan penangkapan, sehingga harga jualnya pun melonjak.

Selain Bilih, danau ini juga dihuni oleh spesies lainnya seperti Ikan Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota), dan Gariang/Tor (Tor tambroides).

Pencemaran pascabanjir dapat mengganggu keberlanjutan rantai makanan dan habitat alami mereka.

Pukulan bagi pariwisata dan ekowisata

Kerusakan ekologis ini membawa dampak besar bagi sektor pariwisata Danau Singkarak yang selama ini menjadi salah satu unggulan Sumatera Barat. Sebelum tercemar, danau ini menawarkan berbagai pengalaman wisata, seperti:

  • Wisata Perairan: Menyewa boat dari Dermaga Singkarak untuk menikmati luasnya danau.
  • Aktivitas Keluarga: Area bermain dan teluk-teluk indah yang menjadi tempat bersantai.
  • Olahraga Ekstrem: Paragliding dari Para Puncak Tanjung Alai, dengan panorama danau dari ketinggian ±1.000 mdpl hingga mendarat di Nagari Tikalak.

Kini, semua daya tarik itu terhalang oleh tumpukan material banjir yang memicu kekhawatiran serius terhadap kelangsungan ekowisata di kawasan tersebut.

Seruan untuk aksi cepat dan terpadu

Pencemaran pascabanjir bandang ini menuntut respons cepat dan terkoordinasi. Pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat setempat didesak untuk segera melakukan pembersihan dan rehabilitasi yang terencana.

Foto udara sampah dari kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di sepanjang jalur banjir bandang beberapa hari terakhir.  ANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/nzWawan Kurniawan Foto udara sampah dari kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di sepanjang jalur banjir bandang beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/nz

Langkah-langkah ini penting untuk menyelamatkan Danau Singkarak, bukan hanya sebagai wisata andalan, tetapi juga sebagai benteng terakhir bagi Ikan Bilih dan keanekaragaman hayati unik lainnya.

Upaya penyelamatan yang cepat dan terpadu menjadi harapan agar Danau Singkarak dapat kembali pulih, mempertahankan pesona alaminya, dan terus menjadi kebanggaan Sumatera Barat.

Tag:  #danau #singkarak #tercemar #sampah #kayu #ekosistem #wisata #terancam

KOMENTAR