Banyak Saham Berfundamental Bagus Turun Harga Karena Faktor Geopolitik Timur Tengah
Pekerja mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
09:40
15 Mei 2024

Banyak Saham Berfundamental Bagus Turun Harga Karena Faktor Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan geopolitik Timur Tengah telah berdampak terhadap pasar modal Indonesia, sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot dari 7.286 sebelum libur Lebaran ke 7.164 setelah Lebaran dan per penutupan Selasa (7/5) ke 7.099. Pasca serangan balik Iran ke Israel, rupiah juga terpuruk hingga menembus Rp. 16.170 pada perdagangan perdana setelah libur panjang Lebaran.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan, pelemahan Rupiah mengikuti tren pelemahan mata uang negara-negara berkembang di tengah ketidakpastian global yang mencapai puncak tertingginya.

Saham-saham berfundamental bagus pun, yang merangkak naik sejak akhir tahun 2023 dan terbang tinggi selama Februari dan Maret 2024, langsung anjlok akibat meningkatnya ketidakpastian. Begitu pula saham-saham non Bank berkapitalisasi besar.

“Faktor Timur Tengah telah membuat saham-saham berguguran, tidak hanya saham medioker tetapi juga saham-saham berkapitalisasi besar penopang index lintas sektor seperti perbankan, energi, manufaktur dan telekomunikasi,” kata Piter Abdullah ditulis Rabu (15/5/2024).

Saham BCA misalnya yang sebelum libur lebaran sempat menembus angka Rp 10.325 per saham, jatuh ke harga Rp 9.475 pasca serangan Iran ke Israel (16/4), dan mencapai harga terendah Rp.9.350 pada tanggal 22/4. Hal yang sama terjadi pada saham bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI.

Padahal, kalau dilihat fundamental emiten-emiten tersebut sangat luar biasa kinerjanya selama triwulan I-2024. Bank BCA mencatatkan keuntungan Rp 12,9 triliun selama triwulan I 2024, atau naik 11,7% year on year.

Bank Mandiri juga mencetak laba 12,7 triliun (naik 1,13% yoy), Bank BRI mendapatkan laba Rp 15,88 triliun (naik 2,45% yoy) dan Bank BNI mendapatkan laba Rp 5,33 triliun (naik 2% yoy).

“Artinya penurunan harga saham sama sekali tidak berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan (emiten),” jelas Piter.

Sama dengan harga saham emiten non-perbankan lainnya, harga saham Telkom juga mengalami tekanan. Harga saham Telkom atau TLKM terus tertekan. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Telkom terkikis 12,6%, sementara kalau dihitung sejak awal tahun atau year to date (ytd) harga saham Telkom turun 12,1%.

Kalau dilihat, kinerja keuangan atau fundamental Telkom, menurut Piter Abdullah, sangat baik. Pada triwulan I-2024, Telkom mencatatkan pendapatan sebesar Rp 37,4 triliun atau tumbuh 3,7% year on year.

Sementara EBITDA Telkom tumbuh sebesar 2,2% year on year menjadi Rp 19,4 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 6,1 triliun.

Piter melihat kinerja Telkom didukung oleh kinerja anak-anak perusahaannya. Pada kuartal 1 tahun 2024, Telkomsel masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Telkom.

Menurut Piter Abdullah, meskipun sama-sama mampu menjaga tingkat keuntungan, kinerja Telkom di industri telekomunikasi selayaknya lebih diapresiasi bila dibandingkan dengan bank BCA ataupun bank-bank himbara.

“Keuntungan bank-bank besar di sektor perbankan itu bukan sepenuhnya hasil kerja keras. Mereka diuntungkan oleh struktur pasar yang sangat kondusif. Contohnya saja NIM yang begitu tinggi. Berbeda dengan apa yang dihadapi Telkom di sektor telekomunikasi. Sector telekomunikasi justru mengalami proses disruption yang menuntut response yang cepat dan juga tepat. Kegagalan menyusun langkah-langkah transformasi bisa berdampak fatal bagi keberlangsungan Telkom,” ujar dia.

Editor: Iwan Supriyatna

Tag:  #banyak #saham #berfundamental #bagus #turun #harga #karena #faktor #geopolitik #timur #tengah

KOMENTAR